(Mungkin) Friendzone

#Empat

Yogyakarta, 8 Januari 2014

Rabu sore itu, aku menemani temanku menjemput temannya yang pingsan di tempat kerjanya. Karena kesolidaritas itu maka aku kesana. Ternyata dia juga ikut, menemani lia agar tidak nyasar meskipun dia bersamaku. 

Sepanjang perjalanan, ada atau tidaknya aku tidak begitu berguna bagi mereka, sibuk dengan perbincangannya dengan memakai bahasa yang tak begitu asing lagi dipendengaranku melainkan sulit untuk kuaartikan maksudnya. Seperti nyamuk aku saat itu. 

Hingga kami sampai ke tujuan. Aku yang bersikap santai dan sopan. Selama sejam kita menunggu proses untuk bisa pulang, temannya yang sakit itu bertanya padaku "kamu pacarnya Rian ya?" tidak aku jawab hanya  dengan mimik wajahku yang ogah menjadi pacarnya. Ya begitulah dengan dia yang menjawab "TIDAK!!! TIDAK!!!" 

Ya aku tau tanpa kamu harus menjelaskan seperti itu, cukuplah kamu menganggap aku ini temanmu, itu pun jika kamu mau. Atau kau menganggapku temanmu disaat kau membutuhkan aku saja? Cukup mulia dirimu, jika kamu tipe manusia yang seperti itu. 

Cukup ! aku tak suka dengan tutur katamu itu dan tingkahmu seperti itu dalam menghargai aku sebagai temanmu. Aku benar-benar kecewa dengan sikapnya itu.

Hingga kita makan pun kau seperti tak suka ada aku ditengah-tengah kamu, Lia dan temannya termasuk temanmu juga. Apa kamu malu mempunyai teman sepertiku yang jelek, tolol, bodoh, egois dan sok baik ini?? mungkinkah seperti itu?? Baiklah jika memang benar, maaf !! 

Aku hanyalah manusia yang diciptakan tanpa sempurna, aku memang seperti ini tapi aku masih punya tata krama. Aku tak tau memang apa yang kau katakan waktu itu, tapi yg jelas aku tau maksud yang kau tuju. Menyudutkanku. Terima kasih untukmu. Meskipun kita jarang berkomunikasi lagi. Kau memang dekat jaraknya tapi kau sebenarnya jauh.