Aku mencintaimu dalam diam
Sesederhana itu
Tapi mengapa begitu menyakitkan?Beberapa menit lalu bel istirahat pertama telah berbunyi dan Rae mengabaikan hal itu. Apakah dia harus ke taman belakang atau tetap di kelasnya?
Rae mendesah pasrah dengan nasib malangnya ini. Dia ingin sekali mempunyai seorang teman tapi apa daya mencari seorang teman itu sulit apa lagi seorang sahabat barang langka coy!RahataS: Bawa tas gue sekalian! Awas lo nggak dateng🔫🔫🔫
Rae hanya membacanya saja. Dia tidak mungkin membolos mata pelajaran Matematika ya walaupun dia juga sebenarnya tidak menyukainya.
Dia tidak bergeming dari duduk manisnya itu dan malah membaca novel terbarunya yang baru saja dia beli kemarin.Arum dan teman-temanya baru saja kembali dari kantin. Arum hanya melirik sekilas pada Rae dia berdecak sebal melihatnya.
"Duh nggak sabar deh lihat pertandingan basket!" ujar Ratih.
"Cie..cie yang di ajak nonton" goda Ana.
Arum blushing. Dia hanya tersenyum menjawab. Memang benar tadi Gavin mengajaknya untuk melihat pertandingan. Tapi sayangnya Gavin juga mengajak Rae musuhnya itu.
Rae tertawa saat tengah membaca novel bergenre comedy. Dia tertawa terpingkal-pingkal sampai memukul meja.
Handphonya bergetar menandakan ada sebuah pesan masuk.RahataS: Buru! atau gue sebar buku diary lo ini😎😏
RaeGE: Shit. Gue kesana sekarang!
Arghhh. Sial. Bagaimana dia bisa lupa menjaga buku diarynya itu. Tanpa pikir panjang Rae beranjak dari duduknya dan membereskan barang-barangnya segera. Tidak lupa dia juga membawa tas Ata.
Rae berlari dengan begitu cepat dia takut kalau sampai ketahuan guru BK. Sampai tiba di taman belakang dengan nafas yang terengah-engah.
"Lo mau ngajak gue bolos ya?!" tuduh Rae yang memang sudah siap untuk ikut bolos.
Ata sedang duduk di bangku taman dengan mengemut permen milkita rasa strowberry. Ata melipat kedua tangan di dadanya. Dia melihat Rae dari atas sampai bawah.
"Kata siapa?""Lah terus lo ngapain suruh gue ke taman belakang sama bawa tas lo?!" Rae mengatur pernafasanya.
"Duhh pinternya temanku satu ini. Mentang-mentang tampang gue badboy lo selalu negative thingking ya"
Ata berdiri dari duduknya dan berjalan mendekati Rae untuk mengambil tasnya.
Dia mengambil sesuatu dari tasnya itu."Ini" tunjuknya."Hah?"
"Gue mau buang sampah pada tempatnya. Gue sedih dari tadi nyari tong sampah tapi malah nggak ketemu-ketemu. Nah disini nih ketemu tong sampah yang ada tulisanya an-organik" cengirnya tanpa rasa bersalah.
"Gue nye-sel!"
"Lo tuh ya! Kalau yang warna hijau itu artinya organik nah yang warna merah itu yang an-organik" jelasnya.Ata melempar tasnya pada Rae dan mengajaknya kembali ke kelas.
* * * * *
Sepulang sekolah Rae piket terlebih dahulu baru dia akan pulang. Dia tidak habis pikir mengenai kejadian barusan dia kira Ata akan mengajaknya membolos nyatanya tidak.
Rae berjalan menuju parkiran khusus sepeda. Dia mulai menaiki sepeda dan mulai mengkayuhnya.
Tiba-tiba saja rantai sepedanya putus. Ah Sial.
"Aish kenapa pake putus segala sih"
Denga terpaksa Rae menuntun sepedanya itu. Dia memutuskan untuk pulang saja dan memperbaiki sepedanya besok hari karena awan mendung telah berkumpul menjadi satu."Heh teman!"
Rae menoleh ke samping di lihatnya wajah tengil itu.
"Apa lo?!" kesal Rae."Sepeda lo kenapa?" tanyanya dengan masih mengendarai motor sport hitamnya itu.
"Lo punya mata kan?"
"Lo punya mata juga kan?"
Rae hanya diam enggan menanggapinya lanjut bisa-bisa dia naik darah nantinya.
"Bye teman!" Ata pergi meninggalkan Rae yang kesal.
"Dasar cowok nggak peka! Bantuin kek!" rutuknya.
Rae melanjutkan menuntun sepedanya itu. Tiba-tiba saja hujan datang di sore hari. Dia berlari dan menuntun sepedanya itu menuju halte.
Rae membersihkan dirinya yang terkena hujan itu dengan tissue yang ada di dalam tasnya.
"Nih"
Rae mendongak ke atas melihat seseorang. Dia Gavin! Rae mencoba menetralkan detak jantungnya yang kelewat batas dalam bekerja.
"Nih" ucapnya sekali lagi sembari menyodorkan sebuah payung ke Rae.
"Ma-makasih" jawabnya gugup dan menerima pemberian Gavin. Padahal dia berharap sekali akan sepayung berdua dengan Gavin tapi apa boleh buat ternyata Gavin membawa dua payung.
"Sepeda lo rusak?"
"Iya. Gavin nggak naik motor?"
"Nggak. Motor gue lagi di bengkel"
Rae mengangguk paham.
"Lo masih sama ya" Gavin menatap Rae penuh arti.
"Hah?"
"Nggak jadi. Sini sepeda lo gue yang tuntun. Kita pulang bareng"
Kita?
Demi apa Gavin bilang kita?Sebenarnya rumah mereka berdekatan. Rumah Rae bersebelahan dengan Arum sedangkan rumah Gavin berada di depan rumahnya. Gavin tidak pernah sebelumnya mengajak Rae pulang bersama. Bahkan untuk berbicara denganya saja Gavin cuek. Ini merupakan suatu keajaiban Gavin mau berbicara panjang lebara dan peduli padanya?
Sepanjang perjalan mereka hanya saling diam. Ditemani dengan gerimis yang menyejukan hati.
"Sia-sia gue pergi bawa payung sama montir sepedanya" gerutu Ata kesal.
"Sorry bro nggak jadi"
"Gimana sih lu" kesal sang montir yang di tinggal Ata pergi
Mohon untuk di baca ulang Love Warning karena ada perubahan alur dan tokohnya☺
Gimana sih menurut kalian cerita Love Warningnya?
Kasih Vote sama Komenya dung biar semangat nulisnya😂Lanjut?
Yay or Nay
Satu pesan untuk
Rae
Ata
Gavin
Arum
Salam Ata💔
KAMU SEDANG MEMBACA
⚠ LOVE WARNING ⚠ ( HIATUS )
Teen FictionCerita ini hanyalah sebuah peringatan , bagi yang belum siap untuk merasakan jatuh dan bangkit dalam tempo yang sesingkat-singkatnya.