PROLOG

1.7K 143 47
                                    



"Lo masih yakin mau balik lagi ke sini?"

Pertanyaan itu jadi favorit gue sejak Levi nggak berhenti bilang dia pengen pindah Bali. "To continue my battle," adalah jawaban favoritnya.

By the way, gue lagi Skype-an sama dia karena komunikasi bisa dibilang agak jarang beberapa minggu terakhir, terutama setelah dia liburan ke sini sama orang tuanya. Bukan apa-apa, tapi gue sibuk dan Levi juga lagi ribet ngurusin proses kepindahannya ke sini. Kami yang biasa video call 2 kali seminggu, jadi cuma sekali dalam dua minggu, itu pun nggak lama. Dia selalu bilang capek dan gue nggak pernah nanya macem-macem. Gue cuma pesen dia jaga kesehatan, jangan sampai masuk rumah sakit. That's it. Lebih seringnya dia yang ngajak video call duluan sekarang, tapi kali ini, gue yang agak maksa karena apa yang mau gue sampein penting banget.

Levi malah ketawa nanggepin pertanyaan gue.

Cowok yang sedang gue hadepin sekarang nggak jauh beda sama orang yang seminggu nggak keluar rumah, nggak mandi, makan kalau inget, singkatnya ... a mess. Gue nggak tahu udah berapa hari dia nggak shaving karena cambang sama kumisnya bikin gue geleng-geleng kepala. Kantung item di bawah matanya udah ngalah-ngalahin panda kurang tidur (gua nggak tahu juga apakah panda kalau kurang tidur punya lingkaran item juga) Rambutnya nggak pernah disisir saking seringnya dia acak-acak. Meski nggak mirip kayak orang primitif yang tinggal di gua, buat gue yang tahu macem-macem tampilannya—kecuali telanjang di kamar tidur—Levi keliatan kacau.

Pas dia malah sibuk entah ngapain dan mungkin lupa dia lagi Skype, gue langsung nyerocos, "Lo niat nggak sih Skype-an sama gue? Kalau lo nggak niat, gue matiin aja. Percuma gue ngabisin kuota tapi nggak lo gubris begini. Kalau lo capek, nggak usah sok-sok iya aja gue ajak video call. Lo udah berapa hari nggak mandi? Lo pasti bau. Muka lo aja mirip kain pel yang udah lecek! Nyadar nggak sih kalau lo itu dekil banget?"

Lagi-lagi Levi ketawa. Orang ini memang kudu digetok kepalanya pake alu—bener nggak sih namanya yang buat numbuk padi orang bahuela dulu? Geregetan gue. Sumpah!

"I'm sorry. What was your question again?"

Untung lo nggak beneran ada di depan gue, Levi. Gue pasti udah beneran getok kepala lo. Gue ulangin lagi pertanyaan gue terus nambahin, "Mending nggak usah pindah sini deh kalau malah bikin lo kayak gelandangan gitu."

"What?? Do you think I look like a homeless?" Levi kemudian bangkit dari kursi dan ngilang. Gue tahu dia pasti ke kamar mandi karena gue udah hafal banget tata letak apartemen dia di Zurich. Nggak lama kemudian, dia balik duduk di depan laptop dan bilang, "I need to shave."

Gue? Cuma roll eyes.

"Soal pertanyaan kamu, tentu saja aku serius. What do you think I've been doing all these past few months? Semakin cepat aku menyelsaikan urusan di sini, semakin cepat aku bisa ke Bali." Dia kemudian kayak ngebaca sesuatu karena gue bisa denger suara kertas dibolak-balik. "Ada yang ingin kamu bicarakan sampai kamu memaksa video call denganku? For a second, I thought you missed me."

"Kepala lo abis kejedot apaan sih? Lo jadi nggak bener gini. Males banget kangen sama lo. Nggak ada untungnya."

Levi ketawa lagi. "So?"

"Gue mau nanya lagi, tujuan lo ke Bali apa? Karena apa yang bakal gue kasih tahu mungkin bikin lo reconsider buat balik ke sini."

Ucapan gue berhasil bikin dia berhenti ngelakuin apa pun yang sedang dia kerjain, karena detik berikutnya, dia natap gue. "Okay, you got my attention."

"Ck! Lo jawab kek pertanyaan gue. Males kalau gue harus ngulangin!"

"Soal alasan aku pindah ke Bali?"

"Iya!" sahut gue kesel. Gue musti nanya ke Luisa apakah Levi punya masalah dengan pendengaran. Seingat gue, dia nggak sebudek ini dulu.

"To continue my battle? Aku tahu kamu tidak suka kita membahas ini, tapi alasan apa lagi yang aku punya? And I need a new environment. I need to get away from Europe for a while. I'm suffocating here. Mungkin aku bisa buka kantor cabang di sana nanti. Who knows? Untuk saat ini, aku bisa mengerjakan semuanya dari Bali."

Gue ngegigit bibir bagian dalem. Mau nggak mau, tega nggak tega, gue tetep harus ngasih tahu Levi. Mumpung semuanya belum telat dan dia masih bisa cancel rencananya. Gue narik napas dalem-dalem sebelum ngeluarin apa yang udah gue simpen di kepala dan kenapa gue ngotot buat ngajak dia Skype-an. "Gue lagi deket sama seseorang. Jadi kalau tujuan lo ke Bali cuma buat ngelanjutin apa yang belum bisa lo menangin, mending lo nggak usah ke sini sekalian."

Levi langsung diem.

Gue nggak nyalahin reaksi dia karena apa yang gue bilang mungkin nggak pernah dia sangka. Sebenernya, nggak ada kewajiban juga gue bilang ke Levi karena dia bukan apa-apa gue. Karena ngerasa kepindahan dia ke Bali bakal ngaruh ke kehidupan gue, gue patut ngasih tahu dia situasinya kayak apa. Seenggaknya, dia tahu gue lagi seeing someone. Kalau dia tetep mau pindah, berarti dia tahu risikonya apa.

Levi nelen ludah sebelum ngomong, "What's his name?"

Pertanyaan itu sukses bikin gue terkejut. Dari semua yang mungkin dia bilang, gue sama sekali nggak nyangka dia bakal nanya begitu. "Lo kenapa pengen tahu namanya?" Wajar kan gue nanya balik?

"Well, you will introduce me to him, won't you?"

Belum sempet gue bales, Levi malah ketawa. Mungkin liat muka gue yang bengong. Gue beneran ngira dia bakal nyumpah-nyumpah nggak jelas karena secara nggak langsung, tujuannya pindah ke Bali seperti nggak valid lagi.

"Glenn, I'm not going to postpone or cancel what I have been planned, because that just seems silly. Unless you want me to cancel it, then I will."

Kenapa malah jadi gue yang disuruh milih? "Gini deh. Kalau memang lo ngotot masih pengen ke sini, terserah lo, gue nggak akan ngelarang. Yang penting, lo tahu sekarang situasinya kayak apa karena gue udah kasih tahu. Gue nggak mau ke depannya, lo nyalahin gue. You know the risks."

Levi senyum terus ngangguk. "Noted. So, tell me, what's his name?"

***

Nah lho.

Jadinya bakal kayak apa sih? Glenn nemu gebetan baru, tapi Levi tetep mau pindah Bali. Apakah akan ada drama-drama di antara mereka? Muahahaha. 

I hope this excites you enough ya? Sabaaaaar. Perjalanan masih sangat panjang dan berliku, LOL.

Did you enjoy the prologue?

SENJA BULAN JUNI (NOW AVAILABLE ON KARYAKARSA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang