Chapter One

63 1 0
                                    



20 tahun dari sekarang..

Malam itu kilat menyambar, angin berhembus sangat kencang. Berdiri seorang wanita yang tengah menangis di sebuah atap gedung. Nafasnya terdengar sesak. Ia belutut dan menatap ragu kepada sebuah benda di tangannya, seperti sebuah liontin zamrud yang memiliki tombol di bagian tengahnya. Ia menghapus air mata yang mengalir di pipinya, kemudian menekan tombol di liontin tersebut sambil memejamkan mata. Lalu seketika muncul cahaya putih yang begitu terang melingkupi tubuh wanita tadi disertai angin yang seolah ingin menghisap apa pun yang berada disekitar wanita tersebut. Ia pun berteriak sekeras mungkin. Dan kemudian, malam menjadi tenang, wanita itu pun menghilang.

Waktu sekarang..

Seorang pemuda tengah terbaring di tempat tidurnya. Dengan kondisi selimut yang berantakan, pemuda tersebut mengenakan kemeja yang kini kusut, dan celana jeans serta sepatu kets yang masih terpasang di kakinya. Di sebelah tempat tidurnya terdapat meja kecil, dan diatasnya tergeletak sebuah jam kecil yang menunjukan jam 10 pagi dan sebuah handphone yang kemudian menampilkan nama pemiliknya, Argya. Lalu sebuah pesan muncul di layar handphone tersebut dari kontak yang hanya menampilkan nomornya saja. Dan tak lama handphone tersebut berdering, membangunkan Argya. Ia pun dengan setengah sadar mencoba meraih hp nya. Ia melihat sebuah panggilan telepon di layar hp nya dari seorang wanita bernama Anastasya. Tapi panggilan itu diacuhkannya karena ia masih sangat ngantuk, kemudian Argya menghela nafas dan membiarkan hp tersebut tetap berdering hingga deringnya berhenti. Setelah tak berbunyi lagi, ia tersadar kemudian membuka pesan yang sebelumnya telah masuk. Ada banyak sekali, namun Argya langsung tertuju pada pesan misterius yang hanya menampilkan nomor tanpa ada nama pengirimnya. Isi pesan tersebut adalah, "Ku mohon jangan angkat telepon dari Anastasya!"

Dengan wajah yang bingung Argya pun mengecek daftar panggilan di hp nya, "Hah, tadi yang telepon Tasya?" dengan nada terkejut dan tak percaya. Argya kemudian bangkit dari tempat tidurnya dan dia mencoba menghubungi kembali Anastasya.

"Hallo, Tasya, sorry gue baru bangun jadi tadi gak sempet angkat telepon loe. Ada apa kok tumben telepon gue?" Tanya Argya dengan perasaan bahagia yang di tahan agar tetap terasa cool.

"Apa? Nemenin loe jalan? Sejam lagi ditempat biasa?. Ok.. Daaah" Kemudian Argya menutup teleponnya dan menari-nari bahagia sambil berteriak girang.

Lalu ia melihat lagi isi pesan misterius yang melarangnya mengangkat telepon dari wanita yang mengajaknya kencan. Terlihat wajah Argya sedikit penasaran, dahinya dikerutkan seolah berpikir. Kemudian dia membalas pesan itu, "Maaf ini siapa ya?" Lalu menyimpan kontak dan menamainya Mr.Ius. Kemudan dia bergegas mandi.

Sejam kemudian..

Anastasya, atau lebih akrab dengan panggilan Tasya. Ia gadis yang cantik, dengan rambut hitam sepunggung, mata yang sedikit sipit dan senyum yang manis. Ia mengenakan T-Shirt merah polos dibalut jacket hitam dan celana jeans biru donker serta sepatu kets tinggi berwarna hitam. Tasya berdiri di sebuah lobby mall yang cukup sepi. Sesekali ia melihat hp nya dan melihat sekitarnya seolah sedang mencari dan menunggu kedatangan seseorang. Tak lama, muncul Argya dari belakang Tasya kemudian Argya mencoba mengagetkan Tasya dengan menepuk pundaknya.

"Nunggu siapa mbak?" tanya Argya seolah tidak mengenali

"Eh, udah dateng, gue kira siapa?" sambil menoleh dan tersenyum

"Hari ini kita mau ngapain?" tanya Argya sambil keduanya mulai berjalan berdampingan dengan perlahan

Kemudian hp Argya bergetar. Dia melihat ke arah layar hp nya dan terdapat pesan yang bertuliskan, "Jangan nonton film drama" Ternyata pesan balasan dari Mr.Ius. Argya pun terhenti sejenak dan melihat sekeliling. Seolah mewaspadai perimeternya.

LiarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang