"Memangnya umur 25 tahun itu sudah bisa jadi spesialis?"
"Ya bisa lah, itu ada. Putra sulungnya Dokter Vanya, pemilik rumah sakit ini. Lo sih Led...makanya jangan datang terlambat mulu kalau apel pagi itu."
"Diihhh... nggak percaya gue. Mana ada orang secerdas itu, dimana-mana umur 25 tahun tuh baru aja lulus dari kuliah kedokterannya. Lah ini masa iya udah nyandang gelar dokter spesialis anak? Paling juga pake kekuasaan papa sama mamanya yang notabene pemilih rumah sakit ini. Biasalah anak orang kaya... Pasti manja dan melakukan segala cara buat jadi dokter gitu."
Aku menoleh ke arah dua gadis yang sedang merumpi itu. Tadinya aku hanya tersenyum saja saat mereka mengatakan gosip yang tak penting, tapi saat disinggung begitu tentu saja aku tersinggung. Lah... yang sedang mereka bicarakan di aku Daniel Imanuel Thomson. Putra bungsu dokter gigi Tivanya Thomson. Duuuhh.. ini kok disini rumpi banget yah? Padahal baru juga aku menginjakkan kakiku disini lagi setelah sepuluh tahun. Hmm.. Sudah lama ternyata.
Aku memang mengikuti kelas akselerasi dulu, jadi usia 15 tahun sudah bisa menempuh kuliah. Dan atas keinginanku dan juga keinginan Daddy aku melanjutkan kuliah kedoteranku di luar negeri. Di Skotlandia. Tempat mommy dulu mendapat beasiswanya. Dan akhirnya meski tak rela pisah dengan daddy dan mommy pada usia 15 tahun aku sudah harus pisah dengan mereka.
Aku menghabiskan waktu kurang lebih 4 tahun dan lulus sarjana kedokteran lalu melanjutkan di spesialis anak selama 4 tahun juga dan akhirnya disinilah aku mendapat tugas sebagai dokter anak di rumah sakit milik Mommy ku ini. Rumah sakit ini sebenarnya milik Eyangku, Demian. Tapi karena kebetulan mommy seorang dokter maka kekuasaan atas RS ini diberikan untuk mommy.
Omongan mereka membuatku kesal padahal sejak dari tadi pagi aku bersemangat datang. Aku memang tidak mau diperkenal lewat orang-orang disini karena aku ingin membaur dengan mereka terlebih dahulu tanpa embel-embel anak pemilik rumah sakit lah, anak dokter Vanya lah.. aiihh aku tak mau itu.
Aku ingin dikenal sebagai Dani, si cowok penyuka Cimory. Yup, dari dulu cimory strawberry menjadi kegemaranku. Bahkan waktu mommy hamilin aku juga ngidam cimory. Aku menuruni sifat Daddy yang addicted dengan minuman susu ini.
"Led, jangan sembarangan ngomong ah... Hati-hati loh nanti kamu jatuh cinta sama dokter Dani. Tau sendiri kan suaminya dokter Vanya, udah tua aja masih ganteng gitu apalagi anaknya, tau kan si Gio yang udah menikah itu? yang jadi chef plus model terkenal itu? gantengnya amit-amit deh... Trus Marry, Miss Indonesia 2017 itu loh, Apalagi adik bungsunya? Duhh... gemesin..."
Aku kembali tersenyum mendengar ucapan cewek di belakang ku. Kurapatkan topiku dan meminum cimory ku lagi, masih ingin menyimak apa yang akan mereka omongkan lagi.
"Duuuhhh... najis deh Nin. Gue nggak doyan sama anak manja gitu."
Aku pun kembali tersenyum geli. Ini cewek dari tadi kayaknya antipati kepadaku. Perlu diberi pelajaran deh! Aku pun segera bangkit dari kursiku. Kantin rumah sakit ini memang masih lengang karena hari masih pagi.Kubalikan tubuhku dan kutatap dua cewek yang sepertinya perawat disini yang dari tadi heboh membicarakanku.
Satu yang duduk menghadapku berambut sebahu, berperawakan tinggi dan berwajah manis. Tapi satu yang duduk memunggungiku itu yang membuatku penasaran. Rambutnya panjang tergerai, tubuhnya mungil. Aku bersedekap masih menanti ucapannya.
"Yang bener Ledy? nanti kalo lo jatuh cinta beneran sama dia gimana? Kan kita bakalan satu divisi ni. Kita ditugaskan di poli anak kan ya? Nah, dokter Dani besok yang akan gantiin dokter Abi itu!"
Dan seketika gadis di depanku tergelonjak terkejut.
"Apaaaa? yang bener Nin? Waaahh aku harus ke kepala perawat nih, aku nggak mau dijadiin asistennya. Amit-amit pasti manja banget." dan seketika gadis berambut panjang itu membenahi tasnya dan berlalu dari hadapanku disusul dengan temannya yang tergesa-gesa juga.
Ooowww... Ini menarik. Ada yang tak mau jadi asisten ku huh?
Jangan lupa Voment yah✌✌
KAMU SEDANG MEMBACA
I Love You, Dok (I Want You 2)
عاطفيةAndai aja stetoskop bisa dengerin suara hati kamu.