Enam bulan masa penyembuhan sudah seperti satu abad bagi Natasya. Meski begitu ia tetap bersyukur karena bisa kembali beraktivitas. Jahitan di lutut kanannya sudah dibuka. Natasya sudah mulai bisa menekukkan lututnya meski tak bisa berlama-lama.
Satu hal yang tentu saja tak akan pernah dilupakan Natasya di penghujung semester satu adalah saat ia bisa mengikuti outbond bersama teman-teman sekelasnya.
Mahasiswa dari Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan (FPOK) harus mengikuti ujian praktik. Mereka harus menjadi panitia penyelenggara outbond sementara anak-anak dari Jurusan Pendidikan Kimia menjadi pesertanya. Tentu saja ini sangat menyenangkan bagi Natasya dan anak-anak kimia B –sebutan untuk kelas Natasya, Jurusan Pendidikan Kimia kelas B--.
Siapa yang tidak mau outbond gratis? Spider web, blind walk, folding carpet, stik goyang, flying fox dan beragam permainan lainnya benar-benar bisa menghilangkan segala kepenatan.
Natasya yang tidak mau ketinggalan kesempatan langka ini memaksa untuk bisa mengikuti outbond yang diadakan di sekitar lapangan utara kampus dan pondok hijau. Tentu saja dengan pengawasan panitia, Natasya hanya diperbolehkan mengikuti beberapa saja.
Pokoknya, Natasya tidak akan pernah melupakan keseruan di hari Minggu yang cerah itu.
Ujian semester di perkuliahan ternyata disesuaikan dengan jadwal masing-masing dosen. Hasilnya dipajang di papan pengumuman dan dicetak dalam Kartu Hasil Studi (KHS).
Natasya hampir tak percaya bahwa dirinya mendapat nilai B untuk mata kuliah olahraga. Selama ini dia sudah pasrah jika harus mendapat nilai C dan mengulang lagi di semester selanjutnya atau di tahun depan. Hanya ucapan terima kasih yang bisa Natasya sampaikan atas kemurah-hati-an dosen olahraganya yang lebih mirip dengan Will Smith versi Indonesia itu. Hehe..
Di semester kedua, Natasya masih mengambil mata kuliah umum. Bedanya, di mata kuliah Pendidikan Agama Islam (PAI) setiap mahasiswa yang muslim harus mengikuti kegiatan tutorial setiap minggu selama satu semester penuh.
Berani bolos? Jangan harap nilai PAI-nya akan muncul di KHS. Setiap mahasiswa mendapatkan satu kartu yang harus dicap dan ditandatangani oleh panitia setiap kali mereka hadir dalam acara tutorial.
Berani memalsukan cap dan tanda tangan? Siap-siap saja mendapat kartu merah dari dosen penanggung jawab program tutorial.
Tutorial dilaksanakan di Masjid Al-Furqon UPI setiap hari Minggu pukul 07.00 hingga adzan dzuhur berkumandang. Dua jam awal dihabiskan dengan mentoring klasikal, semacam kuliah umum yang diisi dengan ustadz/ustadzah atau bahkan tokoh-tokoh terkenal yang menginspirasi dan mampu memotivasi mahasiswa.
Sisa waktu setelah mentoring klasikal digunakan untuk mentoring kelompok. Setiap kelompok beranggotakan 8 hingga 10 mahasiswa.
Natasya belum pernah sekalipun singgah ke masjid yang konon masuk ke dalam 4 masjid kampus termegah di Pulau Jawa itu. Mungkin, jika tidak ada program tutorial, Natasya tidak akan pernah mengenal masjid kampusnya. Maklum saja, letak masjid berada di paling depan kampus UPI, sementara kosan Natasya berada di buntut kampus. So far far away.
Pertama memasuki pelataran masjid, Natasya sudah disuguhi dengan keindahan arsitekturnya. Koridor panjang terbentang mengelilingi masjid di bagian depan serta sayap kiri dan kanan. Natasya masuk dari bagian belakang masjid, berbelok ke tempat wudhu wanita.
KAMU SEDANG MEMBACA
Precious
Teen FictionPernah ngerasa kalo lo salah masuk jurusan? Hidup lo penuh konflik? Pengen tau seluk beluk anak kuliahan atau sekedar ingin nostalgia dengan sejuta ceritanya? Kalo ya, berarti lo harus baca buku ini! "Teruslah memberi arti bagi setiap orang yang kau...