Awal

102 6 2
                                    

Semilir angin, hembusan ombak, lengkingan Llik Enihcam , banjir darah di lantai, Istana, awan kelabu , sinar sang purnama, mata memerah lidah semakin kelu, mau tak mau.

Aku terdiam dibalkon istana ini."Sial Sial Sial!" ucapku berulang kali . Waktu di jam itu menunjukkan 04:39.
Keringat bercucuran hingga kertas inipun basah. Ingin menyerah tetapi tidak bisa putus asa sudah terbiasa sedari tadi, pikiran tidak leluasa bahkan tidak ada sedikitpun nuansa.

Amunisi sudah habis namun makhluk merah itu masih mengejar, seandainya memori dapat ditempa akan kuubah kebentuk awal dimana aku hanya minoritas dari kehidupan, yang bisa hidup hanya dengan keringat dan perjuangan tanpa ketamakan.

Namun, pilihanku saat itu salah aku memilih jalan cepat dan pintas juga kemanjaan dan berbuah masam dan getir. Kembalilah Ayah, kembalilah!. Aku terdiam sejenak dan mengambil nafas dalam-dalam

"Setan kalian Isnarusa!" teriakku amat keras hingga makhluk itu mendengarku dan mengejarku dengan sisa 4 kakinya

"BODO AMAT LAH BUNUH AJA AKU!"

5 TAHUN LALU

MEDAN, SUMATERA UTARA

Namaku Bento, rumah real estate
Mobilku banyak, harta melimpah
Orang memanggilku, bos eksekutif
Tokoh papan atas, atas sgalanya, asik!

Wajahku ganteng, banyak simpanan
Sekali lirik, oh bisa jalan
Bisnisku menjagal, jagal apa saja
yang penting aku senang, aku menang
Persetan orang susah, karena aku
Yang penting asik, sekali lagi, asik!

Obral soal moral, omong keadilan, sarapan pagiku
Aksi tipu-tipu, lobi dan upeti, woo jagonya
Maling kelas teri, bandit kelas coro, itu kantong sampah
Siapa yang mau berguru, datang padaku, sebut 3 kali namaku
Bento bento ....

" Pa, VIP Spotafy aku abis " sahutku keras di lantai 3 gedung ini atau tepatnya flat pribadiku .

Aku menekan tombol komunikasi sekali lagi dan berteriak lebih keras
" Pa, VIP Spotafy ku ABISSS! Tapi kirim duit ke atm aja aku mau mandiri" sahutku lebih keras kali ini .

"Iya, iya papa dengar tunggu ya" balas ayahku dengan sabar. Dia memang pekerja keras seharian bekerja di kantor percetakan di pusat kota. Akupun duduk di sofa ku yang berwarna ungu dan memutar televisi sembari menunggu vip spotafyku dikirim.

10 menit kemudian muncul notifikasi dari handphoneku tidak sesuai perkiraanku harapanku 2 juta dikirimnya. "Huh hanya 2 juta padahal Pomade aja 200 rb, Cardigan 700 rb, Nambah followers 50 rb , Vip Spotafy 50 rb, Jaket Supermei 1 juta, Ngasih duit Rhena 500 rb. Hmm nanti ajalah jaket supermeinya yang penting ngasih Rhena, supaya gak ditikung Rezi"gumamku pelan.

Aku memutuskan memakai t-shirt ungu dipadu dengan jas hitam dan celana jins dengan sepatu sneaker santai menuju ke rumah Rhena.
.
.
Aku menaiki mobil dengan mengenakan kacamata hitam , juga dengan peliharaanku Herles si kucing Sphnyx dengan kacamata hitam pula. Aku benar-benar bahagia mendapatkan ayah terbaik dan pacar terbaik di dunia. Ibuku meninggal secara misterius Ayah bahkan mengatakan dia lupa kapan, kenapa dan dimana Ibu meninggal. Ayah hanya mengatakan bahwa Ibu sangat jago nyanyi dan dansa 80-an.
Aku sebenarnya benci teka-teki namun karena menyelidiki kematian Ibu pada umur 8 tahun aku sempat membuat klub "Cari Ibu" yang beranggotakan Aku, Rezi , Kartika dan Rhena.

Pada saat kami berusia 8 tahun Kartika diculik oleh pamannya sendiri lalu setelah pulang dia terus-terusan berusaha membunuh adiknya dan dia berakhir di rumah sakit, bukan adiknya melainkan Kartika dia ditempatkan di rumah sakit jiwa. Ya, setelah itu Rezi temanku yang paling menyebalkan dia bisa dibilang atlit yang berbakat tak terhitung berapa kejuaraan pencak silat yang dia dapat sejak usia 4 tahun. Rhena, dia adalah yang terpintar diantara kami sejak sd dia telah memancarkan sinar keanggunannya kepadaku dengan sibakan rambut dan tatapan matanya.

ISNARUSATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang