Kim Hye Ri X Lee Jung Ho
Kamu sangat pendiam hari ini. Ada apa? Apa yang salah? Aku begitu khawatir"
"..."
"Apakah karena aku? Kumohon maafkanlah aku.."
"..."
"Jangan menangis..."
"Semuanya akan baik-baik saja."***
Pertemuan kita yang terakhir sungguh membuatku gila. Kau hanya diam saja. Membisu tanpa kata.
Setelahnya kau memintaku pergi, namun setelah aku cukup menjauh kau menangis. Kau menangis sejadi-jadinya. Tatapanku tak bisa lepas darimu.
Apa yang menindih hatimu?
Apakah batu besar?
Apakah itu membuatmu sesak?
Coba ceritakan padaku. Semua kata-kata itu ingin ku lontarkan saat itu juga. Ingin ku berbalik dan memelukmu erat.
Aku memang pria jahat.
Pria yang tidak bisa menjaga dan melindungimu. Pria yang tak bisa menjadi sandaranmu saat kau terpuruk seperti sekarang ini. Aku merasa bodoh.
Atau kau menangis karena aku?
Seketika otakku berhenti berpikir. Pertanyaan terakhir menohokku. Sungguh.
***
To: Hyeri
"Hyeri, bisakah kita bertemu? Di taman jam 7 malam ini"Kukirim pesan untukmu, aku sudah yakin akan keputusan yang kubuat ini. Sungguh. Meskipun rasanya berat, aku akan mencoba sekuat tenaga. Aku akan menghadapinya.
***
Sudah satu jam diriku menunggu ditaman ini.
Ataukah kau tidak membaca pesanku?
Atau kau memang tidak ingin datang?
Pertanyaan demi pertanyaan berputar-putar dikepalaku.
Dadaku sesak.
Tertohok dan terus tertohok. Diriku memang tak pantas jadi kekasihmu.
Kekasih mana yang rela membiarkan gadisnya menangis sendirian di kafe?
Kekasih mana yang tak bisa menenangkan gadisnya?
Hanya aku. Aku memang tak pantas. Sungguh.
Kutundukkan kepalaku, tetesan demi tetesan membasahi tanah.
"Oppa..."
Kudengar suara yang dulu biasa ku dengar. Ah ilusi ini. Malam-malam selalu saja berhayal.
"Maaf"
Kutundukkan kepalaku lebih dan lebih. Tetesan kini menjadi rintikan, semakin basah tanah ini.
"Kenapa kau yang minta maaf? Harusnya aku. Aku yang terlalu jahat. Aku tak pernah disampingmu. Aku terlalu sibuk dengan segalanya. Sampai akhirnya aku akan kehilanganmu. Untuk apa kau minta maaf?"
"Ah, kenapa aku mengoceh sendiri. Ini ilusi. Jangan berhayal malam-malam Jungho."
Rintikan terus saja jatuh, kuraih rambutku kutarik tak karuan. Kujambak frustasi.
"Arghhhhhh!!!!"
Ah, siapa ini yang memelukku?
Rasanya seperti aku kenal. Wangi yang biasa aku hirup.
Ilusi apa ini?
Hingga kurasa seperti nyata?
Kupejamkan mataku, kusandarkan kepalaku pada bahunya, Rasa nyaman yang dulu aku rasakan.
Dasar ilusi aneh. Ah, Biarkan. Biarkan ilusi aneh ini. Aku ingin merasakan kenyamanan ini. Sebentar saja. Sebentar.
Tanganku bergerak tanpa diperintah, kubalas pelukannya. Kupeluk erat.
Ah, mengapa ilusi ini sangat sangat nyata?
Apakah ini ilusi?
Atau ini nyata?
Bahuku kini basah.
Apakah ini benar-benar ilusi?
Kuangkat kepalaku, kulihat dirimu menangis sambil memelukku.
Apakah ini benar ilusi semata?
Kuangkat tangan kuraih pipi mulusnya yang terbanjiri tangisan.
Ah, ini bukan ilusi. Ini nyata.
Kupeluk dirinya untuk kedua kalinya. Kali ini lebih erat. Sangat erat.
"Maafkanlah aku. Kurasa cukup sampai disini saja. Aku tidak ingin membuatmu menderita."
Kulepaskan pelukanku dan kulihat wajah cantiknya. Wajah cantiknya yang dulu dipenuhi keceriaan kini selalu dipenuhi air mata. Sungguh aku tak sanggup seperti ini. Kubangkit dan kuraih kedua bahunya,
"Carilah pria lain yang lebih baik dari pada aku. Kumohon. Untuk yang terakhir kalinya, tolong lupakan ini."
Kukecup singkat bibirnya, setelahnya kulangkahkan kaki menjauh.
"Maafkan aku telah berbohong selama ini. Aku tahu aku tidak bisa menyembunyikan perasaanku padamu. Aku tak pandai berakting kan? Haha." Ucapmu disertai tawa kecut diakhir.
"Kau juga, carilah gadis yang lebih baik dariku. Maaf aku tak bisa membalas perasaanmu. Maaf membuatmu berpikir kaulah yang salah. Namun sebenarnya akulah yang salah disini. Aku tak tahu harus mengakhirinya bagaimana. Aku min-"
"Mencintaimu bukanlah sesuatu yang salah namun waktu yang kurang tepat mempertemukan kita. Terima kasih. Jangan minta maaf padaku."
***
Secercah cahaya masuk melewati celah jendela. Membuat pemilik kamar terbangun dari tidurnya.
"Ternyata semuanya hanya mimpi."
Kuedarkan pandanganku sampai kesudut ruangan. Pintu terbuka. Kulihat hidangan tersedia dimeja makan seberang pintu. Kulangkahkan kaki mendekatinya.
Siapa yang membuatkanku sarapan? Ah, ada notesnya.
"Terima kasih untuk segalanya. Maaf karena aku terlalu takut mengatakannya hingga kau tertekan. Aku hanya bisa buatkan bubur dan teh hangat. Mungkin akan dingin saat kau bangun. Kau bisa memanaskannya. Kumohon berbahagialah. -Hyeri"
Tetesan air mengalir kembali, berubah menjadi rintikan dan semakin deras. Namun tak ada suara karenanya.
"Kenapa kau lakukan ini? Membuatku tak bisa melupakanmu saja. Melupakanmu membutuhkan energi yang banyak."
Tak kuat kakiku berdiri. Gemetar hingga akhirnya terduduk. Kuraih sendok dan kumakan sesendok demi sesendok. Makan dalam diam.
"Ternyata bukan mimpi ya..."
Tangis menemaniku saat ini.
"Kuharap aku bisa bahagia tanpamu hyeri."
"Terima kasih, aku tidak apa-apa. Sungguh."
Aku akan mencoba sekuat tenaga.
KAMU SEDANG MEMBACA
IT'S OK
Short StoryTitle: It's OK Author: Park Channie Quotes: "Mencintaimu bukanlah sesuatu yang salah." Source Cover: -https://www.linkedin.com/pulse/its-absolutely-ok-lucy-benzilin Link Image: -https://media.licdn.com/mpr/mpr/AAEAAQAAAAAAAAfkAAAAJDRlMjhmYmI1LWRjZ...