Kevin

11 0 0
                                    

Namaku Kevin, seorang murid sekolah favorit di kota kecil ini yang tak jauh dari gunung lawu. Aku adalah anak ke-2 dari 3 bersaudara, kakakku bernama Salsa dan adikku bernama Nayla. Aku biasa memanggil orang tua dengan panggilan bapik dan mama. Aku anak laki laki satunya, jadi anggap saja aku adalah satu satunya yang diharapkan bapik.

***

Aku lulus dari smp yang bernuansa islami, karena terbiasa dengan segala keislamiannya membuatku berbeda dengan orang di sekitarku. Aku lulus dari smp dengan nilai yang bisa dibilang cukup baik hingga bisa masuk sma unggulan. Aku adalah orang yang bisa dibilang susah punya teman, jadi kalau tidak ada seorang yang mengajakku berkenalan aku juga tidak akan punya teman. Hari pembagian kelas pun tiba, sungguh aku merasa malu karena harus maju ke depan, aku memang seorang laki laki yang menjijikkan karena pemalu dan tidak seperti laki laki kebanyakan, tapi aku nyaman dengan diriku ini karena inilah aku dengan segala kelebihan dan kekurangan. Aku mengenal beberapa teman satu kelasku, mereka teman sdku, mungkin mereka juga masih mengingatku. Hingga akhirnya kami masuk kelas dan aku duduk di meja yang cenderung di belakang, awalnya sampingku kosong, hingga ada seorang yang duduk dan mengajakku berkenalan

B: hai, aku bintang, siapa namamu?
K: aku kevin *dengan jaim*

Kulihat bintang adalah seorang yang banyak bicara. hingga akhirnya kita berbincang sedikit

B: dari smp mana?
K: smp islam
B: aku dari smp 1
K: ok

Masih dengan raut muka dan nada yang sama, Bintang tak hentinya mengajakku berbicara. Hingga akhirnya ada tugas yang perlu dicatat dan kami berdua pun kebingungan

B: kelihatan?
K: *mengambil kacamata* nggak
B: lalu? *dengan sedikit tertawa*
K: *hanya terdiam*

Dan akhirnya ada pendamping yang membantu kami menulis tugas itu lalu kami pulang.

***

Hari demi hari kulewati, hingga hari dimana kelasku berkumpul untuk mengerjakan tugas dari sekolah. Kami berkumpul di taman dekat sekolah. Aku datang dengan baju biru putih smp yang sudah menguning dan memudar, membawa tas hitam dan rambut gundul. Masih dengan wajah yang jaim dan menakutkan, aku duduk sendirian di bawah pohon. Sesuai dugaan, masih belum ada yang mengajakku berbincang, memang sudah terbiasa hariku diisi oleh kosongnya sendiri. Tiba tiba seorang perempuan pun datang dan bertanya kepadaku

-: bawa kamera?
K: bawa *mengambil kamera*
-: oke makasih

Aku tak kenal siapa dia bahkan aku tak jelas melihatnya, ya karena memang aku tak ingin melihatnya dan hanya menunduk. Entah mengapa aku sungguh malu berada disini, entah malu karena penampilanku yang seperti ini atau memang aku pemalu. Tak hentinya aku menundukkan kepala dan memalingkan pandangan. Tetapi entah kenapa ada 2 perempuan yang cukup cantik dan selalu membuatku ingin melihatnya, tetapi aku tetap tak melihatnya. Perempuan yang meminta kameraku tadi duduk dengan tegak dan berbicara lantang mengatur urusan kelasku, hati berbisik siapa dia, ingin hati berkenalan dengannya, tetapi aku masih termenung memandang tanah dengan pikiran yang tak jelas hingga aku pulang ke rumah.

"Kosongnya kesendirian, membuatku lemah tanpa perhatian"

Story between usTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang