-1-

23 1 0
                                    


"Tolong!" teriakan seorang wanita terdengar ditelingaku. 

Bersama dengan gulir jantungku yang berdetak semakin cepat, suara itu selalu datang menemaniku menepis kesunyian malam. Merenung tentang seorang malang yang selalu ditinggal oleh orang - orang yang dicintainya. 

Ya, ia bernama Sarah Catellie, diriku sendiri. 

Hatiku terkoyak kala teringat tangisku yang bercampur dengan darah yang mengalir saat kepergiannya. Keluargaku dan sekarang Kiley, sahabatku yang meninggalkanku sendirian bersama jutaan luka.

---

"Saya detektif Jim, saya turut berduka atas kepergian sahabat anda, saya datang ke sini untuk meminta anda bersedia memberikan keterangan mengenai kasus kematian Kiley." Ucap pria berkumis yang membawa map merah sambil nenepuk pundak kiriku. 

"Baiklah." Jawabku sambil mengelap air mata dipipiku. 

Aku yang sejak tadi menangisi kepergian sahabatku di pemakamannya mulai beranjak bangun dan ikut dengan detektif Jim ke kantornya.

Bukan kali pertama aku datang kesana, sebelumnya aku pernah datang ke kantor itu sebagai saksi kematian orang tuaku. Hanya teringat kilas bayangan seorang gadis yang membunuh kedua orangtuaku saat hari ulang tahunku yang ke 16 tahun. 

Aku yang tiba – tiba terbangun dari pingsan dan kemudian dimintai keterangan oleh detektif bernama Ann. Hanya itu yang kuingat setelah 8 tahun terlewat begitu saja. Namun, kasus itu sudah ditutup dan sampai saat ini tak ada yang tahu siapa pembunuh kedua orang tuaku.

"Aku dan Kiley merupakan teman sejak SMA, kami sangat akrab dan kemudian memutuskan untuk tinggal bersama. Hari itu aku tertidur lebih dulu dan yang kuingat hanyalah Kiley duduk di sudut kamar menulis sesuatu. Aku tertidur dan keesokannya terbangun saat Kiley sudah berlumuran darah. Saat itu aku menguburnya seorang diri dan melaporkan kematian ini kepada pihak yang berwenang." Ucapku kepada dekektif Jim. 

Ia kemudian mencatat semua keterangan yang telah aku sampaikan.

Setelah memberikan keterangan, aku pulang bersama – sama dengan dekektif Jim ke rumahku, dimana Kiley terbunuh. 

Kami akhirnya tiba tepat di depan rumah. 

Aku yang kemudian menangis tersedu – sedu mengingat kematian Kiley, aku tak kuat untuk kembali masuk ke dalam rumah itu. Detektif Jim memintaku untuk tetap berada di luar rumah karena aku yang terus menangis. Ia kemudian masuk ke dalam rumah sendirian.

Tiba – tiba rasa cemas dan gelisah menyelimutiku. Entah kenapa kepalaku menjadi pusing dan serasa tubuhku melayang. Aku masuk ke dalam rumah itu. Aku terkejut, ini tidak seperti biasanya, ini seperti bukan rumahku. 

Rumah yang amat menyeramkan, tetesan darah terdapat di sudut – sudut lantai, dan bangkai hewan yang berbau busuk yang berada dirumahku. Aku semakin bingung dan takut, kami hanya tinggal berdua. 

Hanya aku dan Kiley. 

Bagaimana mungkin rumah yang kami rawat bersama seperti ini.

Aku menaiki tangga dan masuk ke dalam kamar dimana Kiley meninggal. Detektif Jim nampak menelepon seseorang. Aku menghampirinya dari belakang. Ia menoleh kepadaku sambil terlihat gemetar. 

"Kiley tidak bunuh diri, ia dibunuh dan pembunuhnya sama seperti yang membunuh kedua orang tuamu, aku tahu siapa pembunuhnya." Ucap detektif Jim.

Detak jantungku berdetak lebih cepat lagi. Rasa aneh, rasa yang tak biasa. Seseorang seperti mendepakku dari diriku sendiri, namun aku tak ingin melepas diriku. Aku takut, ingin rasanya berteriak dan meminta pertolongan. Aku kalah darinya, ia menguasai diriku. Tak sadar aku mengambil pisau yang berada di meja. 

Pisau yang sudah berlumuran darah itu kutancapkan dengan cepat ke sisi perut bagian kanan detektif Jim. Ia terhempas dan gulir darah keluar dari perutnya itu. Aku terlelap seketika.

Gelap. 

Hanya itu yang terlihat disekelilingku. Aku terdiam diri duduk di salah satu sisi. Terlihat seorang wanita berambut panjang sepinggang tersenyum kepadaku kemudian ia tertawa. Wanita itu nampak seperti diriku sendiri. 

"Siapa kau?" tanyaku.

"Aku adalah dirimu, seseorang yang dapat menjamah jiwamu. Luka membawaku kesini, untuk melindungimu." Jawabnya sambil tertawa. Ia nampak mencekikku, ia ingin mengambil alih diriku. 

"Tolong!" ucapku meronta.


TO BE CONTINUED~


Sisi LainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang