Aku kini mengerti dengan semua yang telah terjadi, tak sabar ingin segera ku sampaikan rasa ini kepada Anty, semuanya terasa begitu ringan kini, sekat yang menghalang laju hatiku telah hilang kini. Namun sayang, aku belum bisa menghubungi Anty.
Aku memilih penerbangan pertama sabtu pagi ini, untuk menuju Surabaya, sudah lama memang aku tak pulang. Kebetulan minggu ini kuliah ku kosong, sehingga waktu ini bisa kugunakan untuk meluangkan waktu-ku bersama keluargaku di Surabaya.
Sabtu sore itu aku sudah berada di teras rumahku, cuaca yang panas membuatku diam di teras itu, membiarkan tubuhku di terpa angin.
"Sudah makan Mar ?" Seru ibuku, sembari mengikutiku duduk di teras ini.
Aku mengangguk
"Oh iya, kemarin sore Anty nelpon, katanya sih sore ini dia bakal kesini, mungkin menginap semalam, tepat sekali kamu sudah ada di sini."
Aku tersenyum mendengar penuturan ibuku itu.
"Gimana paras dia sekarang, Mama jadi tak sabar ingin ketemu dia."
"Dia cantik ma, liat aja deh."
"Kamu tuh ya... atau jangan-jangan kamu naksir dia lagi."
"Dih Mama, Mara kan cuma bilang 'dia cantik' aja."
"Lagian kalau memang benar juga ga apa-apa ko."
"Mama udah donk."
Ibuku tersenyum, tak begitu lama aku mendengar bel rumahku berdering.
Ibuku segera menghampiri pagar dan membuka pintu gerbang itu, aku masih terduduk dan hanya melihat ibuku dari kejauhan.
"Anty ya... aduh... capek ya... Mar... ini Anty datang." Jerit ibuku dari ke jauhan, kulihat sosok Anty diapit ibuku berjalan menuju teras.
"Bener kata Mara, kamu tambah cantik saja."
"Ah, biasa aja ko tante."
"Hai Anty... " Ucapku
"Mara, sudah ada disini ternyata ?"
"Kamu pasti capek, istirahat dulu aja ya. Mara, temenin Anty-nya, mama mau buatkan minuman dulu."
"Makasih tante, jangan repot-repot."
"Ah ga apa-apa." Ucap ibuku sembari melenggang masuk rumah.
"Masuk An ?"
"Biar disini aja dulu, panas banget ya di Surabaya. Eh kapan dari Bandung ?"
"Tadi pagi."
"Baru nyampe donk ?"
"Nyampe siang. Gimana studynya ?"
"Lumayan seru, kebetulan teman-teman satu mess aku asyik semua."
"Syukurlah kalau kamu seneng."
"Eh mana Bapak sama adik-mu ?"
"Papa masih kerja lah, palingan tar malem pulang, kalau Ristia pelatihan pramugari di Denpasar. Denger-denger sih hari ini juga dia pulang. Ah panjang umur, tuh Ristia pulang." Ucapku sambil menunjuk ke arah gerbang, dimana Ristia, adikku, baru saja melangkah masuk ke pelataran rumah.
"Eh, ada Kak Mar." Sahutnya. "Ini... ?"
"Anty, Ris! kamu lupa ya ?"
"Oh Kak Anty, aduh sorry, habisnya Kak Anty beda sih." Ucap Ristia sembari menjabat tangannya. "Kok ada disini, kapan datang ke Surabaya."
"Udah seminggu, ada study yang harus Kak Anty lakuin di sini."
"Nginepnya di sini ?"
"Ya enggak lah, Kak Anty nginep di Mess, hari ini dan besok kebetulan gak ada kegiatan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Inginku (Cerpen)
Short StoryTerkadang banyak hal yang membuat aku terangguk dalam ketidak mampuanku. Yang malah membuatku mematahkan asaku sendiri. Aku sadar, aku hanya manusia dengan daya nalar yang begitu terbatas, yang terkadang tak mau menerima jika apa yang aku lihat dan...