II

30 2 0
                                    

"Membuang nama marga. Melupakan kenangan saat-saat itu. Menjadi lelaki berhati dingin. Apa kabar Ryuuto, adikku?"
"..."
"Seperti janji Mama, kau harus tinggal bersama Tou-san."
"..."
-0-0-

"Ingat gak, Ryuu-chan? Dulu waktu masih kecil, karena mimpi buruk dan dengar suara kucing berantem diloteng. Kamu langsung loncat dari kasur. Haha.. kamu langsung ke kasur Nii-san dan tidur sampai pagi. Malah kamu tidurnya gak bisa diam hahaha.."
     Cowok berambut hitam jabrik itu tertawa terbahak. Mata hitam kelamnya menatap adiknya itu penuh ejekan. Sang adik yang berambut kuning hanya mendecih. Dilayangkan olehnya tatapan membunuh dari kedua manik matanya yang bagai batu sapphire itu.
"Mau apa kau?"
"Mau apa katamu? Tentu saja membawamu pulang."
"Aku tidak mau!"
     Cowok berambut kuning itu berbalik badan. Ia sepertinya akan berlari meninggalkan si cowok berambut hitam yang tengah termenung menatapnya.
'Greeb..!'
     Usahanya untuk lari gagal, ia sudah lebih dulu berada dalam dekapan si cowok berambut hitam. "Aku merindukanmu otouto..."
"...jangan pergi lagi..."
'Kyaa..!'

-0-0-

<Mikasa POV>

     Huft, Kuso..! Yamori-kun menyuruhku mencari anak baru yang dungu itu sendirian. Seenaknya saja dia! Kenapa juga harus aku? Diantara banyak siswa kenapa harus aku?
     Di tikungan koridor aku seperti melihat bayangan. Sosok yang ku kenal dekat. Ia seperti sedang berbicara dengan seseorang. Yamaji-kun sedang bicara dengan siapa?
     Aku mendap-endap mendekatinya. Di balik tembok, aku mencoba mendengarkan pembicaraan mereka. Kuso..! Kenapa aku jadi seperti seorang stalker? Aku 'kan tinggal menghampiri Yamaji-kun dan langsung bertanya padanya.
'Mau apa kau?'
     Suara itu terdengar begitu nyaring. Suaranya agak mirip dengan suara si anak baru. Aku mengurungkan niatku untuk menghampirinya. Ya, lebih baik aku lihat situasinya dulu.
'Mau apa katamu? Tentu saja membawamu pulang.'
     Itu 'kan suara Yamaji-kun. Gak salah dengar, nih? Kupingku normal, kan? Untuk apa Yamaji-kun mengajak anak baru itu pulang? Memangnya dia siapa? Kenapa tidak mengajakku saja yang jelas-jelas calon istrinya? Hah, pertanyaanku yang terakhir.. benar-benar khayalan tingkat tinggi. Sepertinya skill  mengkhayalku terasah dengan baik.
'Aku tidak mau!'
     Aiih..! Bodoh sekali copy-an Naruto itu! Menolak Yamaji-kun yang memiliki tingkat ketampanan seperti Saskeeh Uchiha. Ya.. maksudku Sasuke Uchiha! Kalau aku pasti langsung jawab 'iya' . Kenapa dia menolaknya? Sok jual mahal? Ya ampun dia itu 'kan cowok! Mungkin saja Yamaji-kun berniat baik membawanya pulang karena dia adalah seorang bule yang nyasar lalu, menjadi gembel. Kenapa jadi sok banget tuh anak?!
'Greeb..!'
     Mataku ternistai! Demi apa ?! Demi apa?! Cowok yang aku sukai! Homo! Dia memeluk si anak baru itu! Dengan mesrahh! Mesraaah...!
     Aku bersiap menghampiri mereka. Aku sudah tak sabar memberondong Yamaji-kun dengan berbagai pertanyaan. Kenapa harus sama cowok, sih?! Kalau aku kalah saing sama cewek lain untuk mendapatkan hatinya itu maklum. Ini aku kalah dari cowok!
'Aku merindukanmu otouto.'
'...jangan pergi lagi...'
      Eh? Apa tadi? Otouto?  Yang benar saja! Si Ryuuto aneh itu adiknya?! Jelas sekali itu suara Yamaji-kun, aku tidak bermimpi!
'Kyaaa...!'
"Siapa disana?!"
       Kuso...!  Aku kelepasan, bagaimana ini? Aku mendengar derap langkah mereka menghampiriku.
"Kamu tertangkap, wahai penguping."
     Duh, mati aku..!

-0-0-

<Ryuuto POV>

"Kamu tertangkap, wahai penguping."
     Yamaji menarik lengan si penguping yang ternyata adalah seorang gadis. Yah.. ku tarik kata-kataku tadi setelah melihatnya dengan detail. Sosok itu bukanlah seorang gadis tapi, dia adalah si cewek aneh fans girl naruto. Siapa namanya? Ah, aku lupa.
"Lepas! Lepas! Tidak sopan tahu memperlakukan wanita begini!"
"Kamu yang tidak sopan karena menguping pembicaraan kami Mikasa Kasanami-hime."
"Ja.. jangan panggil a.. aku begitu."
"Hahaha..kau malu, ya? Lucu sekali..!"
     Baka Aniki itu, setelah 5 tahun tidak bertemu. Ternyata ia berubah menjadi sesosok playboy penggoda cewek. Dan lagi si cewek aneh itu tersenyum malu-malu lagi. Dan aku hanya bisa menyunggingkan senyum super jijik untuk keduanya.
"Ya.. Yamaji-kun.. ku kira kau homo. Tapi, ternyata si cowok es ini adikmu. Maafkan aku mengganggu pembicaraan kalian. Aku permisi..!"
     Cewek bernama Mikasa itu hendak berlari. Tapi, lagi-lagi kakakku yang genit itu menahannya. Ah, mereka ini mengganggu kegiatan bolosku saja, sih!
"Ya ampun!Demi apa?! Kau menganggap aku homo? Aku ini normal tahu! Normal!"
     Aku terkekeh melihat Aniki yang melotot penuh tidak percaya. Mungkin dia merasa harga dirinya sebagai seorang playboy jatuh. Ya, baguslah! Sukurin! Siapa suruh main peluk-peluk segala!
     "Hm.. Richman-san maaf atas kejadian tadi dan kau tidak boleh membolos pelajaran. Karena kamu membolos, aku disuruh dengan semena-mena oleh ketua kelas untuk mencarimu. Pokoknya kau harus ikut aku ke kelas!"
     Dia menarik tanganku. Ku lihat ekspresi aniki yang begitu miris, karena dicuekin si cewek aneh. Itu membuatku ingin sekali tertawa keras-keras.
"Suka-suka aku lah, ya. Aku yang bolos, kok. Kenapa kamu yang repot?"
"Kamu ini idiot apa bego sih?!"
"Yang idiot itu kamu! Yang bego itu aniki!"
"Lah! Kok, aku jadi kena, sih! Udah, deh! Kalian berdua ke kelas sana!"
   Yamaji-kun menarik lengan si anak baru yang notabene adiknya dengan santai. "Jangan kau fikir kau bisa membolos otouto."
     Yamaji-kun menatap adiknya itu dengan tatapan membunuh. Seketika si anak baru itu langsung mengerut ketakutan. "Kau sendiri? Masuk kelasmu, baka!"
"Ah.. kaliann.."
"Hei ! Aku ada urusan osis! Sudahlah aku harus pergi dulu. Sampai jumpa Mikasa-hime dan baka otouto ."
   Yamaji-kun meninggalkan aku dan si anak baru dengan santai. Langkahnya terdengar sangat riang disertai senandung yang terdengar bersemangat. Si anak baru hanya menatap sang kakak dengan kesal. Ia pun begitu saja pergi meninggalkanku.
"Mau kemana kau?"
   Ia tak menggubrisku. Ia terus berjalan dengan begitu cepat.
"Chotto matte, kudasai!  Richman-san"
   Aku berlari mengejarnya. Ia pun tak menggubrisku lagi. "Ku bilang berhentii..!!!"
    Ia menghentikan langkahnya. Badannya berbalik. Ia menatapku dengan kesal. "Sesuai keinginanmu. Aku akan ke kelas. Puas?"
   Wajahnya tanpa ekspresi, begitu kaku. Ia yang awalnya menatapku langsung berbalik dan melanjutkan langkahnya. "Gomen na."
   Ia tampak berhenti. Sepertinya ia mendengar perkataanku. Lalu, sepeesekian detik kemudian, dia berjalan dengan santai. Tanpa mempedulikan aku yamg ada di belakangnya.
    Yak, kesan pertamaku dengannya begitu menyebalkan. Tapi, mungkin ada sesuatu yang membuat hatinya jadi sedingin itu. Lagipula, apa peduliku? Yang jelas setelah ini aku tak mau lagi berurusan dengan aeorang Ryuuto Richman. Tak akan mau! Dan tak akan pernah!

Next week

    

WindTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang