hal apa yang akan saya coret dimaya untuk hiasi aksara klise dipagi buta ini, Apa, tentang kerinduan yang tak berujung, atau tentang angin yang riuh kesana kemari, Ah saya salah, kali ini saya menyampaikan suatu sajak yang tak begitu penting, tapi penting untuk dia, teruntuk Sang Senja. Selamat pagi, wahai jelita yang tak pernah bosan kupandangi dalam bingkai indah khayalan ku, yang melembutkan hati ini, yang selalu saja bermukim di kediaman hati, yang selalu saja membuat aku tersenyum pada setiap ingatan terhadapmu, ingatan yang membawa aku menjadi sosok bahagia, tanpa titik semu. Selamat pagi, wahai perempuanku yang engkaulah sebagai bidadari-Nya aku telah langitkan kalimat cinta ketika fajar mulai terbit berdiri bersamamu adalah keindahan yang tak berwaktu selalu berbunga, karena keabadian telah bertalu seperti sedia kala-Nya. Selamat pagi, wahai kekasih bermata jeli pandangan mesra dari kedua bola matamu selalu membikin jauh sepi yang menerimakan kalimat yang tak mampu dijelaskan dalam benak, sebab hanya di hati, kita bertaut tanpa ruang, jarak, dan waktu. Selamat pagi Cinta, ini sajak untukmu terbuat dari bagaimana rindu yang meng-angka ke seribu penjuru. Tertanda, dari aku seseorang yang selalu menggangumi kebaikan hatimu, tanpa berani untuk mengungkapkanya sedikitpun, hanya dengan tulisan ini, ku harap kau akan mengerti
