Y [3]

9 5 0
                                    

I can't have you no matter how hard I try
You said I wasn't the one, that I was like a beggar
Before the dawn

***

"Assalamu'alaikum!" teriakku.

"Wa'alaikumsalam,"

"Abaaannggg..."

Balasan yang saling bersahutan, dari Bunda dan tentunya dari my little bro, Dareen.

Kuhempaskan tubuh ini ke sofa. Kupejamkan sejenak mata ini dan mencoba untuk menarik nafas sedalam mungkin.

"Abang, ganti baju dulu terus makan. Udah siap itu di meja," ucap Bunda ku sembari mengurut dahiku yang berkerut.

"Iya, Bun. Sebentar," balasku. Kutarik tangan beliau dan kucium.

"Abang! Abang! Liat, Alen buat pesawat nih! Liaatt dong," teriak Dareen sambil naik ke atas pangkuanku.

Kubuka mataku dan menatapnya. Senyum kusunggingkan sembari ku acak rambutnya.

"Adek, turun! Abangnya kasian baru pulang. Ayo, makan dulu sama Bunda. Nanti baru main lagi sama abang, ya" putus Bunda sembari mengangkat tubuh mungil Dareen.

"Bun, Abang ke atas dulu ya. Nanti makan duluan aja sama Dareen, Abang mau istirahat sebentar," pamitku.

Bunda hanya membalas tersenyum dan segera membawa pergi Dareen menuju arah ruang makan yang bersebelahan dengan dapur. Aku segera berjalan menuju lantai dua dan memasuki tempat peristirahatanku di rumah ini.

Kusampirkan tas ke sandaran kursi belajar. Usai ganti baju, kuhempaskan tubuhku ke atas kasur. Kucoba untuk memejamkan mata. Kuhiraukan segala hal yang telah terjadi.

Salahku yang selalu mencoba mendekatinya dalam diam. Salahku menjadi pengecut setelah semuanya.

"Goblok emang lu Ka!" umpatku sambil terkekeh.

Dalam keheningan, kurasakan setetes air mata yang lolos. Setetes yang menggambarkan segalanya.

Maaf, Va...

----


DOOR DOOR


"Abang! Abang! Bangun!"

"Minggir dek, biar Kakak aja,"

"Isshh... Kakak awas ah! Abang! Cepetan!"

"Diem! Jangan gitu banguninnya Dareen, ish"

"Abaaannnggggg"

CEKLEK


Pintu terbuka dengan apiknya. Dua orang yang sedari tadi ribut terlonjak kaget melihat pintu terbuka.

"Kenapa?" tanyaku datar.

Aku baru tertidur 20 menit tolong. Aku butuh tidur lebih banyak lagi. Aish

"Buset baru bangun lo! Kebo bener," ucap seseorang yang tingginya sama denganku.

Aku mengernyit bingung. Siapa dia? Apa aku pernah mengenalnya? Sepertinya tak asing.

"Abang! Kak Ren jahat nih, masa pesawat Alen diinjek tadi, hancurkan" ucap seseorang yang lebih kecil lagi sambil memeluk kakiku.

Aku pun menunduk dan mengangkatnya ke dalam gendonganku. Sang tertuduh pun meringis saat mendengar aduan Dareen.

"Hehe... Maaf ya, tadi gak sengaja kok suer. Abis Dareen gak keliatan, hehe" Akunya.

Dareen hanya memalingkan wajahnya. Dia sibuk membongkar pesawat kertasnya lagi. Aku masih terdiam menatap orang di depanku. Ren? Siapa?, batinku.

"Heh, malah bengong lagi! Jangan bilang lu lupa gua?!" matanya menyipit.

"Hmm... Siapa?" balasku datar.

Ini sebenernya aku masih dalam tahap sadar dan tidak sadar. Jet lag kali? Yakali jet lag mana ada tidur doang jet lag. Sebodo lah ya. Intinya aku benar-benar lagi tulalit.

"Anjirr... Tega bener lo lupain gua begitu aja! Parah parah," hebohnya mendrama.

Tanpa kupedulikan lagi aku segera keluar kamar dan menuju lantai bawah. Aku merasa lapar sekarang.

"Lah gua ditinggalin gitu aja," katanya tak terima.

"Adek, turun dulu ya. Duduk disini! Abang mau ambil makan dulu," ucapku sambil mengusap kepala Dareen.

Ia hanya mengangguk dan kembali sibuk dengan kertasnya sudah berbentuk tak karuan. Segera kutinggalkan dan berlalu ke dapur.

Aku melihat orang itu berjalan kemari. Ia langsung mengambil duduk di sebelahku.

"Mau makan? Ambil aja," ucapku sambil lalu.

"Va, serius lo lupa sama gua?" katanya.

Kutaruh alat makan ku dan meminum air di gelas yang sudah aku ambil. Setelahnya kutatap dia sembari berfikir. Sepertinya tak asing, tapi aku benar-benar lupa.

"Emang lo siapa?" akhirnya aku menyerah dan menanyakannya langsung.

"Ren, Aldrich Orion Darren," balasnya singkat.

Seketika mataku membulat. Aku tau siapa dia.

Ren, kakak Rava.


To be continue

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 16, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SemuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang