Chapter Four

9 0 0
                                    

Sebelumnya . .

Meskipun aku baru memasuki bangku SMA, namun sebelumnya aku pernah berpacaran dengan seroang siswa yang tampan & baik. Wajar saja jika saat masih muda, ketampananlah yang dicari, bukan kemapanan. Namun sore itu ketika aku tengah menerima sebuah telepon dari tutor pianoku, aku melintasi sebuah meja yang diisi oleh sepasang muda-mudi, sang wanita terasa familiar walaupun wajahnya tertutup masker dan kaca mata. Yah kalo hanya mata, mungkin banyak yang mirip sehingga terlihat familiar, namun sang pria terasa menarik, cukup tampan dan terlihat mapan. Tetapi ketika melintas tepat dihadapannya, seperti ada sesuatu. Entah mungkin hanya perasaanku. Aku tidak terlalu mempedulikannya karena sekarang fokus terhadap tutor yang sedari tadi menanyakan keberadaanku yang tak kunjung datang untuk latihan piano.

Menyambung chapter three . .

Tasya telah berdiri di depan pintu rumah Argya, lalu ia segera mencoba mengetuk pintu tersebut yang tanpa sadar sesaat sebelum kepalan tangannya bersentuhan dengan pintu, Argya dari dalam telah membukakannya tanpa tahu bahwa ada orang disisi lain pintu dan ketegangan terjadi ketika Shella Ties muncul dihadapan Argya & Tasya.

"Tasya? Kamu ngapain malem-malem kesini?" tanya Argya mencoba memecah kebingungan.

Tetapi Tasya tidak memperhatikan apa yang diucapkan Argya, ia hanya memandangi Shella Ties. Terpikir dalam benak Argya untuk berbohong, namun lidahnya kelu. Dalam otaknya, Argya seperti sebuah printer yang akan mengeprint sebuah alasan yang jujur bahwa Shella dari masa depan, Tasya akan mati, dan Argya sendiri akan mati. Namun pikiran itu semua buyar ketika Shella yang mulai menyapa Tasya dan mempersilahkan Tasya untuk segera masuk dan duduk di sofa ruang tamu. Tasya pun menurut, walaupun masih sangat bingung. Lalu Shella memperkenalkan diri sebagai tantenya Argya alias adik dari Ibunya Argya yang baru saja datang dari London. Argya hanya tertegun, ia menutup pintu kemudian mengikuti Ties dan Tasya duduk disofa ruang tamu.

Kini Ties & Tasya tengah bercengkerama dan saling tanya jawab dan terasa seru. Argya hanya seperti seorang pembantu yang menyajikan kue cokelat khusus buatan Tasya untuknya yang tadi ia bawa untuk kejutan dan akhirnya hanya diletakan di meja ruang tamu karena kebingungan oleh kehadiran Shella Ties. Argya mengambil satu potong kue tersebut lalu seperti sedikit tersedak dan mencoba mengambil jus jeruk didepannya. Tasya & Shella Ties yang melihat tiba-tiba teralih pandangannya kepada Argya dan mereka sama-sama mencoba untuk membantu mengambilkan jus jeruk Argya dan tisu yang terletak disebelah kue diletakkan. Tasya lah yang berhasil mengambilkan jus jeruk tersebut, namun tak mau kalah, Ties juga berhasil mengambilkan tissue untuk membersihkan mulut Argya. Ya walau pun akhirnya Argya membersihkan mulut menggunakan tissue dengan tangannya sendiri, Tasya dan Shella jadi berpandangan tanpa suara lalu mencoba mengalihkan mata masing-masing ke arah lain.

"Ini bukan dark choco ya? Soalnya Argya gak suka yang terlalu manis" ucap Shella sambil mengambil potongan kecil kue dan mencoba memakannya sedikit. Ia menjelaskan cokelat seperti apa yang disukai oleh Argya.

Tasya memandang Ties, ia merasa sedikit cemburu karena ia pribadi tidak tahu kalau Argya hanya menyukai Dark Choco dan tidak semua cokelat, terlebih penjelasan Shella terlalu detail. Argya hanya memandangi wajah Tasya yang terlihat sedikit murung. Lalu Argya mengambil lagi potongan lain kue tersebut dan memakannya tanpa masalah.

"Ini juga enak kok. Makasih yah sayang." ucap Argya sambil mengusap pundak Tasya. dan terlihat Tasya tersenyum kembali. Kemudian mereka berbincang-bincang kembali seperti sebelumnya.

Hampir tengah malam . .

Tasya baru saja tiba dirumahnya. Ia bergegas ke kamar dan mulai chat dengan Argya. Walau pun Shella meyakinkannya bahwa ia adalah tantenya Argya, namun Tasya tetap saja ragu dan ingin mengetahui lebih dalam siapa sebenarnya Shella.

Esok Paginya . .

Shella Teen tengah tertidur diatas kasur kamarnya. Kemudian tak lama handphonenya berbunyi. Ia terbangun dan segera mengambil handphonenya. Ia pun terkejut melihat nama penelpon di layar handphonenya. Dengan segera ia mengangkat panggilan tersebut, lalu terburu-buru pergi.

Ternyata pagi itu ada sebuah event disebuah kampus. Shella mengikuti sebuah festival musik dikampus tersebut, ia berpartisipasi dalam perfomance piano classic.

Terlihat Teen berlari terburu-buru ditengah kerumunan festival kampus. Lalu ia berhenti dibelakang seorang pemuda dengan pakaian ala rocker yang serba hitam.

"Maaf mas, saya telat. Belum mulai kan?" tanya Teen sambil mencoba mengatur nafasnya.

Pria itu berbalik, wajahnya mirip dengan pria misterius yang ia lihat dikantin tempo hari lalu.

"Darimana aja? Saya sudah tunggu dari tadi, sebentar lagi perfomance kamu. cepat siap-siap" ucapnya lembut namun tegas.

Teen pun mempersiapkan diri di backstage. Lalu giliran Teen pun tiba, ia naik ke atas panggung dan memainkan sebuah lantunan piano yang indah. Terlihat Teen sangat menjiwai permainan tersebut.

Tak jauh dari tempat itu . .

"Argya, kita nonton acara musik disana yuk, kedengerannya bagus permainannya." ajak Tasya kepada Argya

Argya pun mengiyakan dan mereka kini berdiri diantara penonton yang sedari tadi sudah menikmati musik permainan Teen dari awal. Argya sedikit terkejut karena bisa bertemu dengan Teen di kampusnya, namun ia tidak sedang bersama Ties, tapi Tasya. Pandangan teen tanpa sengaja tertuju ke arah Argya, wajah familiar yang ia kagumi kemarin sore. Dan ia pun teringat dengan wajah wanita berbeda yang saat ini tidak sama dengan yang kemarin. Ada rasa ingin tahu atau bahkan kenal dengan pria tersebut yang saat ini ada dalam pikiran Teen. Konsentrasi Teen agak sedikit goyah namun beruntung ia bisa menyelesaikan permainan pianonya hingga selesai.

Tempuk tangan penonton pun bergemuruh ketika Teen selesai dengan lantunan musiknya. Argya dan Tasya pun ikut mengapresiasi.

"sayang, aku ke toilet dulu ya. Kamu tunggu disini aja." ucap Tasya pamit kepada Argya dan bergegas pergi setelah anggukan dari Argya. Argya mencoba mendekati Teen yang telah turun dari panggung dan mencoba mengambil tas nya dikursi samping panggung. Argya tengah berdiri dibelakang Teen, namun Teen tidak tahu, dan seketika ia menoleh dan agak terkejut lalu terlontarlah sebuah kata yang sedikit membuat argya terkejut.

"Argya?" sebut Teen tanpa sengaja karena terkejut sambil menatap mata Argya

LiarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang