Untuk menjadi berlian yang berharga, bakal bebatuan intan harus ditempa sedemikian keras, panas dan lama, di perut bumi.
Keistimewaan intan adalah, jika dia dipoles, akan menjadi perhiasan mulia yang molek dan elegan. Namun jika alami, keras dan kuatnya intan, hingga bisa menandingi besi, untuk menjadi mata bor yang sempurna.
Kami juga berharap dapat tegar dan elegan layaknya intan. Lantas, perut bumi untuk segala tempaan mental itu, kami menyebutnya dengan...
Kawah Candradimuka.
Pertama : Simfoni Cita-Cita
Rania
Pertengahan Juli 2002, di Rumah Kami
Inilah lingkaran-lingkaran masa yang saling bertautan. Pertengahan Juli 2002, adalah awal perjalananku menapaki dunia birokrasi.
Pertengahan Juli 2002, kusadari betul, sebagai penyebab takdir posisiku sekarang ini. Mengantarkanku sebagai camat wanita termuda di Sebatik. Mungkin juga di Indonesia, pada usia 29 tahun.
Waktu itu, beberapa hari setelah UMPTN. Aku termenung, berusaha meyakini kenyataan yang ada. Pun hatiku masih tak juga menemukan kemantapan.
Indo... Ambo' ... U Carinnai Atitta'. (1)
Aku menatap berkas-berkas yang menumpuk tak beraturan di atas meja belajar. Kupandangi bergantian, dokumen asli serta salinan dari ijazah dari SD hingga SMA, Surat Keterangan Kelakuan Baik (SKKB) (2), Surat Keterangan Sehat dari Rumah Sakit Daerah, Kartu Kuning dari Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi.
Kemudian surat-surat pernyataan bermaterai yang diketahui oleh orang tua dan disahkan oleh Lurah setempat. Bahwa aku belum pernah menikah, belum pernah hamil dan melahirkan, serta tidak pernah tergabung dalam organisasi terlarang.
Kamar yang cukup luas ini tiba-tiba terasa berhimpitan menekan. Aku nyaris tertawa getir sendiri, ketika melihat surat pernyataan yang lain. Bahwa aku bersedia untuk sanggup tidak menikah selama pendidikan dan bersedia mengembalikan biaya yang telah dikeluarkan oleh pemerintah, apabila mengundurkan diri atau diberhentikan karena melanggar peraturan.
Allah Yang Maha Agung... Hamba mohon Arahan-Mu ....
Aku bukannya gagal masuk perguruan tinggi negeri. Bukan tak bisa berkuliah di universitas bonafid. Aku berhasil mengalahkan puluhan ribu pesaing untuk mendapatkan tiket masuk sebagai mahasiswi PTN. Memperoleh skor bagus untuk bisa kuliah di universitas bermutu tahun itu.
Hanya saja, bukan di pilihan utama. Aku diterima di pilihan kedua pada universitas negeri di pulau seberang. Bukan di kedokteran, seperti cita-citaku, atau doa orang tuaku.
Maka malam itu, aku mengkompromikan tujuan hidup. Bermuara pada kebahagiaan Indo dan Ambo'. Mereka berdua menyarankan agar aku mencoba sebuah peluang lain.
Hingga berangkatlah aku menuju Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Nunukan, untuk mengambil formulir pendaftaran Calon Praja Sekolah Tinggi Pemerintahan Dalam Negeri (STPDN) (3) keesokan harinya. Aku sadar, sebagai anak sulung, hal terbesar yang ingin kulakukan adalah memahami dan membahagiakan kedua orang tua kami.
Setidaknya, setelah mengkalkulasi sendiri, jika lancar, kelak ketika aku masuk kuliah pada tahun ajaran baru. Bersamaan dengan itu Nada, adikku, juga masuk tahun pertama di SMA. Pun ketika aku akan lulus kelak dan menyusun skripsi misalnya tepat pada empat tahun masa perkuliahan, Nada juga akan memasuki gerbang universitas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nagara Bhakti
Fiksi SejarahRania Shafrinanda dan Yasmin Athifa takkan menyangka. Bahwa tak pernah mudah menjalani hidup di Lembah Manglayang. Berbagai tempaan mereka lewati. Menghasilkan kepribadian sekokoh intan. Takkan pernah mudah melalui masa-masa sebagai Wanita Praja STP...