" Tak pernahku rasakan cinta
Begitu hebatnya
Sebelum ku kenal kamu
Dunia pun kelabu
Dan kau datang membawakan cinta
Yang telah lama ku nanti "Seorang ibu tengah menyeret anak gadisnya untuk pergi ke sebuah mall.
"Mah!" ujar sang cewek terlihat malu.Ibu itu yang bernama Ines hanya memberikan pelototan tajam."Apa? salah Rae sendiri nggak mau di ajak! Ya udah deh mama terpaksa pake cara kekerasan!"
"Ihh. Malu ah mah. Di kira aku kambing apa pake di seret-seret segala" gerutunya yang mulai kesal.
"Ihh kamu tuh ya, ini tuh lagi ada diskon besar-besaran akhir tahun. Pokoknya mama nggak mau tahu Rae harus bantu mama. Titik nggak pake koma!" ujar sang ibu tegas.
Rae hanya memasang wajah kesal. Bagaimanapun dia tidak bisa membantah perkataan ibunya itu. Dia tidak begitu tertarik dengan segala hal yang berbau fashion, kekinian dan modis. Dia lebih suka untuk mrnghabiskan waktu dengan membaca novel atau sekedar melihat oppa-oppanya. Jujur saja jika tidak di sogok dengan di belikan sebuah novel yang katanya sedang ada diskon juga di mall tersebut pasti Rae akan menolaknya.
"Rae kamu ke sebelah kiri ya, nanti ambil peralatan itu tuh yang di pojok kanan. oke!" perintah Ines.
Rae hanya mengangguk paham. Sebenarnya bisa saja ibunya itu bilang ke ayahnya mau beli oven dan peralatan lainya keluaran terbaru. Tapi hal itu sangat disayangkan karena ibunya yang berprinsip teguh untuk mengehemat agar nanti bisa di gunakan untuk hal yang lainya. Kalau ada yang murah lantas mengapa harus mencari yang lain? itulah prinsip ibunya.
Rar berlari dengan gesitnya saat waktu di mulai. Tubuhnya yang mungil itu dapat menerobos para ibu yang bertubuh besar layaknya preman pasar. Satu incaranya itu di pojok kanan berwarna silver. Rae berusaha mengambilnya tapi sangat di sayangkan ada sebuah tangan lain yang meraihnya.
Ah sial. Kalah start!
Ibu itu sudah terlebih dulu mengambilnya mengalahkan Rae. Sebenarnya tadi Rae tarik-tarikan untuk memperebutkan alat itu. Tapi karena tenaganya yang tidak cukup besar dan tububnya yang mungil itu diakalahkan oleh ibu yang berperawakn preman.
Ibu itu tersenyum puas setelah mendapat apa yang di inginkanya. Ibu itu tersenyum mengejek pada Rae.
Tidak kehilangan akal Rae mencoba membohongi ibu itu."Akhhh! Oh my to the got ada Raffi Ahmad sama Rafathar!" teriaknya begitu keras.
"Mana-mana?" ujar ibu itu.
Rae tersenyum simpul."Emm itu di sebelah sana bu!" Rae menunjuk ke tempat ujung yang juga sedang ada diskon baju. Ibu itu kemudian menyerahkan alat itu pada Rae dan diterima dengan senang hati.
Ibu itu langsung ngicir di ikuti dengan ibu-ibu yang lainya. Rae tersenyum puas dan kini tujuanya hanya ke kasir untuk membayar dan segera kabur sebelum ibu itu datang dan memarahinya.
Saat tiba di kasir Rae lupa bahwa dia datang ke sini cuma membawa badan saja. Rae harus gimana dong mana hape juga tidak di bawa olehnya.
"Totalnya Rp750.000 mba" ujar sang kasir."Duh gimana ya mbak? saya lupa nggak bawa dompet. Saya juga nggak bawa hape mba. Gimana kalau nanti tunggu ibu saya ke sini? kebetulan ibu saya juga sedang di sana mba?"
"Maaf mba, barang itu harus segera di bayar. Kalau tidak kami akan mengembalikanya dan membiarkan pembeli lain yang membeli" ujarnya sopan.
" Yah gimana dong mba? Mbanya kan cantik nih apa nggak kasihan sama saya yang buruk rupa ini mba? Please mba demi sebuah novel terbaru!" ujarnya bernegoisasi.
"Maaf mba, ta--" ucapnya terpotong.
"Biar saya yang membayarnya"
Rae menengok ke belakang. Pangeran dari mana ini Tuhan? mengapa begitu tampan? bahkan jantungku sudah tidak bergerak lagi.
Rae menggelengkan kepalanya. Membuang pikiranya jauh-jauh. Dia terkejut dengan seseorang yang menjadi malaikatnya itu.Cowok itu memberikan kartu ATMnya untuk membayar alat tersebut dengan belanjaanya.
"Lo nanti bisa bayar sama gue"
"Makasih ya. Tapi ibu gue belum selesai kayanya. Lo nggak apa-apa nunggu bentaran?"
"Gimana ya? gue lagi buru-buru nih. Makanya tadi gue bantu lo biar cepet selesai. Gimana nanti lo ke rumah gue aja?"
"Oke deh"
"Lo ada kartu apa gitu buat jaminan? gue tahu lo nggak bawa hape"
Rae merogoh sakunya dan berharap dia menemukan sesuatu di sana. Yap Rae menemukan kartu Nisn-nya yang dia bawa saat sekolah untuk mengisi biodata."Eumm kalao kartu ini bisa?"
Cowok itu melihat sebentar kartu itu dan tersenyum simpul."Ok!"
"Gue tunggu ya!" ujarnya lalu pergi meninggalkan Rae yang terbengong.Jantung gue udah nggak berfungsi.
Gue berasa melayang ke atas awan. Senyumnya yang manis itu mampu mencabut nyawa gue.* * * * *
"Rae!"
"Ah iya" Rae menoleh ke samping.
"Kenapa bengong? tuh mulut nanti ke masukan laler" ejek ibunya.
Rae menutup mulutnya dengan salah satu tanganya."Udah mah?"
"Iya tinggal bayar aja nih"
"Mah nanti ke--. Arghh aku lupa mah nanyain alamat rumahnya. Mana lupa juga minta nomor hapenya. Aduh gimana nih mah?" ujarnya frustasi.
"Loh loh emangnya kenapa?"
"Itu tadi aku mau bayar tapi lupa nggak bawa tas sama hape. Terus ada cowok yang bayarin. Nah Rae kasih kartu Nisn Rae buat jaminanya. Tapi Rae lupa nggak minta alamat rumah sama nomer hapenya"
"Duhh pinter banget sih anak mamah!"
"Ihh mamah mah, kan Rae jadi nggak enak. Nanti alatnya jadi nggak halal loh mah"
"Kamu tuh ya. Pokoknya mama nggak jadi beliin kamu novel!"
"Yahh mah. kok gitu sih?"
"Ok..belinya di pasar loak aja kalau gitu"
"Aish. Mama ngeselin"
Nggak apa deng itung-itung jadi tambah irit wkwkw

KAMU SEDANG MEMBACA
⚠ LOVE WARNING ⚠ ( HIATUS )
Подростковая литератураCerita ini hanyalah sebuah peringatan , bagi yang belum siap untuk merasakan jatuh dan bangkit dalam tempo yang sesingkat-singkatnya.