Yogyakarta, 31 Mei 2013 at 23.53.33
Terkadang...
Harapan hanya tinggal kenangan
Terkadang...
Sang bulan meninggalkan pungguknya
Terkadang...
pungguk pun tak lagi mengharapkan sang bulan
Hanya bulan yang tau kapan sang matahari muncul
(by: Mr. R)
Antara malam menjelang pagi, enggan untuk tidur. Asramaku berisik dengan anak-anak yang ikut pesantren kilat selama 3 hari tinggal di sini. Kamarku di lantai 3, dari balkon kamarku biasanya kunantikan rembulan yang bersinar. Menunggunya dari sudut kamarku. Dengan sebuah pena dan note kesayanganku. Mengisi waktu renggang itu dengan membuka facebook. Yah, dia menyapaku. Seperti biasanya tidak sah jika tidak ada perang kecil untuk memulai sebuah pembahasan. Begitulah. Dia menyuruhku untuk membaca sesuatu yang dikirimkan melalui SMS. Sebuah puisi dan aku tak mengerti maksudnya.
Keesokan harinya dia meminta doa kepadaku agar club futsal jurusanku menang, dan dia sebagai kiper. Kata-kata semangat yang kuberikan. Ucapan terima kasih yang ku terima dari balasan SMS-nya. Sorenya ku menanyakan kabar futsalnya dan ternyata tidak menang tapi besok tanding lagi katanya. Yah begitulah.
Suasana pagi ini membuatku malas untuk beranjak dari tempat tidur setelah sholat shubuh. Tak ada semangat pagi itu. Sinar mentari pagi memasuki kamarku melalui pintu belakang kamarku yang sengaja kubuka. Silaunya membangunkanku bangkit dari kemalasan di pagi ini. Kunikmati keindahan pagi minggu ini di balkon kamarku. Sejuk dan segar. Tersadar ternyata aku ada janji dengan temanku untuk menemaninya mencari bahan-bahan ketrampilan untuk tugasnya.
Kulihat agendaku hari ini berharap tak ada jadwal apapun, ternyata malam ini ada rapat persiapan acara untuk tanggal 8 juni nanti. Tersadar ternyata aku belum mengirim kabar ke anak-anak lainnya untuk hadir rapat nanti malam. Dan kukirimkan pesan itu kepada seluruh anggota. Termasuk juga dia.
Malam itu seusai rapat dia terus dan terus mengusikku, membuatku cemburu terlihat dari gerak-geriknya dan juga cara dia berbicara. Aku tau dan sadar akan hal itu, namun aku mengalihkan pandangan dan pembicaraanku kepada orang lain agar tidak kelihatan seperti apa yang aku rasakan. Cukup bagiku, malam itu kurasa beberapa anak dalam organisasi tersebut mengetahui akan hal itu. Karena dia. Ntahlah, aku tak mengerti apa yang dimaksudkan olehnya.
* * *
Adzan shubuh membangunkanku di pagi ini, kuberanjak ke kamar mandi untuk mengambil wudhu kemudian sholat berjamaah di asrama. Usai sudah sholat lalu dilanjutkan dengan materi Al-Islam yang disampaikan oleh pengasuh asrama kemudian tadarus. Usai itu kubuka pintu belakang kamarku, berdiri di balkon dan menikmati suasana pagi ini bersama similir angin pagi, kicauan burung di pagi hari yang bertebrangan di awan sana, awan biru yang indah, kabut di pagi hari membuat suasana semakin dingin dan sawah hijau diujung sana. Suasana indah, seindah hatiku di pagi ini. Memulai hari ini dengan cerita baru kembali. Cerita yang lebih berwarna lagi.
Pagi itu aku bersiap-siap kuliah, pagi-siang dan menyusul kuliah malam. Seperti biasa suasana di kelas terus memojokkan aku dengan dia. Malu jika dia mengetahuinya, tapi ntahlah aku tak tau apa yang dia pikirkan tentang hal ini yang terus mengusik ditelinganya dan telingaku. Awalnya sih itu adalah hal yang memalukan tapi lama-kelamaan semenjak dia menanyakan hal itu pada malam itu, aku menjadi risih dan terbesit rasa kecewa di hatiku.
Hari itu usai kuliah, aku, dia dan temanku makan siang di kantin kampus. Seperti biasanya kita selalu bercerita tentang banyak hal, kuliah, teman, ataupun masalah pribadi dan curhatan. Kita sering berbagi.
Hingga sampai ke satu titik pembahasan dariku, menanyakan kondisi di kelas yang kian menyudutkan aku dan dia. Hanya ketawa gurauannya, aku cukup terdiam pertanyaan itu serius bagiku dan gurauan dihadapannya.
Baiklah!
Tiba-tiba dia hanya menjelaskan secara gantung saja, aku tak begitu paham dengan maksud dia. Hari itu berakhir dengan penjelasan tak berujung darinya.
Aku pulang begitupun dengannya.
![](https://img.wattpad.com/cover/125500339-288-k853557.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
(Mungkin) Friendzone
Short StoryBerawal dari ketidaksengajaan, Tanpa sangka menjadi klasik. Mungkin biasa, tapi misteri