Effect

550 51 18
                                    

Aku menekan pin yang sudah ada kuhapal di luar kepalaku dan segera membuka pintu dorm setelah pintu tak lagi terkunci. Aku mengedarkan pandanganku ke seluruh penjuru untuk mencari seseorang yang kupikir bisa membuatku merasa lebih baik.

Seolah takdir mempermudahnya, aku menemukannya sedang terpaku di depan pintu kamarku. Mungkin dia baru saja berbicara serius dengan Wonho atau bertengkar dengan Hyungwon. Tapi aku lebih memilih opsi pertama jika melihat dirinya yang masih mematung saat ini. Lelaki berdimple di tulang pipinya itu tak pernah berdiam diri setelah bertengkar dengan Hyungwon ataupun Minhyuk karena ia tak pernah terlalu memikirkan pertengkarannya dengan teman-teman sebayanya itu.

Aku mendekatinya seraya meletakkan tangan kananku di pinggangnya. Ia masih tak bergerak, jadi kuputuskan untuk bersuara.

"Kau sedang apa?"

Kihyun terkesiap, kedua matanya membulat sempurna lengkap dengan mulutnya yang membentuk huruf O. Tak lama kemudian ia membalikkan tubuhnya untuk menghadap ke arahku, lalu merentangkan kedua tangannya. Aku terdiam sebentar memperhatikannya, aku tau ia ingin aku memeluknya tapi aku ingin bermain dengannya sedikit.

Aku memandanginya dengan pandangan bertanya. Ia mengerjapkan matanya imut lalu mencebik bibirnya saat tau aku tak lekas bergerak, "Kau tak ingin memelukku?"

Akupun terkekeh dan langsung menariknya ke dalam dekapanku. Benar saja, hanya Kihyun yang bisa membuatku merasa lebih baik. Ia melingkarkan kedua tangannya di pinggangku, aku meletakkan satu tanganku di punggungnya dan lainnya di kepala belakang Kihyun. Membelai rambutnya lembut sekaligus menghirup aroma manis namun tetap maskulin yang menguar dari tubuhnya.

Cukup lama aku mendekapnya erat. Rasanya begitu nyaman. Hangat dan menyenangkan. Bahkan dalam sekejap aku telah melupakan apa yang terjadi di gedung agensi tadi. Saat ini aku hanya membutuhkannya untuk terus menemaniku.

Akupun tersadar sudah cukup lama mendekapnya. Biasanya ia akan melakukan sesuatu untuk melepaskan dirinya dari pelukanku tetapi kali ini sepertinya ia tahu bahwa aku membutuhkannya lebih dari apapun, jadi ia membiarkanku tetap memeluknya erat. Tapi tetap saja, aku tak ingin menyakitinya sehingga aku melepaskan pelukanku.

"Kau tak kehabisan napas 'kan?" aku menggodanya untuk memecah keheningan. Ia hanya mencebik bibirnya sambil sedikit menggelengkan kepalanya lalu berjalan menuju ke dapur.

Kihyun membuka kabinet atas dapur, sedikit menghembuskan napas kasar saat mengetahui ia harus berjinjit untuk meraih bungkus-bungkus ramyeon yang ditata -dengan sengaja pastinya oleh Minhyuk- di rak paling atas. Aku bergegas mendekatinya lalu mengambilkan sebungkus ramyeon.

Aku memperhatikan sosok Kihyun dari balik punggungnya. Entah mengapa aku merasa begitu ingin berada di dekatnya, mungkin lebih tepatnya ingin tetap bersentuhan dengannya. Jadi aku mendekat padanya, "Boleh aku memelukmu?"

"Tak usah basa-basi! Biasanya kau juga tak minta izinku." sindirnya, membuatku terkekeh. Akupun langsung memeluknya dari belakang, sedikit menumpangkan kepalaku pada bahu kanannya.

Ia terlihat sama sekali tak terganggu dengan posisiku yang menempel padanya. Tak jarang aku mengeratkan pelukanku atau sekedar mengecup ringan lekuk lehernya yang sedikit terbuka.

"Apa kau akan merasa kenyang hanya dengan memelukku?" Kihyun bersuara saat melihatku tetap tak melepaskan pelukanku meskipun tahu saat ini ia baru saja meletakkan semangkuk ramyeon di atas meja makan.

"Jika kau tak ingin memakannya aku bisa memanggil Wonho Hyung yang pasti siap menghabiskannya." ancamnya sambil menyentuh tanganku untuk melepaskan pelukanku. Akupun membiarkannya terlepas lalu berjalan menyeberangi meja makan agar bisa duduk berhadapan dengannya.

"Bagaimana?"

Tentu saja ini enak. Kihyun memiliki panggilan 'eomma' bukan tanpa alasan. Tapi aku hanya menganggukkan kepalaku, sebisa mungkin aku berusaha tak bersuara ketika sedang makan. Dan anehnya Kihyun tak keberatan hanya menemani seseorang yang memakan masakannya dalam diam.

Aku mengangkat wajahku untuk menatap Kihyun yang masih menemaniku dalam diam. Ia sedang menopang dagunya dengan kedua tangannya seraya memandangiku yang sedang menyantap makanannya. Ia sedikit terkejut saat pandangan kami bertemu namun tersenyum sepersekian detik setelahnya membuatku ikut tersenyum.

Aku bergegas bangun dan berjalan menuju konter dapur untuk mencuci mangkuk yang ada di tanganku. Kihyun tetap bertahan pada posisinya namun sedikit memutar tubuhnya mengikuti pergerakanku. Usai mencuci mangkuk, aku membalikkan tubuhku lalu melangkah mendekatinya, sedikit membungkukkan tubuhku agar lenganku dapat meraih bagian belakang lutut serta pinggangnya. Kihyun menyuarakan protesnya karena perlakuanku yang tiba-tiba, aku hanya tersenyum mendengarnya.

Aku mendudukkannya di atas pangkuanku. Kami sedang berada di tengah sofa panjang yang ada di ruang TV kami. Ia meletakkan kepalanya di lekuk leherku dengan tangannya yang masih melingkar disana. Aku meletakkan kedua lenganku di sekitar pinggangnya lalu menariknya mendekat ke arahku. Menumpangkan kepalaku di atas kepalanya sembari mengecupnya ringan beberapa kali.

"Terima kasih." suaraku memecah keheningan diantara kami. Ia menatapku dengan pandangan bertanya, "untuk apa?"

"untuk tetap diam dan tidak menanyakan apapun."

Kihyun menanggapi ucapanku dengan candaannya, namun tak lama ia menangkup wajahku seraya membalas tatapanku.

"Kami punya banyak waktu untuk mendengarkanmu ataupun menunggumu. Tak perlu buru-buru."

Suara lembutnya -serta kecupan singkatnya- sukses membuatku terkejut sekaligus menghangatkan hatiku. Bahkan penggunaan kata ganti jamak itu menyadarkanku bahwa pada beberapa bagian, Kihyun memang lebih dewasa daripada apa yang terlihat.

"Jadi malam ini secara khusus kau dikirim para member untuk menghiburku, huh?" ia tertawa mendengar tuduhanku, ia menggelengkan kepalanya dengan senyum yang masih menghiasi wajahnya.

"Aku melakukannya secara sukarela." ia mengalungkan kembali kedua lengannya di leherku, "Apa menurutmu aku akan membiarkanmu sendirian disaat begini?"

Aku menarik tubuhnya secara tiba-tiba, membuatnya sedikit kehilangan keseimbangan sehingga tanpa sengaja bibirnya menyentuh bibirku. "Tidak," jawabku seraya mengulum bibirnya yang terasa begitu manis. Ia melepaskan tautannya lalu memicingkan matanya, "Berhenti melakukan gerakan secara tiba-tiba." ucapannya membuatku menaikkan kedua alisku, tak lama ia memejamkan matanya seraya mendekatkan wajahnya ke arahku. Mengecupku dengan lembut.

Aku tergelak melihat tingkahnya yang menggemaskan. Aku pun membalas ciumannya seraya mengeratkan pelukanku padanya, melumat bibirnya pelan tanpa berusaha meningkatkan tensi ciuman kami. Menikmati momen sederhana yang bahkan mampu membuatku melupakan segala permasalahan yang sedang kuhadapi.

Ya, memang. Seperti itulah efek seorang Kihyun bagi diriku.

***

Republish karena kemaren ngga sengaja kepublish pas ceritanya belum selesai. Sorry😔

Cause & Effect

Voment please^^

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 23, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

All About YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang