drei

45 8 1
                                    

"tas ayo buruan, gue mau ada acara nih," ujar seorang wanita yang tampaknya sedang gusar di depan pintu kelas sambil sesekali memerhatikan jam yang bertengger manis di tangannya.

"daritadi gue bilang lo duluan aja nar, ngeyel banget sih jadi orang," tasia mempercepat membereskan bukunya yang berantakan di mejanya.

"yaudah gue duluan aja lah ya udah jam segini, daah tas," tasia hanya membulatkan jari telunjuk dan jempolnya menandakan dia berkata 'ok'.

ayo dong tas cepetan dikit, batinnya.
nah udah selesai deh

tasia langsung menggendong tasnya dan langsung keluar kelasnya yang memang sudah sepi dari bel tadi.

"lama banget lo tas gue tungguin daritadi disini," ujar seorang cowo yang ada di depan kelasnya.

"loh mesta? ngapain disini? tumbenan lo nunggu gue," jawab tasia cepat karena sedikit kaget.

"itu, ada cowo yang bilang dia nunggu lo di depan gerbang," ujar mesta.

"siapa?," tasia mengangkat satu alisnya. "oh iya siapa ya tadi," jawab mesta sambil menepuk jidatnya yang menghasilkan bunyi puk kecil. Tasia hanya bisa memutar matanya.

"gatau lah lupa gue, yang penting kalo gasalah dia pake hoodie warna abu-abu terus pake motor warna merah, dah ah gue mo pulang nambah kerjaan banget disini," mesta langsung memutar balikkan badannya dan pergi ke arah parkiran.

biru?

tasia cepat-cepat pergi ke arah yang berlawanan dengan arah mesta, gerbang.
ketika tinggal berjarak beberapa langkah lagi, dia melihat biru sedang duduk diatas motornya menghadap arah yang sama seperti tasia, otomatis biru tidak sadar akan kehadiran tasia yang berada beberapa langkah di belakangnya.

tasia mempercepat langkahnya untuk memastikan bahwa itu benar-benar biru. Untuk apa dia disini?

"biru?," tasia menepuk pundak biru pelan yang otomatis biru langsung menoleh.

"oh tasia, saya tungguin kamu daritadi disini," biru tersenyum kecil melihat ekspresi bingung tasia. "Maaf ya gak bilang-bilang kamu dulu, soalnya saya gapunya kontak kamu, jadi saya langsung kesini," biru masih tersenyum.

loh emang belum? oiya deh belum.

"iya santai aja, tumben kesini? mau ngapain?," tanya tasia.

hari ini adalah hari kedua mereka bertemu setelah 2 minggu lamanya. Sebab itu tasia bingung akan kehadiran biru yang sempat-sempatnya itu.

"oh gapapa, cuma mau ngajakin ke kedai langganan saya di ujung jalan sana, yuk keburu sore nih," ajak biru yang langsung memakai helmnya dan secara tidak langsung menyuruh tasia untuk naik, dan mereka pun pergi.

***

oh, kedai ini toh

"kenapa? muka kamu kayaknya emang udah familiar gitu sama kedai ini, pernah kesini ya?," tanya biru yang terbingung melihat ekspresi wanita di hadapannya.

"o-oh gapapa, ayo masuk, kayak apa banget kita didepan sini berdiri," tasia terkekeh kecil, walaupun sangat dipaksakan.

"dikirain kamu ada pengalaman gaenak sama kedai ini, muka kamu ngejelasin semuanya, tapi bagus lah kalau ngga," tutur biru yang langsung menggandeng tangan tasia yang tampaknya enggan memasuki kedai itu.

biru menuntun tasia ke meja yang dekat dengan jendela besar, jadi mereka bisa melihat pemandangan jalan beserta pelengkapnya setelah tadi mereka memesan kopi mereka.

"boleh minta nomor hp kamu ga? kayaknya kita aneh banget ga tukeran nomor hp," ujar biru langsung setelah mereka duduk.

"oh boleh nih kamu aja, sekalian id line," ujar tasia yang langsung mengambil hpnya di saku bajunya dan langsung menyerahkannya ke biru.

biru pun menerima hp tersebut dan langsung membukanya.
ga dikunci ternyata, batinnya.
tapi, gerakan tangannya yang ingin mengusap hp tasia untuk membukanya itu berhenti ketika dia melihat foto yang berada di lockscreen hp tasia.
kayak kenal ini cowo, batin biru lagi.
udah ah hush gasopan

biru cepat-cepat memasukkan nomor hpnya ke hp tasia dan begitu pula dengan id linenya. Cepat-cepat dia mengembalikan hp tasia dan mengatur nafasnya yang kelihatannya seperti gugup.

"kamu kenapa biru?," tasia tampaknya tau kalau biru sedang gugup setelah membuka hpnya. Logikanya berkata bahwa ini berakibat dari hpnya tadi.

"gapapa tasia, gausah khawatir, saya gabakal ngerepotin kamu kok disini, tenang aja," ujar biru.
"ta--"

pelayan kedai kopi tersebut datang ke meja mereka dan menyerahkan dua cangkir kopi yang sama-sama mengepulkan asap.

"minum dulu aja tas," ujar biru yang dengan santainya setelah pelayan itu berbalik dia langsung menegak satu tegukan kopi hitam yang kelihatannya sedang sangat panas.

"eh eh?," tasia bingung karena kopi itu tampaknya masih panas tapi biru tidak apa-apa setelah meminumnya.

biru langsung menaruh gelasnya lagi beserta piring kecilnya di meja, dan dia langsung menatap jendela.

hal itu membuat tasia bingung yang kemudian dia ikut menoleh ke arah jendela.
oh sedang senja.
tasia menatap biru lagi.

"kamu suka senja?," tanya tasia.
"sangat," jawab biru.
"kenapa?," tanya tasia lagi.
"tenang," jawab biru sambil memejamkan matanya.
"terus kenapa sih suka kopi hitam? kan pahit gaada rasanya," tanya tasia yang mengalihkan tatapannya dari biru ke cangkir kopi biru yang isinya tinggal setengah.

"menurut saya, senja itu adalah penutup hari yang paling indah, dia menutup hari tanpa ada yang menentang, bebas, damai, tenang, dan kopi ini menurut saya, sangat nikmat dinikmati dengan senja, kalau saya menatap senja sebagai penutup hari, beban saya hilang, begitu pula dengan kopi pahit ini, saya menikmatinya dengan sukarela, beban saya hilang, memang kombinasi penutup hari yang benar-benar indah," jawab biru panjang yang mengikut sertakan senja di dalamnya.

dan tasia hanya bisa menatap biru kagum tanpa sepengetahuan biru.
juga dengan tatapan bingung; mempertanyakan sebenarnya siapa dia?

————————————————

don't forget to vomment!❤️
there's any typo? comment here⬅️

regards with love,

—cottontalks

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 14, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Be My Petrichor, can you?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang