should i?

1.1K 169 5
                                    

Chanyeol merutuki keputusannya semalam, setelah melihat Kyungsoo yang datang dengan wajah penuh lebam.

Ia tak menyangka bahwa ayah sahabatnya itu akan memukuli sang anak, hingga ia harus kembali melihat lebam-lebam menghiasi wajah mulus Kyungsoo.

Chanyeol juga merasa sangat sakit ketika melihat Kyungsoo terluka. Bahkan, terkadang ia bisa merasakan rasa sakit yang sama dengan apa yang Kyungsoo alami.








Chanyeol POV

Haruskah aku bertanya padamu Kyungsoo, harus dengan cara apa aku membuatmu merasa nyaman? Aku sangat takut kau akan membenciku dengan semua pertanyaan yang akan aku ajukan.

"Kyungsoo-ya..." Aku memanggilnya dengan sepelan mungkin agar ia tidak perlu terburu-buru menolehkan kepalanya yang akan membuat luka diwajahnya akan terasa sedikit nyeri.

"Ada apa Chanyeol-ah..." Mata bulatnya menatapku dengan pandangan bahwa ia sedang bertanya padaku.

"Ah, apakah itu sakit Kyungsoo? " Kudekati Kyungsoo dan menyentuh permukaan wajahnya yang dipenuhi lebam. Apakah ayahnya tidak keterlaluan padanya?, bahkan aku bisa melihat ujung bibirnya yang sobek dan mulai meninggalkan bekas keunguan yang merusak wajah tampannya.

tunggu dulu... apa aku barusan memujinya tampan? 

"A-ah..., i-itu sedikit pedih Chanyeol-ah... tapi tidak apa-apa... aku masih sudah terbiasa." Kyungsoo menjawab dengan suara parau yang aku sudah hapal bahwa ia habis menangis.

"Maafkan aku Kyungsoo-ya, harusnya malam itu aku menemanimu pulang dan berkata pada paman bahwa kau lembur..." Kyungsoo hanya menundukkan kepalanya mendengar perkataanku barusan, aku yakin ia juga sedang menyesali kejadian kemarin malam.

"Gwenchana Chanyeol-ah, lebih baik sekarang kita mulai bekerja... aku akan berada dibelakang, aku tak ingin pelanggan kita melihat wajahku yang buruk rupa ini." Aku hanya terpaku dengan jawaban yang dilontarkan Kyungsoo, bagaimana ia bisa memikirkan bekerja sedangkan dirinya dipenuhi dengan luka.

"A-ah..., ba-baiklah Kyungsoo-ya... nanti aku akan mengajakmu ke taman, jadi jangan pulang dulu oke?" Ia mengangguk tanda setuju, sebelum ia tersenyum tipis dan meninggalkanku yang sedang menikmati waktu istirahatku.








Kyungsoo POV

mengapa rasa sakit ini menjadi berkali-kali lipat saat melihatmu mengkhawatirkan diriku Chanyeol-ah.

mengapa rasanya sangat menyesakkan melihatmu dengan tatapan menyesal seperti itu, aku bahkan tak berani untuk menatap matamu saat kau bertanya padaku Park Chanyeol.

apakah ini yang dinamakan persahabatan?

apakah ini yang orang-orang sebut bahwa sahabat menjagamu lebih dari dirimu sendiri?

haruskah, aku mengungkapkan semuanya padamu Chanyeol, kisah hidupku, bebanku, masalahku, masa depanku, mimpi burukku, dan semua yang mengganjal hatiku?

"Kyung..." Suara Chanyeol menggema di ujung koridor tempat jalan keluar dari restoran. Aku tidak lupa bahwa dia ingin mengajakku pergi ke taman.

lagipula jam masih menunjukkan pukul 19:30 dan ini adalah pertama kalinya kami pulang lebih awal karena seorang pengusaha sudah memesan tempat itu dan pelayan yang disediakan dari pihaknya membuat kami pulang lebih awal.

"Kenapa kau diam saja? apa masih sakit Soo-ya? jika kau merasa kurang enak badan lebih baik kau ku antar pulang saja. Ayo..." Chanyeol mengaburkan lamunanku sehingga aku kembali pada dunia nyata yang sama suramnya dengan ilusi yang aku ciptakan sendiri.

"Tidak Chanyeol-ah, ayo.. bukankah tadi kau berkata bahwa akan mengajakku ke taman?" Chanyeol sedikit terkesiap atas jawabanku.

"Ah, iya... ayo. tapi kau tidak akan diberi pukulan ayahmu lagi karena kau pulang terlambat kan Soo-ya?" Chanyeol bertanya kepadaku, sejujurnya aku takut dengan pukulan yang diberikan ayahku, tapi aku juga butuh hidup seperti orang lain yang selalu bebas kemanapun dan kapanpun.

"Tak apa Yeolli, aku sudah mulai terbiasa dengan itu..." Aku menatap lurus ke depan, karena sebentar lagi kami akan sampai ke taman yang Chanyeol maksud.

Akhirnya kami memilih duduk bersebelahan pada dua ayunan yang ada di taman itu, suasana taman sangat sepi karena ini sudah memasuki jam makan malam.

"Soo-ya... bisakah kita menjadi apa yang kita inginkan?" Tanya Chanyeol padaku, aku bingung harus menjawab apa karena aku pun masih bingung dan belum menemukan jawaban itu.

"Harusnya bisa Yeol, tapi entah mengapa takdir begitu kejam kepada kita Chanyeol-ah..." Akhirnya hanya itulah kata yang paling tepat menurutku saat ini.





Tidak selamanya kesalahan itu buruk, terkadang kita tidak menyadari bahwa sebuah kesalahan juga memiliki letak yang baik. contohnya saja kesalahan saat pertemuan pertama kita Chanyeol-ah... yang akhirnya membawamu untuk menjadi sahabatku sekaligus penyemangat hidupku....














Brakk!!

"Aduh..., maafkan... maafkan aku... a-aku harus pergi saat ini.... sekali lagi maafkan aku tuan..." Seorang namja mungil menunduk seraya membenahi letak bajunya yang sudah tidak beraturan karena ia bawa berlari sejauh mungkin dari ayahnya yang mungkin sebentar lagi akan membunuhnya.

"Hey, kurasa kita tidak terpaut usia yang jauh... perkanalkan namaku Park Chanyeol. kau boleh memanggilku Chanyeol... tapi mengapa kau sangat terburu-buru?" Seorang namja yang memiliki postur tubuh yang tinggi menjulang itu menatap kepada namja kecil yang menabraknya.

Namja mungil tadi mengangkat wajahnya untuk menatap lawan bicaranya, dan seketika membuat Chanyeol terkejut dengan keadaan lelaki manis yang menabrak dirinya.  Penuh dengan luka-luka dan menatap Chanyeol sendu.

"Namaku Do Kyungsoo, jangan heran mengapa aku terburu-buru, jika aku tidak berlari tadi... mungkin besok akan ada berita seorang namja muda berusia 20 tahun mati dikarenakan dipukuli oleh ayahnya yang psikopat..."Kyungsoo menjelaskan dengan panjang lebar alasannya mengapa ia terlihat terburu-buru dan terlihat sangat berantakan serta masih mengatur napasnya yang tidak beraturan.

Chanyeol tak menyangka bahwa namja di depannya hanya selisih satu
tahun dengannya. saat ini dirinya memang berumur 21 tahun, sebelumya ia berpikir bahwa namja yang menabraknya yang bernama Kyungsoo itu masih berusia 18 tahun.

Tubuhnya yang mungil, mata bulatnya yang lucu serta pipinya yang gembil akan membuat siapapun mengira bahwa dirinya jauh dibawah usia aslinya yang sesungguhnya.

"Apakah kita bisa berteman Kyungsoo?" Tanya Chanyeol kepada namja mungil yang bernama Kyungsoo itu. menawarkannya menjadi temannya, Chanyeol juga tidak terlalu  mudah mempercayai orang setelah apa yang ia dapatkan dari pacar dan sahabatnya sendiri.

Sebuah pengkhianatan yang tidak akan pernah ia lupakan seumur hidupnya, bagaimana kekasihnya yang sangat ia cintai menjalin hubungan dibelakangnya.

"Te-Tentu saja Chanyeol... aku juga hingga saat ini belum mempunyai teman..." Kyungsoo menjawab dengan mudahnya,  karena hingga saat ini ia belum pernah memiliki seorang pun teman.

Ayahnya selalu mengancam akan memukul Kyungsoo lebih parah jika ia membocorkan segala sesuatu tentang kehidupan mereka.

Termasuk terhadap teman,  atau siapapun itu yang berhubungan dengannya di luar rumah.

Chanyeol kembali menatap Kyungsoo setelah kembali mengenang awal pertemuan mereka yang tak terduga.

Mulai saat itulah Kyungsoo dan Chanyeol menjadi dekat dan bahkan menjadi sahabat yang saling melengkapi dan menjaga, dimana Kyungsoo akan selalu meyakinkan Chanyeol bahwa tidak semua yang ia percayai akan mengkhianatinya sedangkan Chanyeol akan meyakinkan Kyungsoo bahwa ia akan menjaga Kyungsoo dari semua yang dilakukan ayahnya padanya.











Long time no see?

My Beloved BestfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang