Kring...
Bel istirahat berbunyi"Ayo ke kantin, sekalian aku mau tunjukin tempat dan hal-hal yang mesti kamu ketahui tentang Starlight ini" Tawar Tiyas kepada Aila
Aila langsung mengangguk setuju, dia merasa tidak nyaman dengan beberapa cewek dikelasnya yang terus menatapnya sejak dia menginjakan kaki dikelas ini. Lagian baru Tiyas juga yang dia kenal dikelas ini.
***
Saat menuju ke kantin. Aila melihat ketengah lapangan basket yang menampilkan anak-anak yang sedang latihan.
"Oh my god, walaupun lagi diam tetap aja gantengnya gak nahan euy" pekik Tiyas saat melihat seseorang yang terus jadi hot topic sejak dia berada di Starlight.
"Astaga Tiyas, kamu ngagetin aku tau" ujar Aila sambil mengelus dadanya.
Lalu, pandangan Aila tertuju pada seseorang yang membuat Tiyas memekik. Dia sedang membaca buku dibawah pohon yang terdapat di tepi lapangan basket. Orang itu mengingatkan Aila akan seseorang dimasa lalunya yang hingga kini masih dia tunggu untuk menemuinya.
"Cowok itu, mirip sama kak deva" batinnya***
Saat tiba dikantin, mereka memilih duduk dibangku paling pojok. Seorang pelayan datang sambil menyodorkan daftar menu.
"kamu mau pesan apa Aila?" sambil memberikan daftar menu ke AilaMembaca daftar menu "green tea sama rolled egg aja" sambil tersenyum
"rolled egg dua, green tea dua" Tiyas menyebut pesanan Tanpa melihat daftar menu.
"Hmm, Tiyas" panggil Aila
"Iya, kenapa Aila" Tiyas menoleh kearah Aila sambil mengangkat sebelah alisnya
"cowok yang tadi lagi baca buku dibawah pohon, siapa?"
"Anggara. Anak pindahan dari Jerman. Dia baru dua bulan sekolah disini, tapi udah banyak tuh cewek-cewek yang ngejar dia"
"Semacam most wanted gitu?""Lah, emang dia most wanted, tapi dia dingin tak tersentuh dan cewek-cewek yang deketin dia gak pernah diladenin"
"Cih, sombong banget. Meskipun ganteng, gak perlu kek gitu juga Kali. Mestinya dia harus hargain orang-orang yang suka sama dia" cibir Aila
"Emang kamu sudah pernah ketemu sama Anggara?" Tanya Tiyas penasaran
Aila menggelengkan kepalanya
"gak pernah, lagian aku juga gak mau kok kenal sama cowok sombong kek dia""jangan gitu, siapa tau aja dia itu jodoh kamu yang tertunda hahhaah" ujar Tiyas
"Apa? Jodoh dengan cowok itu? Tidak.. Dia bukan style seorang Aila. Mengerti?"
"Dia tampan, pintar pake banget dan... "
"ah pokoknya aku gak mau" ujar sambil mengibaskan tangannya
"Kalau misalkan orang tua kalian saling kenal terus kalian dijodohin gimana?" Tanya Tiyas
"Gak mungkin. Stop daydreaming Yas, gak akan kejadian juga".
Tiyas menggelengkan kepalanya "gak ada yang gak mungkin Aila"
"Orang tua aku gak mungkin jodohin aku""Yakin banget"
"Iyadong, mereka kan tau kalau aku lagi nungguin seseorang" ujar Aila sambil tersenyum manis
"Pasti kamu sayang banget ya sama dia. Emang dia kemana?" Tanya Tiyas penasaran
"Dia ke Jerman, ikut orang tuanya"
"Wah kebetulan banget, Anggara juga pindahan dari Jerman"
"Gak tiyas, nama mereka aja beda, lagian kak Deva itu orangnya ramah gak kaya si.." belum sempat Aila menyelesaikan ucapannya dipotong oleh Tiyas
"Wait.. Deva? nama lengkap Anggara kalau aku gak salah ada Deva nya juga" kata tiyas
Aila memutar bola matanya karena kesal "Terus, hubungan sama aku apa?"
"Jangan-jangan orang yang kamu tunggu itu Anggara, alias Deva Anggara"
"Gak mungkin, kalau dia emang kak deva yang selama ini aku tunggu. Dia pasti akan nyariin aku kalau dia udah di indonesia seperti janjinya waktu kita masih kecil."
Hahahahahahah...
tawa tiyas langsung meledak setelah mendengar penjelasan Aila"Aila...Aila kamu itu polos banget sih, masa janji masa kecil dipercaya"
"Biarin ih" katanya dengan ketus
"Aku jamin, kak Deva kamu pasti sudah lupa sama janjinya itu hahaha"
"Makan tiyas, sebelum bel berbunyi " suruhnya dengan nada kesal
Tiyas hanya tersenyum, melihat tingkah Aila yang menurutnya menggemaskan seperti anak kecil yang tidak dibelikan permen oleh ibunya.
......................................................
~ Yuanfen~Apakah mempercayai janji masa kecil itu suatu kebodohan?
KAMU SEDANG MEMBACA
Yuanfen
Teen FictionDua anak manusia yang menerima dan percaya kalau mereka memang sudah ditakdirkan untuk bersama. *** Tapi bagaimana jika orang yang dulu telah mereka anggap sebagai takdir mereka berubah menjadi pribadi yang berbeda? Apakah mereka akan tetap menerima...