Hari Pertama

112 3 0
                                    


Jutaan tetes air jatuh dari langit. Memaksa turunnya temperatur di sebuah kota kecil. Mengirimkan suasana dingin, dan menyelimutkan kabut yang lumayan tebal. Mengawali aktivitas seluruh umat yang berdomisili di kota tersebut. Menjadi sambutan bagi para siswa taman kanak – kanak sampai dengan siswa sekolah menengah atas untuk memulai tahun ajaran baru. Mendapat kelas baru, jadwal baru, teman baru, guru baru, dan suasana baru.

Barisan manusia berseragam putih abu - abu dengan payung warna – warni menghiasi sepanjang trotoar menuju SMA Harapan. Kendaraan pribadi beroda empat berlalu lalang di depan gerbang sekolah, mereka mengantar sang buah hati untuk menuntut ilmu. Ada juga, pengendara sepeda motor dengan mantel berwarna mencolok yang tidak ingin kalah dengan yang lainnya. Mereka sangat bersemangat memulai hari pertama sekolah.

Ribuan pasang kaki memasuki gedung besar berlantai tiga dengan warna abu – abu. Tujuan utama setelah memasukinya, adalah mencari papan pengumuman. Di sana telah tertempel dengan rapi pemberitahuan pembagian ruang kelas yang baru. Ada yang senang ada juga yang tampak sedih setelah melihat tulisan di papan lebar itu. Mau tidak mau, mereka harus menerimanya.

Hari baru telah dimulai.

***

Sepasang burung dara tampak sedang bertukar pandang. Meskipun dilihat dari lantai ketiga gedung, kejadian sekecil itu masih bisa tertangkap oleh mata – mata normal.

Genangan – genangan kecil masih bersebaran di lapangan tengah. Hujan baru saja usai. Namun keadaan udara masih saja dingin. Matahari masih bersembunyi dengan tenang di balik awan, entah apa yang sedang ia rencanakan bagi penduduk kota kecil itu. Apakah akan terus bersembunyi dan mengirimkan lebih banyak hujan, ataukah akan muncul dengan sinarnya yang menghangatkan. Tidak ada yang tau.

Sedikit demi sedikit kabut mulai berkelana. Tapi rasa sedih masih saja berselimut dengan tebal dalam hati beberapa siswa.

Mika Akama, siswi kelas duabelas ipa lima adalah satu dari sekian banyak siswa yang merasakan kegundahan hati. Selama hampir duabelas tahun bersekolah, baru kali ini ia berpisah kelas dengan sahabat yang amat ia sayangi. Sejak duduk di bangku taman kanak – kanak hingga sekolah menengah atas dia dan sahabatnya selalu bersama. Banyak yang mengira mereka berdua kembar. Bukan karena wajah mereka yang tampak mirip seperti layaknya anak kembar, tetapi dari nama belakang mereka yang sama dan tidak umum. Azalea Akama adalah orang itu. Seorang siswa kelas duabelas ipa tiga.

"Mika."

Suara yang memanggil namanya terdengar semakin besar. Membuyarkan lamunan. Segera ia menyadarkan dirinya dan menerka suara yang tak asing bagi telinganya, Aza! Ia menolehkan kepalanya ke kiri dan ke kanan. Betapa terkejutnya ia, orang yang sedang ia pikirkan sudah menyuguhkan kepala di samping kanannya. Mika mengedipkan mata beberapa kali, mencoba untuk meyakinkan apa yang sedang ia lihat. Bukan ilusi.

"Aza?"

"Iya." Jawab laki – laki dengan topi yang terpasang terbalik di kepalanya. Tak lupa ia suguhkan senyuman yang teramat manis.

"Ngapain di sini? Pasti pindah kelas? Iya kan?" Mika bertanya dengan penuh harap. Rentetan gigi putih rapinya kini diperlihatkan. Ia sangat bahagia jika Aza mengiyakan pertanyaannya.

"Enggak. Main aja, di kelas sepi. Temenku kalem semua. Gak kaya kamu." Aza melayangkan tangannya ke pipi Mika, lalu mencubitkannya.

Mika menyipitkan matanya. Tangannya beradu dengan tangan Aza. Mencoba melepas cubitan dari pipinya.

"Kirain mau pindah ke kelasku. Sepi gak ada kamu Za!" Kedua sudut bibirnya tertarik ke bawah, kini wajah sedihnya terlihat oleh Aza.

"Jangan sedih dong. Makan yang anget – anget aja yuk!"

"Yukk."

Aza selalu membuat hatiku hangat.

Senyum ManismuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang