Kegelisahan yang terjadi saat seseorang berada pada puncak rindu yang sangat tinggi pada seseorang yang menganggap kita bukan siapa-siapa, dan pada titik itu kita terjatuh karena tersandung oleh langkah kita sendiri, langkah yang mengatakan bahwa dia telah bahagia bersama orang lain.
Bukan dia yang salah, bukan langkah kita yang salah, dan jika menyalahkan keadaan dan takdir pun membuat kita menjadi manusia yang tidak tahu diri.
Hingga kita lah yang menjadi korban sekaligus tersangka dalam kasus tak bernama ini. Jika ingin kau juluki cinta, mungkin terlalu indah karena yang kau rasa hanya sebatas luka tanpa rupa. Jika kau bilang ini bualan, apa kau tak sadar jika kau sedang mengalaminya. Hal yang jujur, namun tak di terima, hal yang benar, namun tak dapat sisi yang terbaik, hal yang tulus, berada diatas duri yang bernyanyi.
Perih namun merdu. Tertikam namun hangat. Terjatuh begitu dalam, namun tidak mati. Begitulah aku padamu. Elina.
Sejauh apa dan segelap apa tempat yang akan kau buat untuk hilang dariku. Percuma, sejauh apapun, sehening apapun, walau mata tak dapat menangkap bayangmu lagi, suara di dasar diri tetap tercipta karena goresan luka yang berbentuk nama dan cerita indah yang ku karang sendiri.
Enam musim terasa begitu angkuh pada orang-orang sepertiku. Panas membawa lamunan, hujan membawa tangis. Ratusan jam terlewat begitu saja seolah jarum-jarumnya pergi tanpa pamit, tak berkawan lagi dengan cinta yang telah disepelekan.
Ribuan rayuan bintang dan langit sanggup kuberikan, namun kau lebih memilih galaksi yang terbarukan oleh imajinasimu sendiri. Bumi memang tak begitu indah sekarang, namun teduh wajah yang dia usahakan masih bisa kita terima dengan tangan terbuka. Galaksi mana lagi, planet mana lagi, orbit yang sepertia apakah yang kau cari sehingga melupakan bibit-bibit yang kubuat untuk menghidupi masa-masa indah untukmu Elina?
Kau buang kah? Kau jual kah? Atau kau biarkan saja mereka bermain dengan serangga-serangga yang menyukai barang tak tersentuh kasih manusia? Sejauh waktu yang ingin kuputar kembali, aku berharap akan bisa menemukanmu yang telah membukakan teras hatimu untukku beristirahat.
Lalu mengajakku membangun terusan dari teras-teras itu lalu kita huni bersama. Tapi aku terlalu naif. Aku lupa, jarum-jarum waktu telah pamit dan tak ingin berkawan denganku lagi. Pergilah kau dengan mereka. Ajaklah teman yang kau suka dan kenalkan pada mereka bahwa jarum-jarum masa itu pernah menjadi temanku yang baik bersama mu, Elina!
KAMU SEDANG MEMBACA
Lamunan Tanpa Tuan
PoetryKegelisahan yang terjadi saat seseorang berada pada puncak rindu yang sangat tinggi pada seseorang yang menganggap kita bukan siapa-siapa, dan pada titik itu kita terjatuh karena tersandung oleh langkah kita sendiri, langkah yang mengatakan bahwa di...