Blue. 5

131 19 0
                                    

Setelah Laudya menjalankan tugasnya untuk mencari kunci ruang OSIS, Gisha segera berlari ke ruangan itu, dengan kunci menggantung di jari telunjuknya.
Tiga puluh menit setelah bel tanda pulang sekolah dibunyikan, beberapa siswa masih tinggal untuk melakukan pelajaran tambahan atau mengikuti kegiatan ekstrakulikuler.

Gisha menarik napasnya pelan sebelum akhirnya memutar kunci pada pintu yang bertuliskan "Ruang Osis" itu. Dia menghirup udara sebanyak-banyaknya sebelum akhirnya memasuki ruangan yang sering kekasihnya kunjungi dulu, Gisha takut dia tidak mampu untuk pergi kesana, namun tekatnya membongkar kasus ini sudah bulat, maka ia langkahkan kakinya dengan berat.

Gisha mengabaikan segala bayangan Kevin dalam ruangan ini, dia segera menghampiri meja ketua OSIS itu.

Sesampainya di depan meja, Gisha segera membuka ranselnya, mengeluarkan lembar kertas berjudul "Ruang Kerja" , dia duduk di singgasana Kevin, menatap kertas itu, dia masih bingung harus mencari apa setelah sampai di ruangan ini, sampai matanya menangkap stiker bergambar setiga menempel di laci meja, stiker segitiga itu mirip sekali dengan gambar di kertas yang Gisha pegang.

Gisha tersenyum, dia tahu Kevin jelas mempersiapkan semua ini, tapi untuk apa? Apakah Kevin mempersiapkan kematiannya sendiri? Dan apa yang sebenarnya Kevin simpan, jika memang dia dibunuh, motif apa yang sedang berusaha dia tunjukkan.

Kevin memang cerdas, mungkin ruang kerja sengaja dia tulis untuk mengelabuhi pelaku yang bisa saja menyimpulkan maksud kata ini adalah ruang kerja perusahaanya, dan jelas kode ini dia tujukan untuk orang dekat yang begitu mengenalnya.

Membaca barisan kata ruang kerja dalam kertas itu, pikiran Gisha mengarah pada perusahan keluarga Angkasa, mungkin saja pelaku ini adalah rival bisnis keluarga Kevin, dan sengaja membunuh Kevin demi kepentingan bisnis, hanya itu yang terasa sedikit rasional untuk saat ini.

Gisha segera menarik laci meja itu, ada satu buku di sana, buku tebal bersampul hitam, seperti kitab, tapi saat Gisha buka isinya adalah sejarah dari tiga Piramida di Meksiko , Gisha mengernyit bingung.

Gisha membuka halaman demi halaman, sampai pada halaman ke 18 dia menemukan beberapa huruf yang dilingkari dengan tinta warna merah, huruf D, I, F, O.

Gisha tersentak, "Difo? Apa maksudnya?"

Gisha menarik kertas bergambar segitiga tadi, membaca rentetan angka acak di sana, mungkin maksud Kevin dia harus membuka halaman yang sama dengan angka itu, iya mungkin seperti itu, batin Gisha.

"Halaman 28, AURORA, ini nama ayamnya bukan? Duh becanda kali ni bocah."

"Halaman 33, CHIP?" Gisha merasa menemukan maksud dari kata demi kata ini.

Gisha mengambil ponselnya, menekan tombol dial untuk nama Davin di sana, lalu ia tempelkan benda pipih itu ditelinganya, tidak menunggu waktu lama sampai Davin mengangkat telfonnya.

"Dav gue nemu sesuatu, btw lo tahu di mana mayat ayam itu dikubur?"

"Ayam siapa?"

"Ayam Kevin."

"Ini baru aja gue buang ke tong sampah depan rumah."

"AMBIL DAV, ADA CHIP DI TUBUH AURORA!"

"What? Dari mana lo tau?" terdengar suara langkah terburu-buru, "Damn, udah diangkut truck sampah!" teriak Davin dari arah sana.

"oh Gosh, lo kejar truck itu, pastiin lo dapetin ayam ayam itu!" ucap Gisha sebelum akhirnya mematikan sambungan teleponnya, Gisha tidak peduli jika Davin harus bergulat dengan sampah, yang jelas dia butuh jasat Aurora si ayam cabe-cabean yang Gisha juga tidak tahu apa yang dapat membedakan mana Aurora, Lisa, Raisa dan Laura.

IMBROGLIO Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang