"Jimin-ah!! Apa yang kau lakukan disana?! Ayo cepat!"
Jimin berlari menghampiri temannya yang memanggilnya tadi.Buru-buru ia masuk ke dalam mobil.
Sedangkan temannya menyalakan mesin mobil serta penghangat yang tersedia didalamnya.
"Siapa gadis itu?" Tanya temannya saat mobil mereka sudah melaju. Jimin menggelengkan kepalanya, "Tidak tau."
"Lalu kenapa kau bersamanya." Jimin menarik nafas dan menghembuskannya pelan. Lalu mengedikkan bahunya.
"Aku juga tidak yakin. Tadi aku sedang duduk menikmati ombak , aku melihat gadis itu berdiri lama dan ada buket bunga didepannya. Cukup lama ia berada disana. Lalu, ketika aku ingin pergi,tiba-tiba ia malah menangis kencang. Tadinya aku ingin pergi saja, tapi rasanya tidak benar jika meninggalkan seorang gadis sendirian di cuaca dingin seperti ini. Lalu aku datang menghampirinya, dan kau tau Taehyung?"
"Apa?" Laki-laki bernama Taehyung yang sedari tadi fokus menyetir, mengalihkan pandangannya sejenak kearah Jimin
"Di udara yang sedingin ini ia tidak menggunakan sarung tangan atau baju hangat apapun. Tangannya sangat dingin saat aku memegangnya."
"Kau memegang tangannya?!!" Ucap Taehyung terkejut.
"Tidak, bukan seperti itu. Aku hanya memberinya sapu tanganku, karna kulihat ia sedih sekali. Tapi tanpa sengaja aku memegang tangannya." Jawab Jimin.
Ia pun mengalihkan pandangannya kearah jalan yang sebagian tertutup salju tipis.
"Tapi Jimin-ah, kau benar-benar tidak ingin kembali ke Seoul?" Taehyung mengubah topik pembicaraan mereka.
"Aku bukan tidak ingin kembali, tapi aku kupikir aku membutuhkan waktu sedikit lebih lama disini."
"Apakah kau masih lama?" Jimin menghela nafas.
"Menyembuhkan sebuah luka butuh waktu, aku.... hanya butuh waktu." Taehyung menoleh kearah Jimin yang masih memandangi jalanan dibalik jendela.
Taehyung tak lagi merespon Jimin. Sahabatnya itu benar, butuh proses untuk menyembuhkan sebuah luka. Terlebih jika itu menyangkut masalah hati.
Banyak sekali pertanyaan yang ingin Taehyung sampaikan, tapi ia tidak ingin membebani Jimin dengan menjawab segala pertanyaan yang muncul dikepalanya. Ia hanya ingin sahabatnya kembali seperti dulu.
Sebelum ia terluka......
*
18 Juni 2016, Seoul, South Korea
Hujan turun semakin deras. Jalanan dibalik kedai kopi tempat Sena duduk sudah dipenuhi banyak pejalan kaki yang mengeluarkan payung dari dalam tas mereka.
Sebagian menggerutu karena ramalan cuaca yang tidak sesuai, sebagian menampilkan wajah penuh harap bahwa hujan akan segera berhenti.
Wanita itu menyesap es americano nya sedikit. Meresapi kafein yang mulai masuk ketubuhnya yang lelah itu. Setelah kepindahannya tiga bulan lalu, ia langsung bekerja tanpa henti.
Hari ini pun ia baru saja ada operasi besar yang memakan waktu hampir sepuluh jam, wanita itu benar-benar butuh istirahat.

KAMU SEDANG MEMBACA
E M P T Y
FanfictionKetika aku membuka mata di pagi hari, semua jelas terasa kosong. Hatiku merasa ke kosongan. Persis seperti sebelum aku bertemu denganmu.