Pada suatu malam saat aku masuk ke kamar untuk membersihkannya aku melihat ada sebuah surat yang sepertinya terjatuh dari sang pemiliknya. Aku pun membuka surat itu. Perlahan aku mulai membukanya sambil mengawasi sekitar dan memastikan tiada yang melihat saat itu. Dan, ternyata surat itu dari Alam. Alam menyatakan bahwa dia sangat mencintai Zizi. Dia tidak ingin kehilangan Zizi, dia akan menunggu sampai kapanpun hingga Zizi mau bersamanya. Dia bersedia tersakiti hanya untuk melihat kebahagiaan orang yang ia cintai. Dan, Alam tetap akan menunggu hingga Zizi putus dari Gus Fajar. Alam tak meperdulikan apapun, walaupun Gus Fajar adalah sahabat karibnya.
Dan setelah kupikir-pikir, semenjak Zizi dengan Gus Fajar, makin banyak yang mengenal Zizi karena Zizi yang sedang menjalin hubungan dengan seorang putra Kyai di pesantren kami. Dan yang pastinya semenjak itulah persahabatan antara Gus Fajar dengan Alam rusak.
Namun disisi lain perasaanku semakin memutuskanku untuk menjauhi segala rasa tentang Alam. Aku mulai tersadar bahwa dia bukan untukku dia sangatlah mencintai Zizi. Mana mungkin aku dapat memutuskan cintanya, dan menjadi perusak hubungan orang lain. Tiba-tiba ada temanku yang masuk kamar. Dia bertanya "itu surat apa la??" Aku langsung menyembunyikan surat itu dibalik kardus yang sedang tertata antara aku dengan temanku sambil melipatnya. "E.. enntahlah sepertinya surat ini terjatuh dari pemiliknya. Aku juga nggak tau punya siapa ini??" Jawabku seakan-akan aku belum memebukanya. "Owalah, boleh aku lihat?" "Boleh silahkan mungkin punyamu!!" Sambil berpura-pura tak tahu apa isinya.
Temanku pun membukannya dan bilang "kasihan yaa si Alam, dia harus terjebak dalam cinta segitiga!!" Aku hanya manggut-manggut saja, seakan setuju dengan pendapatnya.
Sejak saat itu aku semakin menaruh iba pada Alam. Kasihan dia, tidak seharusnya aku mencampuri urusannya. Dan tak seharusnya aku ada diposisi sebagai perusak seperti saat ini.
__________***__________
Siang itu aku sedang menikmati indahnya awan di depan pesantrenku tepatnya di bangku hitam biasa tempat teman-temanku nongkrong. Tapi saat itu disana aku sedang sendirian. Tiba-tiba temanku Ifah datang dan mengagetkanku "Heyy..ngelamun aja!!" "Hihh apaan sih.. bikin aku kaget aja" jawabku. "Itu tuhh dapat salam dari Alam katanya minta Biodatamu!!" Kata ifah sambil menggodaku. "Kamu itu ngomomg apaan sih?? Ga mungkin lahh Alam minta biodataku!! Aku aja ga pernah ngomong sama dia!" Jawabku sambil memalingkan wajah dan tersenyum. "Aku serius laa.. dia tadi nitip salam bilang kayak gitu ke aku.. jangan-jangan kamu.." pertanyaanya yang sangat mengusik telingaku. "Ahh kamu.. Mana mugkin?? Kamu bercanda yaa.. ohya kamu tahu darimana soal aku sama Alam??" Kataku. "Haah?? Kamu ada apa sama Alam??" Dia kembali bertanya kepadaku. "Enggak.. nggak ada apa-apa!! Ihh kamu apa-apaan sih!!" "Iyaa beneran aku tadi disalamin katanya minta Biodatamu!!"dia tersenyum. "owalah iyaahh... iyaahh.." jawabku sambil menyembunyikan senyum bahagia. "Ehhh kamu belum jawab pertanyaanku tadi.. kamu ada apa kok???" Tanyanya dengan menyodorkan mukanya kepadaku. "Gak ada apa-apa kokk.." jawabku sambil berjalan menjauh darinya.Tukar menukar biodata dengan sesama teman adalah sebuah tradisi perkenalan, agar lebih dekat di dunia pesantren. Jadi jika tukar-menukar biodata itu hal yang biasa.
Malamnya aku mulai menulis kata-perkata tentang identitasku menggunakan bahasa inggris, karena bagiku bahasa inggris adalah bahasa yang indah. Disaat itu mbak Aida sedang melihatku dan Zizi yang sama- sama sedang menulis di atas kertas surat. Mbak Aida pun bertanya padaku "Kamu nulis surat buat siapa laa??" "Bukan buat siapa-siapa kok mbak!!" Jawabku menyembunyikan jawaban sambil ngasih kode bahwa aku lagi pingin ngomong di luar. Mbak Aida pun memahami maksudku dan langsung beranjak keluar. Kuselesaikan suratku dan langsung menjemput langkah mbak Aida yang sepertinya sudah sampai diluar.
KAMU SEDANG MEMBACA
"Ketika IMAN Menyapa"
SpiritualNamaku Naila Al-Humairoh Al-Khanza. Akulah wanita itu. Wanita pembawa seberkas cahaya.