Yogyakarta, 30 Mei 2013
Hujan di senja hari
Menemani hati yang sepi
Yang menyendiri dalam keramaian
Menghayati setiap titik demi titik hujan yang jatuh
Hampa dan kosong
Khayalan yang tak terbesit
Terlalu menghayati dan seakan terjun dalam dunia sendiri
Diam dan membisu.
"Hey, melamun aja." Sapaan dari belakangku, seketika membangunkanku dalam lamunan dia yang menarik tas ranselku dari belakang.
Lalu ku berbalik arah kebelakang dan kulihat siapakah yang menyadarkanku dari lamunan itu ternyata dia. Sahabatku. Rian.
Orang yang akhir-akhir ini ku kagumi. Saat ini dia melebihi sahabat bagiku.
"lagi lihatin hujan aja nih." Kataku dengan santai.
Lalu suasana hening. Hanya terdengar bisikan-bisikan kecil pembicaraan teman sekelasku. Menunggu hujan di parkiran kampus, hujan yang tak kunjung reda. Hawa dingin menyelimuti tubuhku ini dan kian membeku.
Ada seseorang yang menyapaku, mengajak ngobrol denganku. Tak berapa lama kemudian obrolan itu pun selesai. Dia yang disampingku. "Aku cemburu melihatmu ngobrol dengan dia, Rin!" katanya.
Aku pun hanya tersenyum dan membalikkan tubuh untuk membelakanginya dengan sedikit membekas sisa senyum tadinya. Hujan pun tak kunjung reda. Aku merasa bosan saat hanya mengamati hujan yang turun deras kian membasahi tanah. Lalu aku bergabung dengan temanku yang lainnya. Berpindah posisi dari sebelah dia ke tempat yang lain.
Beberapa menit kemudian timbullah rasa yang ingin mengusil teman-temanku. Dengan memercik air hujan yang jatuh ke atas genteng parkiran itu, lalu ku tampung dengan kedua jemari tanganku perlahan-lahan dan setitik-titik akhirnya terkumpulnya juga. Kupercikkan kepada temanku. Ayu dan Raka. Juga dia.
Aku terdiam hanya berdiri mengamati Raka yang asyik mengobrol dengan Ayu. Dan tiba-tiba pembicaraan itu tertuju padaku. Raka yang memulai pembicaraan tentang status di BBM-ku. Aku lupa rangkaian kata-katanya. Namun disaat dia menyampaikannya dan itu sangat tertuju langsung pada orangnya, juga semua temanku yang ada di situ ikut menyudutkan aku. Menahan tapi aku bingung aku tak punya argument untuk mempertahankannya dan raut mukaku yang semakin memerah. Akhirnya salah tingkah. Dan dia pun semakin membuatku ilfeel dan cemburu.

KAMU SEDANG MEMBACA
(Mungkin) Friendzone
Short StoryBerawal dari ketidaksengajaan, Tanpa sangka menjadi klasik. Mungkin biasa, tapi misteri