Bukan penghapus luka
~ Waktu bukan penghapus luka. Seberapa banyak pun waktu yang terlewatkan tidak akan mampu menghapus luka atas sakit dimasalalu. Karena waktu tetaplah waktu bukan penghapus ~
*my lovely nday*
oOo
Semua telah berubah seiring berjalannya waktu. Dua tahun bukan hal mudah untuk dilewati hanya untuk melupakan dia yang di cinta. Bukan kah apa yang terlepas takkan bisa di raih kembali, lalu? Bagaimana kalau cinta itu utuh dalam relung jiwa. Masihkan Takdir sudi menyatukannya kembali.
Lelaki berbadan tegap dengan garis rahang kokoh ini sadar betul ketika ia memutuskan untuk melepas cintanya maka ia harus siap menerima rasa sakit karena kehilangan. Itu konsekuensi yang harus ia tanggung seumur hidupnya. Bukan ia menyesali keputusan yang ia pilih, melepas cintanya, hanya saja terkadang ego merasuki jiwa dan memaksanya kembali kemasalalu..
Pria hangat yang kini telah bertraspormasi menjadi pria yang dingin , Senyum yang ditampilkan hanyalah sebuah senyum palsu, untuk menutupi setiap luka.
Masalalu yang telah merubah kehidupanya, menjadikan dia Pria yang tertutup dan tak tersentuh. Menyembunyikan luka lewat wajah datarnya dan menyakinkan bahwa dia baik - baik saja dengan senyum tipisnya. Tak bisa di pungkiri meski dikenal dingin dan datar namun tak membuat pesona seorang Barkan Syarief atau yang akrab di sapa Barra luntur, justru dengan wajah dingin nya membuat para wanita bertekuk lutut dihadapannya. Eeaakkkk!!
Jari-jarinya menari begitu lincah di atas keyboard, seolah tak ada hari esok lagi. Begini lah ia hidup selama dua tahun. Hidupnya hanya di penuhi kerja, kerja dan kerja. Ia tak bisa menampik bahwa hatinya masih mencintai Dia yang mungkin kini telah bahagia bersama orang lain.
'ceklek'
Vino membuka pintu ruangan Barra tanpa mengetuk pintu membuat si empu nya ruangan menatap geram akan tingkah sahabatnya yang satu ini. "bisa nggak kalo mau masuk keruang orang itu ketuk pintu dulu," Protes Barra menatap tajam Vino sahabat kariebnya.
"Ayolah Brother ini sudah biasa? Jangan menatap gue seperti itu, ini hanya sepele bro" Balas Vino tenang. Menurutnya ini adalah hal biasa yang ia lakukan setiap kali berkunjung ke tempat teman - temannya, hanya saja Barra selalu mempermasalahkannya.
' Katanya sih, walau kita cowok attitude itu penting, Bah gue mah kaga dah'
"Vin, sumpah lo datang membuat mood gue jelek" ujar Barra yang masih menatap tajam Vino, .
Bagi Vino sih itu mah cara sayang Barra ke Vino jadi kalau Barra udah berkata jutek dan ketus atau menatap nya tajam ya sudah biarkan saja, wong dia nggak menggigit.
Dengan santai Vino duduk tanpa menghiraukan tatapan dan dengusan dari sahabatnya "Mood lo emang udah jelek dari dulu Bro. Sensi banget si lo. kaya cewek lagi PMS aja lo ?. padahal sudah mau nikah masih saja dingin dan ketus." Sarkartis Vino.
Barra mendesah panjang "bukan urusan lo?" Balas Barra dan melanjutkan kembali pekerjaan yang sempat tertunda karena kehadiran Vino.
"Oke..." Vino akhirnya menyerah berdebat sambil mengangkat kedua tangannya. Akan sangat percuma jika di lanjutkan tetap Barra lah pemenang nya, kata - kata pedas yang keluar dari mulut manis Barra seakan menyelekit. "gue kesini Cuma mau bilang, kemaren gue abis jalan - jalan ke dufan bareng pacar eh.." Ucap Vino terhenti saat Barrra memotong ucapannya.
"kalo lo kesini Cuma buat cerita yang ngak penting, mending lo pulang gih. Lo tidur dan ngak usah bangun lagi"
"Busyettt sableng lo, lo nyumpahin gue mati. Bangsat, asal lo tau ngak ada gue, ngak ada namanya orang ganteng." Omel Vino. Barra memutar mata dengan malas
YOU ARE READING
BARRAKA
Teen FictionSetiap manusia punya takdirnya masing - masing, punya jalannya sendiri. entah bagaimana ending nya nanti, itu menjadi rahasia Allah. Kegalauan hati seorang Barra yang harus memilih antara cinta nya atau takdirnya