Chanyeol menatap bungkus plester rilakuma miliknya yang baru saja ia tempelkan disudut bibir Kyungsoo yang sobek.
plester rilakuma yang ia miliki memang sudah benar-benar sangat sedikit karena selalu ia pakai untuk mengobati setiap luka kecil yang Kyungsoo alami. Bukan sedikit luka yang Kyungsoo punya, tiga atau empat kali dalam seminggu Kyungsoo bisa mendapatkan luka lecet entah itu pada siku, lutut maupun pipinya karena terjatuh saat berlari dari kejaran atau luka akibat dipukuli oleh ayahnya.
Chanyeol amat menjaga plester rilakumanya, karena plester itu sudah tidak ada lagi satu tahun belakangan ini. Membuat Chanyeol sang penyuka apapun yang berkaitan dengan rilakuma harus ekstra hati-hati menjaga plester langka yang ia hanya punya satu kotak lagi di kamarnya.
Tapi, apapun akan ia berikan untuk Kyungsoo, tak perduli jika nanti plester rilakuma kesayangannya akan habis untuk mengobati Kyungsoo. Karena baginya yang terpenting adalah kesehatan sang sahabat.
Seorang Do Kyungsoo yang tidak lebih beruntung darinya. Harus ia akui jika memang Kyungsoo cukup menderita karena ayahnya setelah kepergian sang ibu untuk selamanya. Entah mengapa Chanyeol merasakan sesuatu yang lain daripada sebuah simpati belaka, ia merasakan sesuatu yang berbeda. Sesuatu yang bisa menariknya untuk jatuh lebih dalam dengan sosok Kyungsoo yang mempunyai beribu cara untuk memusatkan seluruh perhatian kepada dirinya.
Chanyeol Pov.
"Yeol... yeoll... Chanyeoll! Akh!...." Aku tersentak saat Kyungsoo memekik kesakitan karena terlalu lebar membuka mulutnya. Lihatlah, dia sangat-sangat manis.
"A-Apa... Kyungsoo-ya... kau memanggilku?" Aku sekarang sudah sepenuhnya sadar dengan lamunanku, dan mengalihkan atensi ku dengan pinguin kecil nan imut di hadapan ku yang sedang memanyunkan bibirnya.
"Lupakan saja, aku mau bekerja!" Kyungsoo mulai melangkahkan kakinya menjauhiku dan menuju sudut rooftop, lalu membuka sebuah pintu yang berhiaskan lukisan daun maple yang besar di permukaan nya.
"Tunggu aku Kyungsoo-ya!!" Aku segera berlari meninggalkan bekas obat-obatan yang barusan aku pakai dan mengejar Kyungsoo yang sudah menghilang dibalik pintu.
Hari ini aku, Yoora Noona dan Eomma pergi piknik disebuah taman yang memiliki padang rumput yang sangat luas dan segar, Ayah tidak ikut karena ia masih saja sibuk dengan pekerjaannya padahal hari ini adalah hari Minggu. Tapi, aku tidak mempermasalahkannya karena sesungguhnya Ayah bekerja untuk kami.
"Yeol, kau sudah selesai makannya?" Tanya ibu padaku yang langsung aku beri anggukan kepala semangat. Aku sudah menunggu hampir enam bulan untuk bisa pergi piknik dengan keluargaku. Karena kesibukan Ibu yang mengurus toko kuenya dan Yoora Noona yang fokus dengan ujian akhirnya membuat aku sedikit bosan selama enam bulan belakangan.
"Yeollie mau pergi main dulu Eomma... disana... boleh kan?" Aku memohon pada ibu ku sambil menunjuk padang rumput hijau yang sangat luas di hadapan kami. Taman ini lumayan sepi, hanya ada keluargaku dan beberapa keluarga lain yang juga sedang menikmati piknik di hari Minggu.
Ibu hanya mengangguk dan membiarkan ku untuk bermain di padang rumput yang hijau nan luas, memancarkan sebuah kebahagiaan yang tak terkira. Setelah puas bermain, akhirnya ibu memanggilku untuk pulang.
Belum sempat aku beranjak, terdengar suara tangis anak lain yang cukup keras di sekitar ku. Aku menoleh, mencari letak di mana tangisan itu berasal.
Seorang lelaki kecil dengan wajah bulatnya yang lucu tengah tersedu sambil memanggil ayahnya.
"Apa kau tidak apa-apa?" seketika itu ia mendongakkan wajahnya yang berurai air mata, ia sungguh manis dengan mata bulat yang memerah dan hidungnya yang mulai berair.
Namanya adalah Kyungsoo, dan ia sangat menggemaskan katanya aku bisa memanggilnya Kyungie. Manis sekali panggilan untuknya, aku mulai mengobati lukanya dengan plester rilakuma ku yang berharga. Selama ini aku tidak pernah memberikan plester berhargaku kepada siapapun, meskipun itu Umin Hyung atau para yeoja cantik disekolahku. Rilakuma milikku terlalu berharga, tapi entah mengapa, bagi anak kecil manis ini aku rela memberikannya begitu saja.
Akhirnya aku pulang dengan senyum yang mengembang, berulang kali ibu dan Noona menanyakan mengapa aku seperti orang gila yang tersenyum sendiri. Akhirnya aku menceritakan semuanya tentang Kyungsoo kepada mereka berdua. Ibu cukup bangga dengan apa yang aku perbuat hari ini, sungguh.. aku sangat merasa senang hingga di penghujung malam saat aku akan terlelap masih bisa mengingat dengan jelas bagaimana wajah manis seorang Kyungsoo.
"Kyung... maaf...." Aku menahan lengannya untuk menghindar dan pergi meninggalkanku. Ini sudah dua jam semenjak aku mengabaikannya di rooftop.
"Lepaskan aku Chan..." Sepertinya Kyungsoo sangat marah denganku karena aku mengabaikannya tadi, aku bingung harus mengatakan apa.. tapi ingatan itu sungguh sangat-sangat nyata.
"Apa kau mendengarkan apa yang aku katakan padamu Chan?" Kyungsoo sepertinya mulai mengurangi rasa kesalnya padaku, sehingga ia mau berbicara denganku.
"A-Aku ti-tidak tahu Soo-ya... maafkan aku..." Kyungsoo menghela nafasnya berat, aku benar-benar tidak tahu apa yang ia katakan tadi. Aku terlalu fokus kepada ingatan yang tiba-tiba berputar dan melintasi otakku.
"Baiklah.. lupakan saja.." Kyungsoo terlihat sangat kecewa dengan apa yang aku lakukan kepadanya, ia menunduk dalam dan mulai melangkahkan kakinya menjauh dari lorong kafe.
Maafkan aku Kyungsoo-ya.
Apapun yang kau katakan saat itu, aku sangat menyesal karena tidak mendengarkannya.
Ternyata banyak yg harus direvisi :'(
KAMU SEDANG MEMBACA
My Beloved Bestfriend
Fanfictionsahabat adalah seseorang yang akan melindungi ketika semua menyakiti. sahabat adalah orang yang akan membuatmu tersenyum walaupun yang lain membuatmu menangis. Bisakah aku menganggapmu lebih dalam hidupku?