TROUBLE

94 5 1
                                    

Selamat membaca. 🙌🙌
Vote nya ya.

Meysa POV

"Beef steak with lemon souce and coffe latte, ada pesanan yang lain tuan?" Tanyaku ramah. Pria itu menggeleng dan kembali fokus menatap layar tabletnya. Akupun segera beranjak  untuk mengantar pesanan.

"Pesanan meja 13" ku tempel secarik kertas di jendela yang menghubungkan dengan ruang dapur. Aku berlalu dan berdiri di sisi ruangan cafee.

Menjadi pelayan di Queen Cafe sangat melelahkan, setelah menempel pesanan dan menghidangkan pesanan kita di haruskan berdiri di setiap sisi cafee. Kita harus diam seperti patung, dan  jika pelanggan butuh bantuan kita harus cepat turun tangan. Pelayanan dan keramahtamahan disini sangat di utamakan.

Profesi pelayan di cafee ini baru 3 bulan aku geluti. Sebenarnya hanya pekerjaan sampingan.Queen cafee termasuk salah satu cafee yang ternama di kota New York. Aku sempat ragu untuk melamar pekerjaan disini, tapi setelah memikirkan gajinya yang lumayan tidak ada salahnya bukan?.
Karena upahnya lumayan untuk nambah-nambah penghasilan. Dan sebenarnya aku bekerja di club malam. Tapi bukan untuk menjual diri. Aku menghasilkan uang dengan menyalurkan hobby bernyanyi,
Aku tidak seperti wanita-wanita di club malam. Aku wanita baik-baik yang membutuhkan uang.
 Yang bekerja part time di siang hari dan bekerja lagi di malam hari itu sudah menjadi rutinitasku.

Aku hidup sendiri tanpa orang tua. Hari ini genap setahun daddyku pergi. Penyakit kronis gagal ginjal yang menyerangnya mengharuskan ia meninggalkan ku sendirian. Dokter bilang daddy tidak bisa ditolong. Itulah kiamat kecil pertama kurasakan. Sepeninggalan daddy aku harus pergi meninggalkan kehidupan mewah dan hidup dengan tabunganku sendiri.
Hidup sendiri menuntut ku untuk bekerja keras menghidupi diri, aku tidak menyerah hanya karena aku tidak memiliki cukup uang. Hidupku terlalu mahal untuk berpasrah dan bunuh diri.

Dan  satu-satunya barang yang aku bawa sejak menginjakkan kaki keluar rumah hanyalah gitar. Dan terbukti gitar ini membantuku dalam menghidupi kehidupan ku hingga sekarang. Waktu daddy masih hidup dan harta kami masih melimpah ruah. Aku sempat les bernyanyi dan bermain alat musik. Manfaatnya bisa kuraih sekarang. Dan aku sangat mensyukurinya.

"Pesanan meja 13" suara pria bariton paruh baya yang bernama Chef Sam itu membuyarkan lamunanku. Segera aku meninggalkan posisi sambil mengambil baki dan meletakkan pesanan tadi di atasnya. Dengan langkah hati-hati aku menuju meja di pojok ruangan itu.
Tiba-tiba tubuhku serasa ditubruk dari samping dan badanku serasa melayang..

PRAAAANNNGGGG

"Honey.. lihat dress ku" aku menatap jengah ke wanita yang menubrukku tadi

"Apa kamu baik-baik saja?"
Tiba-tiba lelaki berjaz hitam lengkap dengab atributnya sudah berdiri tepat di belakang wanita bar-bar yang menubrukku.

'Aduh cobaan apa lagi ini.....' gerutuku dalam hati sambil meringis kesakitan dilantai.

Maaf typo bertebaran. Semoga suka ya 😊😊😊
Next chapter?
Vote 👌

I Don't Accept Your ClaimTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang