Warung Kopi Pak Ihsan

38 2 0
                                    

Kami pun berhenti di depan sebuah bangunan tua yang tidak terlalu besar namun ramai oleh petugas-petugas stasiun yang sedang beristirahat. Tertera besar nama bangunan tua tersebut "Warung Kopi Pak Ihsan".

Aroma kopi dari warung tersebut jelas menusuk hidung. "Dulu kakek, sering mengajak gua minum kopi disini, walaupun tempatnya sederhana namun rasa kopinya tidak perlu diragukan lagi" kata Irsyad yang masih menggenggam tanganku erat. Irsyad mencari-cari tempat kosong untuk kami tempati. Aku melihat dua kursi kosong di sudut ruangan, "Itu syad di ujung!" kataku bersemangat. Sebelum aku melangkahkan kaki menuju tempat kosong itu, tanganku ditahan oleh Irsyad dengan santai ia berkata "Lo suka kopi kan? Kalo tidak suka kita ke tempat lain aja". "Suka kok" kataku yang sudah tidak sabar mencicipi kopi yang tersedia dia warung ini.

Pelayan disini sangat ramah dan memberikan kami buku menu. Aku dan Irsyad sibuk melihat apa yang akan kami pesan. Setelah aku memutuskan apa yang akan ku pesan, tidak sengaja aku dan Irsyad bersama-sama menjawab "kopi susunya satu ya mas" secara serentak. Keheningan pun terjadi selama beberapa detik, dan akhirnya terpecah oleh ketawa Irsyad yang disusul oleh ketawaku dan juga pelayan yang dari tadi setia menunggu pesanan kami.

Aku dan Irsyad menghabiskan waktu di warung kopi itu tidak terlalu lama karena tempat yang semakin lama semakin penuh membuat kami merasa tidak nyaman. Tetapi kopi yang disajikan sangat enak, kami cukup mengeluarkan uang sebesar 14 ribu rupiah untuk 2 cangkir kopi yang menurutku rasanya tidak kalah dari kopi-kopi kelas atas yang berada di pusat perbelanjaan. Kami menghabiskan waktu sekitar 20 menit disana sambil berbincang-bincang satu sama lain. Aku sadar bahwa kami berdua, memiliki banyak persamaan bukan hanya kopi tetapi dalam berbagai hal.

10 jamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang