Raera Gempar Early

1.7K 145 63
                                    



Aku cewek jelek yang menginginkan seorang pangeran

Apa yang kalian rasakan saat orangtuamu membanding-bandingkan dirimu dengan orang lain? Terlebih lagi dia adalah musuh bebuyutanmu. Ya itulah yang sedang di rasakan Rae saat ini. Ayahnya selalu membandingkan Rae dengan  Arum tetangga sebelahnya yang cantik, pintar dan anggun menurut ayahnya. Rae tahu bahwa dia tidak bisa seperti cewek lainya yang selalu up to date soal fashion dan segala tetek bengeknya. Menurut Rae semua itu hanyalah sia-sia.

Setidaknya Rae memiliki kelebihan yakni dia mahir beladiri Karate bahkan bulan lau dia baru saja mengikuti ujian kenaikan tingkat. Ayahnya sangat heran dengan kelakuan anak bungsunya itu yang begitu berbeda istrinya Ines.

"Sekolah kamu gimana Rae?" selidik ayahnya yang mulai curiga.

"Biasa kok yah, Arum masih menjadi siswi berprestasi dan Rae hanya menjadi siswi biasa"

Ayah hanya mendesah pasrah. Bukan. Bukan itu yang dia maksud. Dia hanya mengkhawatirkan dengan kehidupan putrinya yang biasa-biasa saja.
Pulang sekolah langsung pulang ke rumah berdiam diri di kamar dan keluat jika hanya ada yang penting ataupun sekedar meluangkan waktu bersama seperti saat ini."Rae punya pacar?"

Rae tersedak. Dia segera mengambil air minum yang ada di depanya itu. Setelah di rasa lega Rae menjawab pertanyaan ayahnya dengan serius.
"Sebenernya Rae masih bingung yah?" ujar Rae serius.

"Bingung kenapa?" Ayah penasaran.

"Emang pacaran itu apa?"

Ayah menepok jidatnya. Bisa-bisanya anak jaman sekarang ada gitu yang tidak tahu arti kata 'pacaran'."Tanya sama Deenan coba?"

Rae menatap kakaknya itu yang tengah serius mengunyah.

Merasa dirinya di tatap Deenan hanya tertawa."Ayah mah, di kibulin Rae tuh"

"Haha...ayah lucu deh! Ya kali Rae nggak tahu apa itu pacaran. Rae aja udah punya mantan yah. Haha" tawa renyah Rae mengisi rumah itu.

"Satu lagi yah" ujar Deenan.

"Apa?"

"Rae rangking 33!"

Dan sedetik kemudian Rae menjitak kepala kakaknya itu dengan tanganya.



Rae akui dia hanyalah butiran debu di kelasnya itu. Kelasnya merupakan khusus untuk anak yang berprestasi dan cerdas. Rae menyalahkan prestasinya itu di bidang nonakademis yang selalu membanggakan nama sekolahnya.
Dia hanya tidak ingin satu kelas lagi dengan Arum dan Gavin. Itu hanya akan membuatnya panas sendiri. Gavin yang tak pernah melihatnya dan Arum yang selalu menindasnya. Dia tahu dan paham betul mengapa ayahnya begitu mengkhawatirkanya karena sikapnya yang terlalu tertutup sehingga membuatnya sulit mendapatkan seorang teman ataupun pacar. Yup yang di katakan Rae hanyalah bualanya saja. Sudah jelas mantan pacarnya itu adalah idolanya duluboyband asal Korea Selatan yang kini sudah berganti karena idolanya sudahmenikah menikah meninggalkan dirinya.

* * * * *

Pagi-pagi sekali Rae sudah bangun dan membantu mamahnya memasak di dapur untuk sarapan. Dia menuruni mamahnya itu pandai memasak.
"Udah sana kamu pakai baju sekolah, ntat telat Rae!" usir Ines.

"Sip bos!"

Rae kembali ke kamarnya dan mulai bersiap-siap untuk berangkat sekolah. Sebenarnya bisa saja Rae berangkat bersama kakanya itu karena Deenan dan Rae hanya berjarak satu tahun tapi hal itu tidak bisa karena Deenan pasti akan berangkat dengan pacarnya itu.

"Mah Rae berngkat ya. Rae sarapan di sekolah aja. Rae lupa belum ngerjain pr!" teriak Rae sembari berlarian dari tangga.

Rae lupa mengerjakan pr Ekonominya dan dia juga yakin jika mengerjakanya akan sia-sia karena hasilnya pasti tidak balance. Maka dari itu Rae akan berangkat pagi untuk mencontek jawaban pada Arum. Meskipun Arum jahat tapi setidaknya dia tidak pelit dalam hal pelajaran.

"Ehh di minum dulu susunya Rae!"

"Telat ih mah! Rae berangkat. Bye!"

Rae berlari keluar rumah untuk mencari angkot. Dan benar saja Arum baru keluar dari rumahnya dengan menaiki sepeda. Rae sebenarnya bisa saja berangkat naik sepeda karena jarak antar rumah dan sekolahnya yang begitu dekat tapi dia enggan karena tidak bisa naik sepeda dan tidak mungkin juga dia nebeng sama Arum. Bisa-bisa di dicekik.

"Ar!"

Arum berhenti. Dia menoleh. Lalu sejurus kemudian dia mengeluarkan buku gelatik berwarna hijau dari dalam tasnya itu. Dia tahu betul tabiat tetangganya itu."Nih, awas sampe rusak buku gue!" kata Arum garang.

"Makin cantik deh Arum!"

"Gue tahu" Arum pede.

Idih.

Rae hanya tersenyum dan melambaikan tangan memberhentikan angkot yang lewat.

* * * * *

Rae sekarang bisa bernapas lega karena telah menyelesaikan laporan keuanganya itu.

Hari ini seperti biasanya Rae duduk seorang diri di barisan paling belakang dengan kacamata hitamnya yang selalu menghiasnya.

Rae menelungkupkan wajahnya pada meja dan mengambil headset karena kali ini dia akan melewatkan mata pelajaran sejarah dengan tidur.

"Ya ampun Ar kalo lo nggak ngerjain tuh laporan mana bisa jawaban kita balance" ujar Ana.

"Hooh. Untung kita punya princess dan prince di kelas"

"Ahh. Masa sih? nggak ih. Kalau kalian rajin juga pasti bisa kok."

Halah. Muka badak aja bangga lo.

"Harusnya tuh lo pacaran sama Gavin! kalian cocok tahu!" Ana berkata dengan penuh semangat.

Wajah Arum bersemu merah mendengar nama Gavin di sebut.
"Nggak lah. Gue sama Gavin kan sahabatan"

"Mana ada sih sahabatan cowok-cewek? Pasti ada salah satunya yang punya perasaan!"

Arum hanya diam. Dia memaksakan tersenyum."Mungkin"

Mendengar itu Rae semakin gencar untuk bersaing merebutkan Gavin!


Mohon untuk di baca ulang Love Warning
Karena ada perubahan mengenai alur dan tokohnya

Lanjut?

Yay or Nay

Apa yang kalian pikirkan untuk

Rae

Arum

Gavin

Myotongtea_

⚠ LOVE WARNING ⚠ ( HIATUS )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang