"Aza, aku berangkat duluan." Teriak Mika di depan rumah Aza.
Dengan segera ia kayuh pedal sepedanya. Warna putih sepeda, dipadu dengan jaket pink yang Mika kenakan membuatnya semakin terlihat cantik. Rambutnya yang selalu diurai dengan sebuah kepangan kecil pada sisi kiri rambut, memaksa setiap laki – laki untuk sejenak menyuguhkan pandangan kagum padanya. Ia sangat cantik.
Tidak seperti biasanya, hari itu Mika berangkat sekolah tidak bersepeda berdua bersama Aza. Entah apa yang sedang ia rencanakan.
***
Aza mempercepat laju sepeda motornya. Ia merasa kedinginan karena pagi itu terasa sangat dingin. Walaupun sudah berbulan – bulan musim hujan datang ke kotanya, tubuhnya masih belum terbiasa dengan udara dingin. Ia akan lebih senang jika berbaring di kamarnya dengan selimut di sekujur tubuhnya, ia suka kehangatan.
Beberapa meter di depan tempat parkir sepeda, terlihat Mika melambaikan tangan padanya. Mika, dan seorang gadis berseragam sama yang juga tak kalah cantik dari seorang Mika. Mereka berdua memberikan senyuman kepada Aza ketika melintas di depan dua gadis itu. Pandangannya tak lepas dari gadis yang sedang bersama Mika. Sampai – sampai ia menabrakkan sepedanya pada sebuah pohon. Aza terjatuh.
Gadis yang sejak tadi ia pandangi sudah berada di depan matanya. Kini ia sedang mengulurkan tangannya, berniat membantu Aza untuk bangkit. Wajahnya tampak khawatir. Sedangkan Mika sedang berusaha mengangkat sepeda Aza.
"Ada yang sakit?" Gadis itu bertanya.
"E-eng-enggak kok. Makasih ya." Aza menjawabnya dengan gugup.
Mika menyaksikan Aza dan Annie yang sedang bertatapan. Kedua pipi Aza tampak memerah.
Mika berdeham, "Za, ini temanku yang kemarin Aku ceritakan padamu."
"Oh ya? Hai, kenalin namaku Azalea Akama. Panggil saja Aza." Aza mengulurkan tangannya.
"Aku Annie Leonahata. Kamu bisa panggil Aku Annie." Annie menyambut tangan Aza, ia tersenyum malu.
Mika berdeham lagi. Senyumnya mengembang, ia senang melihat sahabatnya berbahagia.
"Duhh, Aku ke kelas dulu ya. Selamat bersenang – senang kawanku." Ujar Mika.
Kemudian Mika berlari meninggalkan kedua sahabatnya. Menuju kelas. Bukan, lebih tepatnya menuju ke sebuah tempat favoritnya di sekolah, taman bunga di bagian paling belakang dari area sekolah.
Mika terus berlari. Keringat mulai bercucuran. Membasahi wajahnya. Ia membiarkannya menghiasi wajah, dengan begitu tak akan ada seorang pun yang tau, bahwa wajahnya juga basah karena air mata.
Sesampainya di taman, Mika terduduk diatas tanah yang basah dan lembek. Ia sandarkan tubuhnya pada sebuah pohon yang rindang. Matanya merah, kelopak matanya membesar. Ia menangis terlalu banyak.
Impian yang sulit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Senyum Manismu
Short Story"Nanti kalo udah gede, Aku gak mau pacaran. Sebelum kamu punya pacar." Itu adalah impian mereka di masa SD, sembilan tahun yang lalu. Impian lama dua bocah lugu yang kini sudah menginjak usia remaja. Mungkin keduanya sudah saling melupa dengan impia...