Who is She?

81 15 9
                                    

Kring!!!

Jam 07.15. Bunyi bel masuk bergema di seluruh kelas SMA Jaya Bakti, hampir seluruh siswa sedang berada di dalam kelas menunggu guru mereka masing-masing. Kecuali Resha, gadis berkaca mata dengan rambut sebahu yang cukup berantakan itu kini tengah berlari di area parkiran. Dari wajahnya, terlihat dengan jelas raut resah gadis itu. Ia lalu melirik jam tangannya

"07.25"

Lima menit lagi bu Endang guru ter-killer di SMA Jaya Bakti akan masuk di kelas Resha. Ia mengacak rambutnya frustasi. Pagi tadi alarmnya rusak membuat Resha harus terlambat di jam pertama hari ini. Untung saja bu Endang slalu terlambat 15 menit sebelum pelajaran mereka di mulai, jadi Resha masih punya lima menit untuk sampai ke kelasnya.

Resha terus berlari sambil terus melihat jam tangannya. Ia tak terlalu memperhatikan jalan di sekitarnya. Hingga...

Brakk

Resha jatuh tersungkur di lantai. Lutut gadis itu memerah, namun bukan itu yang menjadi masalah terbesar bagi Resha. Ia juga kehilangan kaca mata-nya. Gadis itu pun terus meraba-raba di lantai mencari kaca mata dengan gagang berwarna merah keungu-unguan miliknya.

"Ini kaca mata lo?"

Sebuah suara menyadarkan Resha kalau sedang ada seseorang di hadapannya sekarang. Gadis itu pun berdiri sambil tersenyum kecil pada orang yang mungkin Ia tabrak barusan.

"Iya. Maaf yah gue nggak sengaja nabrak Lo tadi Soalnya lagi buru-buru," jeda Resha. Ia menggaruk-garuk tengkuknya yang tak gatal
"Btw, bisa ambilin kaca mata gue?"

Lelaki itu tersenyum kecil. Ia lalu melirik kaca mata yang ia pegang,

"Ooh, Jadi ini punya Lo."

Lelaki itu mengangguk pelan lalu melirik perempuan yang berdiri di hadapannya sekarang
"Nih-" ucapnya lalu mengembalikan kaca mata itu pada Resha.

Resha mengulurkan tangannya Mengambil kaca mata yang diberikan anak lelaki yang ia tabrak tadi. Setelah mengambil kaca matanya, Resha langsung memakainya.

"Thanks yah!"

Resha hanya mengucapkan terima kasih sebelum meninggalkan anak lelaki yang membantunya. Ia terburu-buru mengingat Bu Endang yang pasti sekarang sudah tiba di kelasnya. Resha belum sempat melihat anak lelaki yang ia tabrak sekaligus membantunya tadi.

Anak lelaki itu hanya tersenyum kecil menatap kepergian Resha yang sekarang sudah berlari jauh dari hadapannya.

-LikeASunshine-

Dafa berjalan masuk ke dalam kelasnya.

XII Ipa1.

Ia melirik tulisan yang terpampang di samping kelasnya itu sebelum melangkah masuk ke kelasnya.

Dafa melangkah menuju ke bangkunya yang berada di pojokan kelas. Ia melangkah dengan tas hitam yang ia sampirkan di bahunya juga dengan cengiran kecil khas Dafa. Setelah sampai di bangkunya Dafa mengeluarkan ponselnya sambil bermain game mobile legend disana.

Baru beberapa menit Dafa bermain game suara familiar seorang anak perempuan memanggil namanya Membuat Dafa memutar bola matanya malas melihat anak perempuan itu yang kini duduk dengan senyuman lebar di depan Dafa.

"Apa lagi sih Ndah?"

Perempuan yang dipanggil Dafa itu kini tersenyum menampilkan lesung pipit khas di wajahnya, Ia hanya menatap lekat wajah Dafa tanpa menggubris pertanyaan Dafa barusan yang seperti tampak risih dengan kehadirannya.

"Daf. Coba tebak deh gue bawa apa sekarang?" tanya Indah.

Dafa kembali memutar bola matanya malas lalu kembali mengambil hp-nya dan melanjutkan permainan mobile legend-nya yang sempat ter-pause karna kedatangan Indah.

"Daf. Lo kok nyuekin gue!", sahut Indah sebal sambil mengerucutkan bibirnya.

"Emangnya lo bawa apa?" tanya Dafa tanpa melirik Indah. Ia masih sibuk dengan game-nya.

Indah tersenyum lebar melihat Dafa yang akhirnya menggubris perkataannya. Ia lalu mengeluarkan kotak makan berbentuk hati dari dalam tasnya dan meletakkannya di hadapan Dafa.

"Nih Daf, Dimakan yah!", ucap Indah lalu mendorong kotak makan itu ke hadapan Dafa.

Dafa hanya melirik kotak makan itu sekilas sebelum kembali memainkan game-nya.

"Nasi goreng pake telur setengah masak, garam sama kecapnya dikit Truss gak pake saus lombok tapi diganti pake saos tomat dan nggak ada kol, selada, dan sejenisnya tapi cuman boleh pake timun", jeda Indah lalu membuka tutup bekalnya itu.

"Nih- dimakan Daf. Gue bikinnya sepenuh hati loh, Nggak minta bantuan mama. Habis ini kan buat lo jadi harus spesial buatan gue kan", ucap Indah dengan senyum khasnya.

Dafa lalu menatap makanan Indah yang dihias sangat manis di kotak bekal berbentuk hati yang terlihat begitu lezat di mata Dafa, Ia lalu menarik kotak bekal itu dan mulai menyantap makanan yang dibuat oleh gadis berlesung pipi itu.

Indah tersenyum lebar melihat Dafa yang terlihat antusias dengan bekalnya, Tak sia-sia Indah belajar semalaman memasak dengan mamanya untuk membuatkan Dafa bekal Padahal aslinya kan Indah hanya bisa memasak air dan juga indomie di rumahnya.

"Gimana Daf, Enak kan?"

Dafa mengacungkan jempolnya sambil terus menyantap bekal buatan Indah "Lumayan Ndah Nggak seburuk yang gue bayangin."

"Iih Bilang aja enak, pake bilang lumayan padahal lo makan sampai selahap itu, Gue bikinnya juga susah banget tau! habis lo punya selera kok rempong banget sih."

Dafa hanya tersenyum ketika mendengar omelan Indah. Ia benar-benar lapar sekarang mengingat Tadi pagi Dafa tak sempat sarapan karna terlambat ke sekolah, untung saja guru fisika yang mengajar di kelas mereka hari ini sedang berhalangan sehingga jam pertama kosong.

Ngomong-ngomong mengenai terlambat. Tadi pagi Dafa bertabrakan dengan seorang perempuan berkaca mata yang sepertinya baru Dafa liat di sekolah hari ini.

"Ndah!-" panggil Dafa

"Khmm."

"Lo tau nggak ada anak baru di sekolah? Kayaknya adek kelas deh".

Pertanyaan Dafa barusan sontak membuat kedua kening Indah tertaut. Sejak kapan Dafa peduli dengan orang lain?

"Emangnya kenapa Daf?"

Dafa lalu menggeleng pelan "Nggak apa-apa. Gue kayaknya mendadak kepo aja deh", ucapnya sambil tersenyum kecil.

Indah hanya ber "ooh" panjang mendengar jawaban Dafa

--

Like A SunshineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang