2. UCAPAN SELAMAT DATANG (and Godbye Hijab)

38 2 0
                                    

Assalamu'alaikum

Aku mau lanjutin kisah Sundari nih, kali ini berdasarkan sudut pandang Sundari sendiri, seolah kita mendengar kisah ini dari si Tokoh langsung.

Dari pada aku kebanyakan bilang ini itu, mending langsung yuk, kita menyelami kisah Sundari yang InshaAllah ada nilai yang bisa kita petik untuk kehidupan.

cekidottttt .......

Sundari POV ~

Aku Sundari yang akan melawan kejamnya kehidupan dan bangkit dari keterpurukan. Hidupku tidak akan berubah jika bukan aku sendiri yang merubahnya, benar bukan? Selama ini aku hanya diam menunggu takdir apa yang besok menghampiriku. Diam dengan setumpuk amarah di dada bukanlah hal yang indah, itu menyakitkan.

Kalian tahu? Aku numpang hidup pada keluarga Kakak perempuanku, keluarga sederhana yang penuh cinta, satu-satunya keluarga yang aku miliki dan menjadi tempat aku berpulang. Aku menjalankan peranku dengan baik sebagai seorang adik yang patuh pada Kakaknya, yang tahu diri bagaimana harus bersikap di rumah orang lain sekalipun itu adalah rumah Kakakku sendiri, O h ... maaf, bukan rumah Kakakku melainkan rumah suaminya Kakak. Aku menikmati setiap inci kasih sayang dirumah itu. Ketulusan. Tapi waktu tidak berhenti pada saat ternyaman, ia terus berputar mempertemukan kita dengan misteri-misteri takdir, dan ... aku terkejut olehnya.

~~~~~

Sepulang sekolah aku tak lantas pulang, kuhabiskan waktu menyusuri jalan yang dipenuhi krikil-krikil kecil, sesekali aku mengambilnya dan melemparnya jauh, entah apa yang sedang aku pikirkan dalam perjalanan yang entah akan membawa langkah ini kemana.

Aku Sundari, bukan seorang yang tidak memiliki teman, banyak yang ingin berteman denganku namun aku tak bisa membagi ceritaku bersama mereka. Aku tak bisa seterbuka teman-temanku yang lain. Bagaimana aku menceritakan semuanya, entahlah. Biarkan cerita ini mengalir pelan seiring tarikan nafasku, akan aku tulis kisah ini untuk kalian. Kisah yang bermula ketika aku tumbuh menjadi gadis remaja.

~~~~~

Seoarang laki-laki yang aku hormati telah dengan bodoh menjatuhkan wibawanya dihadapanku. Shit!

Selama ini aku menyembunyikannya dari Kak Tryana dan selama itu pula aku berusaha menghindar dari laki-laki itu. Tapi coba bayangkan! Aku menghindar, namun kami ada di rumah yang sama. Bagaimana bisa? Sesak yang ada. Stuck!

Dalam gelisah dan rasa sakit yang sulit dijelaskan, seorang asing datang bagai Peri, menjelma menjadi orang yang selalu ada untukku, dia selalu menemaniku dan membuatku tertawa. Dia menyenangkan. Dia menghapus segala pedih menjadi tawa bahagia. Dengannya aku bisa membuka diri juga menceritakan segala yang terpendam sendiri. Dia bisa membuatku nyaman dan perlahan tak ada sungkan diantara kami.

Fina. Namanya Fina, dia selalu tertawa bahagia meski kehidupannya tidak lebih baik dariku. Fina adalah anak Broken Home dan berasal dari keluarga biasa seperti aku. Dari mana aku tahu? Bukankah, senja ditaman sekolah lalu telah menjadi saksi bagaimana bisa persahabatan ini terjalin. Dia ... sahabatku.

~~~~~

Kisah berikutnya aku mulai masuk dalam dunia sahabatku itu, sahabat yang aku sayangi. Dunia yang membuatku perlahan berani membuka jilbab yang selama ini menutup anggun tubuh indahku.

Aku pergi dari rumah dengan mengenakan jilbab, namun ketika bersama Fina, aku menanggalkan jilbabku seolah ini bukan masalah berarti. Setiap pagi aku pamit sekolah, namun aku tidak mengenyam bangku sekolah. Membelokkan kaki pada tempat yang menurutku bisa memberi bahagia dan ketenangan. Lelah dengan kehidupan yang begini-begini saja. Jenuh!

Semakin hari aku semakin berani, tidak pulang ke rumah dalam hitungan hari dengan alasan camping ini itu. Aku tahu akan membuat Kak Tryana khawatir namun itu hanya sedikit dari yang apa dia pikirkan. Bukankah aku hanya bagian kecil dalam kehidupannya?

~~~~~

Aku tidak lagi pergi Sekolah, aku pergi bersama sahabatku yang juga mengindahkan kebiasaan kami. Jalan ke mall dengan baju mini dan rambut terurai indah tanpa jilbab yang menutupi rambut indahku lagi, tanpa baju berlengan panjang yang menutupi kulit putih dan mulusku, kini aku pertontonkan tubuh molek, dan putihnya kulitku pada dunia, dengan harapan dunia aku memelukku. Oh World please hug me, sebelumnya aku sendiri.

Hey, kawan ... Aku memang mengenakan rok mini, baju tanpa lengan, high heels, dan rambut terurai indah terawat, mempertontonkan keindahan yang kumiliki. Sudahku bilang, atas apa yang DIA ambil dariku inilah hadiahnya, tubuh molek yang akan membuat dunia melihatku. Camkan! meski aku berpenampilan 180 derajat berbeda dari sebelumnya, NAMUN!!! aku bukan wanita murah yang memberikan kehormatan dan keperawananku! Jaga pikiran buruk kalian! Aku masih menjaga mahkotaku! Aku bukan wanita bodoh yang mau kehilangan keperawanan demi selembar uang, aku hanya memanfaatkan apa yang aku miliki untuk mendapat apa yang seharusnya aku miliki setelah belasan tahun menunggu datangnya bahagia yang tak kunjung menyapa. Aku hanya mempertontonkan, bukan menyerahkan.

~~~~~

Sudah bukan hal aneh ketika menemani pria-pria berdasi dan berduit yang kelihatannya 'Terhormat' untuk sekadar jalan, ngobrol mendengarkan keluh kesah dan menemani mereka berkaraoke. Sudah biasa ketika tanganku di sentuh, itu tidak akan membuat keperawananku hilang! Aku tidak menjual diri!

Dari sana aku dapatkan lembaran-lembaran merah yang selama ini sulit didapat, dari sana aku bisa membeli apapun yang aku mau dengan mudah. Tapi, aku bukan Wanita yang menjual keperawanan! Jika memang aku sehina itu, sudah kulakukan jauh-jauh hari, tapi maaf aku tidak akan pernah melakukannya. Aku hanya menemani pria-pria hidung belang yang mungkin malu jika menggandeng istri-istri mereka untuk sekadar berjalan, maka mereka mencariku yang cantik, segar dan menawan! But I'm not a whore.

~~~~~

Aku menjalani aktifitas seperti biasa, setiap pagi membantu Kakak membereskan segala pekerjaan rumah, Ya ... sudah menjadi kebiasaanku sebelum berangkat sekolah. Menyapu lantai, mengepel dan mencuci piring, setelahnya aku pamit Sekolah. Tentu, aku menjalani rutinitas seperti biasa. Tapi tidak untuk pergi sekolah, melainkan keluyuran mencari perhatian dunia.

Oh ... satu lagi, hampir lupa untuk aku bagi dengan kalian. Bukan hanya kebiasaan di rumah. Aku juga dengan senang hati masih menjelma menjadi santri kalong yang menyempatkan diri mempelajari ilmu agama. Ya ... beginilah aku, menjalani semua seperti biasa. Hanya waktu sekolah dengan aktifitas berbeda. Jika aku kebablasasan keluyuran, tugas sekolah adalah alasan aku mangkir dari pengajian.

Sebetulnya Fina selalu mengajakku main selekas maghrib namun aku belum berniat dan keinginanpun tak ada. Karena ditempat ini Madrasah tempatku menuntut ilmu agama, aku menemukan ketenangan, teman dan guru sekaligus orang tua. Dan, disini juga aku memiliki sahabat yang aku sayangi, sayangnya dia masih terlalu polos untuk mengerti semua yang terjadi dalam hidupku.

Bersama Fina aku mendapat rasa tenang, bersama mereka sahabat Fillah aku juga merasa damai. Lalu ... aku menyimpulkan. Semua hanya masalah waktu dan kekokohan Iman dalam hatiku.

~~~~~

Aku sudah terbiasa dengan kehidupan ini, walau kadang rindu menyerangku, rindu akan aku yang dulu, rindu akan pakaian tertutupku, rindu keanggunanku, rindu kesederhanaanku, rindu semua yang sebelumnya pernah aku jalani ketika menjadi Sundari yang selalu dibanggakan. Dan aku rindu sahabat kecilku. Semenjak aku berteman dengan Fina, jarak tercipta dengan sendirinya. Aku rindu, aku rindu, aku rindu semuanya. Tuhan, aku rindu.

Aku juga rindu rumah, meski setiap hari aku pulang, namun entah mengapa aku rindu rumah. Semua masih belum bisa aku deskripsikan, mohon bersabarlah menyelami kisah ini, karena akupun masih bingung harus seperti apa mengutarakan semua.

Ketika dengan kejam rindu menusuk-nusuk jantung ini, tak jarang butiran bening lolos dari pelupuk mataku. Sudah kukatakan aku kalah! Aku kalah ... aku tidak sebaik yang mereka katakan.

Teruntuk Emak, maafkan aku yang telah mengkhianati janji kita di Rotan Bambu.

Dan kisah ini baru saja akan dimulai.

Kabar dari SundariWhere stories live. Discover now