1 - Siapa Nadia?

4.4K 157 9
                                    

Bagian Satu

Kalau mencintai harus punya rencana, aku ingin berencana untuk bisa mencintaimu sekarang.

***

Nadia menatap laki-laki yang sedang sibuk menjadikan sapu lidi sebagai mikrofon dan bernyanyi dengan suara yang sebenarnya tidak mau Nadia akui kalau itu merdu.

Airpods yang terpasang di telinganya menjadi pelengkap penampakan yang menganggu konsentrasi Nadia membersihkan halaman perpustakaan SMA Panca Bakti ini.

I never knew
It would be possible
For you to be with me
'Cause you loved someone else back in '73
I was so jealous seeing you with him
Oh baby, I know that I can treat you better back in those nights
Oh, you wouldn't cry from his stupid lies
Oh baby, I was there watching wishing you to be mine

I want you to know
I love you the most
I'll always be there right by your side
'Cause baby, you're always in my mind
Just give me your forever

Nadia berusaha untuk tetap acuh tapi pikirannya tergerak untuk mengikuti lirik yang Naufal nyanyikan.

Ah, seharusnya hukuman ini berjalan dengan lancar. Tapi kelakuan Naufal berhasil membuat pertahanan Nadia untuk bersikap masa bodoh lenyap begitu saja.

"Suara lo bagus juga," ucap Nadia sambil berusaha mengikis jarak mereka.

"Hah?!"

"Sering ngamen, ya? Sehari dapet penghasilan berapa?"

"Apa sih?!"

Nadia berdecak. Sepertinya memang Naufal bukan orang yang tepat untuk diajak berbincang menghilangkan jenuh dengan sampah daun-daun kering yang berserakan. Gadis itu jadi menyesal telah membuka percakapan lebih dulu.

Ah, seharusnya ia diam saja dan pura-pura tidak mendengar nyanyian Naufal, ck.

Naufal terkekeh melihat raut wajah Nadia yang kembali datar. Ia kemudian memasang satu airpods di telinga kiri Nadia yang tentu saja membuat gadis itu terkejut.

Suara Tulus yang membawakan lagu berjudul Sepatu langsung menggema dipendengaran Nadia. Lalu dengan tanpa perasaan bersalah, Naufal kembali melanjutkan aktivitasnya mengumpulkan sampah lalu membuangnya pada tempatnya.

Sementara Nadia butuh waktu beberapa saat untuk mencerna kelakuan Naufal padanya hingga airpods yang terpasang di telinga kirinya ia buka.

"Kenapa? Nggak suka sama lagunya?" tanya Naufal.

Nadia kembali memasang airpods di telinga kirinya. "Setiap dapat hukuman karena datang terlambat, apa kelakuan lo selalu kayak gini?"

"Dengerin lagu?" tanya Naufal karena sedikit bingung dengan definisi kelakuan yang Nadia ucapkan.

"Semuanya. Termasuk masang airpods di telinga gue."

Naufal mengulum bibirnya. "Untuk yang itu baru pertama kali, Nad. Kan kita nggak pernah dihukum bareng sebelumnya. Kenapa? Baper karena dipasangin airpods?"

"Hampir," jawab Nadia dengan jujur.

Dan untuk pertama kalinya Naufal melihat Nadia yang seapa-adanya ini. Tidak sedang berlindung di image wakil ketua OSIS yang dipegangnya, pun tidak mempertahankan image cuek yang selama ini tersemat pada dirinya. Nadia yang pagi ini ia temukan di depan gerbang dengan tatapan memelas—sedang membujuk Pak Jono untuk memberikan kesempatan padanya agar diizinkan masuk karena baru pertama kali datang terlambat—dan berakhir di hukum berdua dengannya.

Dear Heart, I Love Him Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang