Reabilitasi , Rehabilitasi dan Reliablitasi

32 0 0
                                    

Aku baru sadar , makna hidup setelahnya , setelah dia dijemput oleh-Nya. Hampir setiap langkah kuhadapi dengan was-was , faktanya Ayahku seperti malaikatku. Susah melepasnya , susah dilepaskannya. Tak kunjung hidup , tak kunjung mati , jiwanya masih hidup di dalam hati.

Satu bulan berlalu , aku telah melewati beberapa kejadian aneh. Tak reda-reda hujaman keabsurdan menerpa hari-hariku. Hampir tiap langkah terasa semakin dekat dengan kejadian yang di luar logika di dalam hidupku. Untuknya aku pergi ke klinik ini , klinik langganan Ayahku , Pak Sagula namanya. Pak Sagula namanya , teman kuliah Ayah sewaktu di Paris.

Akupun tiba di kantornya , berbincang dengan resepsionis dan tibalah di depan kantor Pak Sagula di lantai 3 lorong kanan , paling ujung. Terpampang samar wajah Pak Sagula dari kaca depan ruang kantornya. Perawakan rambut gondrong diikat ke belakang , badan yang cukup ideal dan wajah yang kebulean dan baju bak anak muda. Dia terlihat sangat gembira dengan umurnya yang hampir menginjak kepala 6.

Aku mengetuk dan membuka pintu perlahan , terlihat senyuman dari meja kantor. Senyuman yang mampu mengubah arah dan motivasi ribuan orang. Terlihat slogan yang ada di atas mejanya , " Jutaan orang tersenyum saat melihat senyuman orang lain. Mulailah tersenyum dan sadarkan semuanya. " . Aku tidak pernah percaya semua kutipan-kutipan omong kosong , termasuk yang satu ini.

" Pak Sagula ? "

" Iya , iya duduk. Ini anaknya Pak Fajar ya , si Pradua ? Ya kan "

" Iya pak "

" Bapakmu gimana sehat ? Udah lama gak jumpa , selalu sibuk dia sih "

" Bapak udah gak ada pak , Bapak udah dipanggil sama yang di atas seminggu lalu "

Terlihat senyum yang sedemikian tulusnya memudar dan berakhir dengan wajah netral. Ibaratnya senyum itu positif dan sedih itu negatif , maka kali ini adalah definisi sebenarnya dari netral.

" Kok bisa ? "

" Bapak ditembak pembunuh bayaran , saya sebelumnya udah dikasih pesan. Tapi saya terlalu bodoh untuk mengetahuinya . "

" Oh , tidak nak. Bukan salahmu , kau hanya tidak sepenuhnya tahu tentang ayahmu. Dan itu kesalahan ayahmu..."

" Kenapa pak ? "

" Sebentar , aku butuh pil. Penyakitku kambuh "

Dia terlihat berjalan ke ruangan lain disamping meja kantornya dan sedetik kemudian dia datang dengan wajah segar dan bugar kembali.

"Jadi , Prad. Tujuanmu kesini mau menyampaikan itu saja ? "

"Aku ingin konsultasi. Bolehkah?"

"Tentu , jawab saja 3 pertanyaan dasarku ini , oke ? "

" Oke.. "

" Pertama , kronologi awal masalahmu "

" Aku tengah makan ayam penyet , tempat Abel kalau bapak ingat , teman satu sma dengan aku. Hingga tiba-tiba saat aku masuk ke kamar mandi semua terasa berbeda , seperti masuk alam lain. Begitu aku keluar orang yang ramai menjadi hilang , namun ayam penyetnya masih disitu. Aku masuk ke ruangan Pak Tio dan dia sudah mati dengan kalimat aneh di tangannya.... "

"Maaf , aku menyela. Apa tulisan ditangannya "

"Ada kata-kata aneh yang susah dibaca , dan dibawahnya ada bacaan "properti isnarusa "

"Sebentar , ini minum dulu. Lanjutkan ceritamu " kata Pak Sagula sembari menyodorkan air minum. Aku lantas meminumnya , sungguh segar , ucapku dalam hati.

"Aku membaca tulisan itu lalu berjalan keluar ruangan dan suasana ramai kembali. Aku berbincang sebentar dengan Abel lalu mendapat sms tentang pembunuhan ayah , yang belum kusadari pada saat itu juga. Hingga tiba-tiba Abel menelepon dan mengatakan bahwa isi sms itu tentang pembunuhan ayah. Aku kesana tergesa-gesa hingga saat kusampai waktu sudah habis. Ayah meninggal dihadapanku. Seperti itu kurang lebihnya "

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 21, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ISNARUSATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang