Sebut saja namaku Naila Al Humairoh Al Khanza usiaku 17 tahun, orang-orang memanggilku Naila dan terkadang keluargaku memanggil Aila. Aku adalah seorang gadis yang terlahir dikeluarga yang terpandang. Abiku bernama Abdulloh Al-Marzuki, seorang pengusaha dan ummiku Nurul Qolby, seorang ibu rumah tangga, aku memiliki 2 adik, satu perempuan (Nazwa Al Humairoh Al Khanza, 12 tahun) dan satunya lagi (Ammar Al Marzuki, 1 tahun).
Keluargaku berasal dari keluarga yang terpandang. Silsilah abiku bersambung dengan Nabi Muhammad SAW, bisa dikatakan aku adalah seorang syarifah pertama dari keluarga abiku, dikarenakan abiku adalah putra pertama dikeluarganya.
Mengemban tugas sebagai syarifah dalam keluarga adalah suatu beban yang sangat berat. Gelar kesyarifahanku dan nasab keluargaku adalah Rahasia Keluarga.
Sejak dari kecil seringkali dilarang melakukan hal ini itu hanya untuk sebuah gelar syarifah. Semuanya kujalani dengan ikhlas, hingga aku tumbuh dewasa.
Sejak duduk di bangku Madsrasah Tsanawiyah aku dititipkan oleh kedua orang tuaku di Dunia Pesantren. Walaupun begitu aku dilarang keras membuka rahasia keluargaku. Tapi, dari beberapa sahabat dekatku ada yang sudah mengetahui akan hal itu.
Di pesantren aku belajar banyak hal akan islam. Tetapi aku masih belum menemukan jati diriku akan islam yang sesungguhnya.
_________***_________
Hingga pada suatu ketika disaat usiaku 17 tahun(tepatnya kelas 2 Madrasah Aliya). Sahabat dekatku Aida (aku biasa memanggilnya mbak Aida) mengenalkanku dengan sahabatnya yang katanya akhir-akhir ini menjadi salah satu Moodboster para santriwati, karena ketampanannya dan kemahirannya dalam dunia banjari, baik dalam segi suara maupun memainkan banjari.
Sore itu aku berada di Musholla pesantrenku. Saat aku duduk melamun, tiba-tiba ada yang memanggilku dari kejauhan.
"Lailaaa.." saat kutoleh kearahnya ternyata mbak Aida. Dia adalah salah satu dari sahabat-sahabatku yang kucintai. Tingginya diatasku dialah tempat curahan hatiku selama ini.
"Iya mbak.. ada apa??" sahutku. Lalu dia menghampiriku dan bertanya "La, kamu pernah punya pikiran suka sama lawan jenis nggak? Lagian kamu sekarang kan sudah mengijak 17 tahun.. nggak ada niatan buat coba?". Dia seperti sedang mengintrogasiku."maksud embak apaan? Jodoh kok dicoba-coba, adanya jodoh itu ditangan Allah.." aku menoleh ke arah mbak Aida dengan tersenyum. "gini loh la.. Aku punya sahabat deket dia juga mondok disini, dia itu sekarang lagi patah hati la, karena cewek yang dia sukai selama ini ternyata sudah ada yang punya.. Padahal dia itu setia banget loh sama tuh cewek, sampek mau ngorbanin perasaanya demi cewek itu apa kamu nggak ngerasa iba sama dia.??" Mbak Aida mencoba bercerita dengan sejelas jelasnya agar aku paham."hemmm.. Lah terus mbak aku bisa bantu mbak apa??" Aku pura-pura kebingungan, padahal aku tahu isi otak mbak Aida yang sedang berniatan ingin menjodohkanku dengan sahabatnya yang sedang ia ceritakan saat itu.
"kamu tertarik nggak sama dia.?? Upst.. Maksudnya kamu mau kukenalin sama dia nggak??" Menolehkan kepalanya kepadaku. "Tadinya aku bingung harus aku bantu dia apa, karena aku kan sahabat dekatnya.. Tapi semua teman cewekku sudah ada yang punya.. Tinggal kamu aja yang ngejomblo aja!! Gimana kamu mau bantu aku nggak?? Apa salahnya mencoba sih la.??" Sambungnya sambil mengerutkan jidat. Sebenernya aku mau menolak permintaan mbak Aida tapi mau bagaimana lagi dia adalah sahabatku, teman curhatku, jadi mau nggak mau harus menuruti permintaanya."Hemm.. tapi mbak Aida harus inget, disini aku cuman ingin kenal saja nggak lebih. Mbak Aida tahu kan kalau aku nggak akan pacaran??" Ucapku. "Alhamdulillah.. iya la.. namanya Alam La.." mbak Aida tersenyum lega setelah mendengar kata-kataku.
Di sekolah aku dan Alam berbeda kelas. Alam sekelas dengan mbak Aida di kelas Unggulan sedangkan aku di kelas Intensif. Namun di pesantren kami kelas 11 seluruhnya dijadikan sekelas diniyah, yakni Tsani B. Sebenarnya aku sering bertemu dengannya, namun dia begitu cuek dengan orang lain, hingga aku pun tak begitu tertarik untuk berbicara dengannya. Kalau bisa dibilang aku dengan Alam tidak pernah berbicara sama sekali selama ini.
Mbak Aida sering menceritakan tentang Alam kepadaku tanpa kusuruh. Tentang apa saja yang Alam kerjakan di kelasnya. Tentang siapa wanita yang saat ini dikejar-kejarnya. Sebenernya aku bingung dengan jalan fikirannya mbak Aida, bukannya dia mau ngenalin aku ke Alam itu buat mecahin permasalahannya si Alam. Tapi nyatanya si Alam sepertinya sudah punya pengganti wanita yang nyaikitin dia saat itu. Berarti tugasku selesai, tapi kenapa mbak Aida terus bercerita tentang Alam(?). Ahh, sudahlah biarkan saja mbak Aida yang mengatur alurnya.
Aku juga sering mendengarkan santriwati sekompleksku bercerita tentang Alam, kata mereka Alam adalah lelaki berparas tampan nan sholeh, mahir dalam menabuh banjari dan suaranya juga bisa dibilang merdu karena mereka juga beberapa kali mendengarnya menyanyikan sholawat saat ada acara-acara di pesantren. Sikap cueknyalah yang membuat hati para santriwati di pesantren mengaguminya. Dan dia seorang lelaki yang setia terhadap seseorang yang dia cintai. Itulah kisah yang diceritakan para fansnya dari santriwati kompleksku
Akupun ternyata telah penasaran dibuatnya. Aku mulai mengikuti alur yang dibuat oleh mbak Aida.
Inilah awal dimana aku mengenalnya.
____________________________________________________________________________Ikuti terus kisahnya..
*Khana_bila11*
KAMU SEDANG MEMBACA
"Ketika IMAN Menyapa"
SpiritualNamaku Naila Al-Humairoh Al-Khanza. Akulah wanita itu. Wanita pembawa seberkas cahaya.