Tugas kelompok

59 10 2
                                    


Seorang gadis berbaju pink peach keunguan sedang duduk di sofa ruang tamu dengan warna merah bernuansa cheerful itu. Ia menatap malas ke arah tv yang menampilkan channel-channel ftv yang setiap hari mempertontonkan acara yang hampir sama. Sesaat kemudian, perhatiaannya teralih pada handpone-nya yang berdering. Tanpa perlu waktu lama, gadis itu langsung mengangkat teleponnya.

"Hay Van, kenapa?", ucapnya menyapa si penelepon.

Sesaat setelah menerima balasan dari si penelepon, gadis itu pun tersenyum kecil lalu beranjak dari sofa yang ia duduki sekarang.

"Oke, gue kesana. Tunggu sebentar ya!" ucapnya mengakhiri pembicaraan di telepon.

Ia melangkah menuju pintu depan rumahnya. Ketika sudah sampai di samping pintu, gadis itu tersenyum simpul menatap perempuan yang tadi menghubunginya kini sudah ada berdiri sambil tersenyum jail ke arahnya.

"Dah lama nunggu ya Sha?", tanya Vanya yang hanya dibalas delikan sebal oleh Resha.

"Kangen ya?", goda Vanya.

Resha tersenyum haru sambil mengangguk. Baru sehari tak bertemu dengan Vanya, namun rasanya sampai serindu ini.

"Btw, masuk dulu yuk Van. Kayaknya bakal adem deh kalo kita kerja kelompoknya dalem rumah", ucap Resha, mengajak Vanya masuk ke dalam rumahnya.

Vanya hanya mengangguk. Ia lalu melangkah masuk ke dalam rumah, mengikuti langkah Resha yang sudah mendahuluinya.

"Sha", panggil Vanya ketika mereka berdua telah duduk di sofa, "Pertandingan kak Dafa ditunda sampai bulan depan."

Jari Resha yang sedari tadi sibuk menulis materi yang akan tugas kelompok mereka bawakan untuk presentasi besok mendadak berhenti. Namun hanya sejenak sebelum Resha menghembuskan nafasnya pelan lalu kembali menulis kan materinya,

"jangan bahas hal-hal pribadi pas lagi kerja tugas kelompok Van" tegurnya.

Vanya mengerutkan dahinya "gue cuman mau kasi tau kok", ungkap Vanya sebal.

"Nggak ada yang nanya juga".

Resha kembali menghentikan tulisannya, Vanya juga ikut menoleh kaget ke arah belakang mereka.

"Vero?"

Ya, bukan Resha yang membalas ucapan Vanya tadi melainkan Vero yang kini telah duduk di dekat mereka sambil tersenyum menaik turunkan alisnya
"Kenapa, Kangen?"

Resha meneguk ludahnya kasar, "sejak kapan lo disitu? Lo nggak denger pembicaraan yang aneh-aneh kan tadi?", tanya Resha.

Vero bergumam pelan, "barusan kok", jeda Vero. Ia kembali tersenyum jail, "Btw, pembicaraan aneh apa?"

Resha menghembuskan nafas lega. Vero kan salah satu sahabat Dafa, bisa ribet urusannya jika Vero tau kalau ia juga menyukai Dafa.

"Nggak. Itu sama sekali nggak penting", alih Resha.

Vero mendelik sebal "Apaansih, dasa gaje!"

Resha kembali berkutat dengan tulisannya. Ia bingung mengenai presentase besok, tadi di kelas mereka pak Danu yang mengajar mata pelajaran sastra Indonesia tiba-tiba berhalangan sehingga siswa kelas XI Ipa1 diberi tugas untuk membuat program presentase tentang salah satu cerita fiksi yang harus mereka presentasekan di kelas-kelas lain.

Uniknya, tidak seperti biasanya. Pembagian kelompok yang telah ditentukan oleh Ruby, ketua kelas mereka. Membuat Resha malah satu kelompok dengan Vero, salah satu pemain tim basket dan juga sahabat Dafa tentunya.

Vero memang satu-satunya anggota tim inti basket sekolah dari kelas XI, sisanya adalah dari angkatan Dafa, kelas XII. Itulah mengapa Vero sering kali mendapat julukan the lucky boy di kalangan siswa kelas XI karna Vero bukan hanya sekedar pintar bermain basket, ia juga cukup pintar di sekolah juga Kharismatik sehingga membuat banyak dari kaum hawa tak segan-segan untuk menembaknya di depan umum.

"Ro!", panggil Resha

"Hmm."

"Lo denger waktu bu Tari wakepsek dateng ke kelas jelasin tentang pembagian kelas buat presentase kan?" tanya Resha. Ia masih berkutat dengan tulisannya.

"Iya", Vero hanya mengangguk pelan. Ia Lalu berdiri mengitari koleksi novel fiksi Resha di rak buku.

"Kita kebagian presentase di kelas mana? XII Ips lagi ya?" tanya Resha. Karna setiap kali diberikan jatah presentase oleh pak Danu pasti Resha selalu di tempatkan di sana.

"Bukan, Kali ini beda", sela Vanya yang tiba-tiba datang membawa beberapa camilan dan teh.

"Oo", Resha bergumam, "Btw, kelas berapa?"

Vanya tersenyum jail. Pertanyaan ini yang Vanya tunggu dari tadi,

"XII Ipa1", balas Vanya.

"Oooh-", Resha kembali bergumam pelan, "XII Ipa1", Resha mengangguk-angguk paham.

Tapi... Sepertinya ada yang aneh dengan kelas itu. Tapi apa? Resha kembali berfikir,

Sedetik, dua detik, tiga detik... Dan

"Apa? XII Ipa1?!!!!" teriak Resha.
Ia baru sadar, XII Ipa1 kan adalah kelas Dafa, Indah, dan juga teman-teman Dafa yang lain.

Resha meneguk ludahnya kasar
Tamat sudah riwayat gue pikir Resha.

"Nah, Udah ketemu bukunya!", Vero berteriak senang sambil mengacungkan buku fiksi yang akan ia gunakan untuk materi presentasi kelompoknya besok "Judulnya Love from afar", ungkap Vero dengan senangnya.

Resha kembali mengacak rambutnya frustasi. Kenapa juga judul bukunya harus 'Cinta dari jauh'?
   
  

   -LikeASunshine-

Buat kalian yang suka baca ceritaku, tolong kasih Vote and Comentanya ya? Pliss.. Hargailah aku sebagai penulis😅

Aku juga sebenarnya kadang sedih kalo ngeliat reader ku banyak tapi yang vote cuman dikit😔
Ntah kenapa kok nyesek ya?😭

So, tolong kasih vote and comentnya kalo emang suka!😁🙏

*SalamCintaBuatReaders😘

Like A SunshineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang