1. kita

8.8K 538 4
                                    

"Gado-gado depan komplek, yuk!"

Tangan Radit yang berada diatas kanvas berhenti bergerak. Laki-laki berambut cepak itu menatap perempuan yang sejak beberapa menit lalu berdiri disampingnya.

Ini adalah hari minggu. Hari dimana Radit menikmati liburannya dengan caranya. Melukis, tidur, dan bermain game. Oh, tak lupa gangguan tetangga dekilnya ini. Sera namanya. Cewek yang selalu keluar rumah menggunakan celana kedodoran lengkap kaus kucelnya. Tak lupa rambutnya yang selalu tampak seperti pohon beringin.

"Males gue, ah. Lo aja sendiri." balas Radit ketus. "Lo juga biasanya beli sendiri."

"Ih! Radit mah gitu!" Sera mengambil segenggam rambut Radit dan menariknya, hingga membuat Radit mengumpat. "Di persimpangan ada cowok preman, gue males jalan sendiri, nanti digodain!"

"Dasar monyet! Lepasin rambut gue!" teriak Radit histeris. "Lagian lo jelek begitu mana mau tu preman godain lo. Yang ada mereka kabur liat lo! A-WOI BANGSAT! SAKIT!!!"

Sera semakin kuat menjambak rambut cowok itu. Kadang Radit itu bisa menjadi laki-laki paling nyebelin dunia. Radit itu adalah tipe laki-laki pemalas dan pantatnya sulit sekali untuk diangkat.

"Kalo belum berdiri, tambah gue jambak rambut, lo, ya!" ancam Sera.

Dan ancaman itu sepertinya mengganggu Radit, hingga membuat cowok itu akhirnya berdiri. Menjulang didepan Sera yang hanya sebahu Radit. "Ayo!" kata Radit dengan muka kesalnya.

Sera tertawa. Mengikuti dari belakang, Radit yang sudah melangkah keluar dari rumah.

Radit menekuk wajahnya sejak mereka keluar dari rumahnya hingga didepan komplek. Tepatnya didepan gerobak gado-gado Mbak Sri langganan mereka.

"Ayo, sini!" Sera yang sudah duduk dikursi plastik yang ada disana, menepuk kursi lain disampingnya. Dan dengan pasrah Radit mendekat, mendudukkan bokongnya disamping Sera.

Satu sentilan kecil mendarat di kening Radit. "Apaan sih, lo?!" sentak Radit menatap Sera yang saat ini tertawa---untuk kesekian kalinya hari ini.

"Abis muka lo begitu, sih. Nggak rela banget nemanin selena gomez makan gado-gado."

Radit mendesis. "Selena gomez gigi lo ompong!" Radit berhenti bicara saat Mbak Sri meletakkan dua piring gado-gado didepan mereka. Radit menatap gado-gado itu sebentar, lalu tangan kanannya, meraba saku celananya. "Eh, lo yang bayar, ya. Ini sebagai tanda terima Kasih karena gue udah nemenin lo." ucap Radit sebelum memakan gado-gado.

Sera mencibir. "Bilang aja sih, .lo nggak punya duit. Sok-sokan pakai acara terimakasih."

Radit tersedak. Karena ucapan Sera telak menampar Radit. Tapi, ini bukan karena Radit nggak punya duit, cuma... Radit ketinggalan dompetnya. Iya... Mungkin begitu.

"Oh, ya, besok ada acara pekan olahraga disekolah. Lo nggak mau ikut, Dit?" ucap Sera dengan mulut penuh.

"Muncrat woi!"

Sera menelan makananya, cemberut. "Muncrat juga nanti lo endus bekas jigong gue."

"Idih, kapan gue endus jigong lo? Yang ada gue cuci tujuh kali pakai molto biar jigong busuk lo ilang!"

Sera mengibaskan tangannya, tak peduli. Obrolan mereka mulai ngawur. "Lo besok ikut nggak ke pekan olahraga?"

Radit menghela nafas. Lalu mengaduk gado-gadonya. "Lo tau sendiri gue nggak pernah suka dan nggak pernah bisa olahraga apapun."

Radit memang berbeda dengan kebanyakan laki-laki lain yang memiliki hoby yang keras. Seperti hiking, sepak bola, basket, arum jeram atau apapun yang berbau kegiatan cowok Radit tidak terlalu berminat. Karena hal itu pula, Radit jarang memiliki teman laki-laki.

Oh, jangan fikir Radit banyak teman cewek.

Radit tidak terlalu banyak punya teman. Hanya beberapa dan salah satunya Sera. Entah keberuntungan ataupun kesialan bagi Radit karena sudah bertetangga dengan Sera sejak lima tahun lalu. Tepat saat Radit berulang tahun yang ke-9.

Dan karena hoby Radit yang melenceng dari cowok-cowok lainnya,membuat Radit jadi di labeli cowok lemah ataupun cowok melambai.

Padahal Radit tidak memiliki ciri fisik ataupun sifat yang menunjukkan memiliki hormon seorang cewek. Cuma hoby dan cara pikirnya saja yang sedikit berbeda.

Lagipula, sejak kecil Radit sudah ditanamkan mama, dengan kata-kata, tidak ada yang salah dengan menjadi berbeda.

"Radit tolol, itu mah gue juga tau! Maksud gue lo ikut sama gue nggak kepekaan olahraga, barengan," sembur Sera. "Lagian gue mau lihat kak Javier. Gue udah janji sama dia soalnya."

"Oh, abis lo ngomong ambigu. Javier? Yang main sepak bola?"

Sera mendengus keras. "Bukan sepak bola, Radit, tapi takraw! Bukan sepak bola!"

Radit ikut mendengus tak peduli. "Lah bodo amat sama namanya. Sama-sama bola yang ditendang kok."

"Ya, terserah lo aja." balas Sera kesal.

***

Tentang Kita Yang Belum Paham Cinta [√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang