Alhamdulillah ... akhirnya bisa lanjutin kisah Sundari yang tertunda lumayan lama kerena kesibukan A - Z yang sebenarnya ga sibuk-sibuk amat sih. Apa sih? Engga! Lah? Udah ah Cekidot aja
👇
👇
👇Ini kisah sembilan tahun lalu, dan akan mengantarkan Sundari pada kisah-kisah yang akan dia tulis dilembar berikutnya.
~~~~~
Gadis kecil yang terlahir dari keluarga sederhana. Kesederhanaan yang selalu dia nikmati. Kesederhanaan yang selalu membuatnya riang dan tertawa. Kasih sayang seorang Nenek yang dia panggil Emak telah menggantikan posisi Ibu yang damai di Syurga.
Dulu, Sundari kecil selalu menangisi kepergian sang Ibu. Namun perlahan tangis itu pergi berganti senyum manis yang selalu menghiasi hari-harinya. Awan hitam kini telah berganti pelangi saat senja datang menyapa Sundari. Waktulah yang membuat Sundari terbiasa tanpa adanya seorang Ibu. Nenek dan Kakak adalah harta berharga yang dia miliki di Bumi Tuhan.
Pergantian hari telah membuat senyuman kian manis saja di wajah gadis kecil itu. Kepolosan dan ketulusan Sundari begitu terpancar dari bening mata saat dia bercakap penuh cinta pada sekelilingnya.
Usianya kini 9 tahun, duduk di bangku Sekolah dasar kelas IV. Sundari adalah anak yang cerdas juga menggemaskan. Peringkat pertama sudah tidak bisa digeser teman sekelasnya. Sejak kelas I selalu Sundari yang memperoleh piala penghargaan siswa terbaik, dan kini tiga kali sudah piala penghargaan itu ditangannya.
Bukan hanya di Sekolah dia berprestasi, melainkan juga di lingkungan Madrasah sebagai tempat Sundari menuntut ilmu agama penenang jiwa. Dia murid yang cekatan, hapalan Juz'ama-nya banyak, daya ingatnya hebat, membuat Sundari sedari kecil mudah disayangi sekelilingnya.
~~~~~
Dua tahun berlalu tanpa adanya seorang Ibu, lihatlah! Sundari bisa menjalani kehidupan dengan suka cita. Canda selalu ada di rumah rotan tempat Sundari, Kakak dan Nenek tempati.
"Emak sangat menyayangi kalian berdua"
"Sundari dan Kakak juga sangat mencintai Emak", ucap Sundari kecil yang kemudian disusul kecupan di pipi sang Nenek.
"Nanti bila Emak sudah tidak ada, berjanjilah untuk sauyunan. Saling menjaga dan menopang".
Tryana, Kakak perempuan Sundari hanya menunduk mendengar perkataan Nenek mereka. Tryana paham betul apa maksud dari perkataan Neneknya. Dalam tunduk, sebutulnya batinnya menangis teriris. Matanya berkaca-kaca namun tetap tersenyum di hadapan Adik kecil.
"Memangnya Emak mau pergi kemana?" Tanya Sundari kecil dengan raut wajah takut kehilangan.
"Emak hanya akan pergi ke kamar, pinggang Emak encok Dari. Hehehe" Emak tersenyum menyentuh pipi Sundari, lantas berlalu.
Si kecil masih penasaran dengan perkataan Neneknya. Merasa tidak puas dengan jawaban sang Nenek, kini Sundari bertanya pada Tryana.
"Kak, memang Emak mau pergi kemana?"
"Tadi-kan sudah bilang, Emak mau istirahat ke kamar"
"Benarkah hanya ke kamar?" Sundari diam sejenak menarik nafas dan melanjutkan pertanyaanya.
"Bukan pergi ke Syurga, kan?"
Mata Tryana semakin panas dan berkaca-kaca. Masih jelas betul ingatan ketika Tryana menyaksikan tubuh kaku Ibunya tak berdaya saat dikafani. Pertanyaan Sundari sungguh membuatnya khawatir jika mengingat belakangan ini Emak mulai sakit-sakitan. Tapi sudah! Cukup! Bahkan untuk membayangkannya saja Tryana tidak sanggup.
YOU ARE READING
Kabar dari Sundari
RomanceKeterpurukan, harapan, persahabatan, cinta dan ketulusan. Tentunya tentang Keluarga. Kisah ini diperankan oleh seorang gadis bernama Sundari dan disutradarai oleh Semesta. Sundari kecil adalah sosok periang yang menyenangkan juga pintar. Hingga...