Chapter 5

2K 231 17
                                    

"Appa!"

Namjoon sontak membuka matanya dan kemudian tersadar. Itu hanyalah halusinasi. Pria itu kemudian mengusap wajahnya kasar kemudian menatap dirinya di cermin. Kacau. Sangat kacau. Ia bahkan tak ingat kapan terakhir kali ia merapihkan diri.

Tidak ada gunanya merapihkan diri. Tidak akan ada lagi yang peduli dengan penampilannya. Kini, hanya dirinya sendiri yang mampu mempedulikan dirinya. Istrinya tersayang bahkan masih tidak diketahui diluar sana. Menghadapi berbagai bahaya sendirian. Tanpa ada yang menemani.

Namjoon bangkit dari ranjang lalu meraih segelas air di meja rias yang terdapat di ruangan itu. Dan sekilas otaknya memutar kenangan yang ia buat bersama istrinya.

Di kamar ini, ketika ia lelah dengan semua tanggung jawabnya diluar sana, sang istri dengan telaten akan menemani dan menenangkannya. Menunjukan dirinya bahwa masih ada rumah yang bisa di datanginya untuk bersinggah dan berhenti dari dunia luar sejenak.

Usapan halus sang istri di wajahnya, serta kecupan hangat masih bisa ia rasakan hingga sekarang. Dan entah kenapa itu membuatnya semakin tersiksa. Setelah kehilangan malaikat kecilnya, ia tak mungkin bisa tenang. Seolah seluruh dunia memarahinya dan memanggil nya 'Ayah yang gagal'.

Suara tangis Jimin untuk pertama kalinya ketika ia datang ke dunia yang kejam ini. Lenguhan sang bayi mungil di dekapannya saat pertama kalinya Namjoon memberanikan diri untuk menggendong malaikatnya—dengan paksaan Seokjin.

Suara tinggi Seokjin yang memarahinya dan Jimin karena mereka bermain bola di halaman tanpa jas hujan, padahal cuaca saat itu benar-benar sedang tidak mendukung. Dan alhasil mereka harus membawa Jimin ke rumah sakit ke-esokan harinya karena malaikat mereka terserang flu berat serta demam tinggi.

Dan genggaman hangat Seokjin di tangannya, menguatkan dirinya bahwa mereka bisa membangun dan membimbing keluarga kecil mereka agar dapat hidup dengan baik.

Namjoon mengeratkan genggamannya pada gelas di tangannya hingga hancur berkeping-keping. Ia tak peduli dengan darah yang mengalir di tangannya. Ia tak ingin memikirkannya. Yang bisa ia rasakan hanyalah rasa sakit di hatinya.

Sekarang, semua kehangatan itu lenyap. Dan ia tak akan bisa mendapatkannya lagi. Walaupun hanya sedikit, ia sudah tak bisa mendapatkannya lagi. Ia pun tak ingin berharap jikalau sang istri masih bisa diselamatkan. Ia tak ingin merasa dibohongi lagi. Sudah cukup malaikat kecilnya yang membohonginya.

Namjoon menutup matanya dan tangannya yang menutup telinganya. Cukup sudah. Ia sudah tersiksa sangat dalam. Kenapa Tuhan begitu kejam? Ia hanya ingin hidup dengan tenang? Masih banyak manusia yang bahkan berbuat hal brengsek dan menghancurkan dunia yang ia jaga dengan baik-baik ini. Lalu kenapa Tuhan malah mengujinya? Atau apa ini adalah hukumannya?

Ia tak mau tahu.

"Namjoon-ah.."

Namjoon membuka matanya perlahan dan menurunkan kedua tangannya. Ia berbalik dengan pelan, berharap apa yang ia dengar bukanlah halusinasi. Dan nyatanya yang ia dapati hanyalah sebuah figura besar dengan potret keluarga kecilnya—Namjoon dan Jimin yang sedang mengerjai Seokjin dengan menutup mata sang istri.

Dan kali ini Namjoon tersadar. Ia tak boleh diam saja. Ia harus melakukan sesuatu. Istrinya harus ditemukan. Hidup ataupun tidak, mereka harus mengembalikan istrinya kepadanya. Harus. Dan Namjoon kini teringat akan suatu hal. Tentang mereka yang mungkin saja menyekap istrinya.

Dan ia harus memastikan itu.

.

.

.

Dahulu, rumah besar ini hanyalah gubuk kecil yang kemudian di ubah menjadi tempat yang penuh kehangatan. Walaupun besar, rumah ini sangat penuh dengan kasih sayang. Canda dan tawa selalu menjadi lullaby hangat di dalamnya. Senyuman dan kasih sayang yang tak pernah luput dari rumah ini. Menjadi tempat dimana semua yang mendatanginya pun akan merasa ketenangan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 02, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ObviousnessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang