Part 2

1.2K 54 6
                                    


Jam di dinding ruangan Accounting sudah menunjukan pukul 8 malam. Hanya Alika yang tersisa di ruangan tersebut. Setelah membereskan mejanya yang berantakan, Alika menyandarkan punggungnya ke punggung kursi. Memutar kursinya ke belakang agar Alika bisa melihat ke luar jendela. Jalanan terlihat ramai oleh kendaraan yang berlalu lalang. Semenjak putus dengan mantannya 1 tahun lalu, Alika selalu pulang terlambat dari kantornya. Tidak ada lagi laki-laki yang menunggunya selepas Maghrib yang membuatnya malas untuk melewati macetnya Jakarta sendirian ketika senja.

*

"Kayanya lo butuh liburan deh Lik" Suara Lala, senior Alika, sambil mengambil jurnal dari atas meja Alika.

"eh maaf kak, aturan gue yang ngasih jurnalnya ke lo kak. Pajak belom selesai nih" Sahut Alika. Matanya masih menatap ke komputer di hadapannya.

"Semenjak lo putus sama Zidan, lo jadi workaholic gini. Ga baik loh."

"Gapapa kak, kerjaan emang lagi banyak kan." Alika tersenyum, kali ini menatap Lala yang berdiri disampingnya.

"Nanti gue bantu minta ijin sama Pak Karim, seminggu cukup kan? Lo tentuin deh tanggalnya." Lala kembali ke mejanya yang berada di sebrang meja Alika.

Alika terdiam, mencoba mengingat kapan terakhir kali dirinya cuti untuk liburan. 1, 5 tahun yang lalu, tepatnya di bulan Juni. Saat itu Alika liburan dengan Zidan ke Bandung. Itu pun liburan terakhirnya, dengan Zidan, atau untuk dirinya sendiri.

*

Lagu Don't Say Goodbye dari Ten2Five mengalun sendu dari dalam coffee shop di bilangan Kemang. Jam coklat ditangan Alika menunjukan pukul 9 malam. Kedua mata besarnya menatap novel karangan Boy Candra sementara telinganya fokus ke alunan sendu lagu yang terputar.

Baby please don't say goodbye
I love you too much just to let you fly
I need you to be my only one
Even if you're a thousand miles
Away from here...

"Lama ye? Ampe ga sadar gue udah nyampe." Adi duduk dihadapan Alika, meraih menu diatas meja lalu memesan secangkir cappuccino hangat.

"Tumben, biasanya jam 10 selesai futsalnya." Alika menutup novel yang ia baca lalu fokus ke lelaki berjaket biru itu.

"Bukanya balik malah nungguin gue. Nyokap nyariin ntar."

"Gue udah gede kali." Alika menatap keluar jendela, hujan masih betah membasuh tanah.

"Lo mau cerita apa?" tanya Adi bersamaan dengan datangnya Cappuccino miliknya.

"Gue butuh liburan kayanya 'di. Ruwet banget isi otak gue. Kak lala juga nyuruh gue buat cuti." Alika membuka unek-uneknya pada salah satu sahabatnya ini.

"Liburan lah. Jogja, 1 minggu cukup. Tapi gue ga bisa nemenin."

"Yakali gue mau ngajak lelaki beristri macam lau." Sahut Alika melempar bekas tisu ke Adi.

"Coba lah cuti, liat gunung, pantai, atau cuma ngehirup udara desa. Biar lo rileks dan ga keinget yang dulu-dulu lagi. Jangan jurnal sama angka mulu yg lo liat. Kerutan dimuka lo udah mulai keliatan noh." Cerocos Adi diakhiri jari telunjuknya yang menunjuk ke arah wajah Alika.

Alika yang biasanya berbalik mengejek Adi hanya terdiam. Ia memikirkan ada benarnya juga ucapan Adi yang baru saja.

"Eh tapi, kenapa harus Jogja?" Alika menyeruput Americano miliknya.

"Jogja itu.........."

*
Jogja itu apa hayooo? Hehe. Maaf kalo masih berantakan. Masih belajar nulis dari handphone soalnya. Ditunggu part berikutnya yaaa.

Candu JogjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang