Suara ringtone baby shark yang sedang booming itu membuat gue tertawa, pasti ini ringtone milik Pranata Ega Ilham yang terkenal dengan gayanya yang sedikit nyentrik itu. Saat jam makan siang seperti ini biasanya anak divisi pemasaran akan mengumpulkan handphone-nya dalam satu kotak hingga saat jam istirahat yang singkat itu bisa dipakai menjadi sarana untuk mengeratkan solidaritas kami sebagai tim.
"Il, handphone lo pasti tuh," tebak gue dengan kekehan yang membuat yang lainnya ikut tertawa dan menyetujui perkataan gue.
"Enak aja! ringtone gue lagunya payung teduh yang akad! Bukan lagu bocah kayak gitu!" sanggah Ilham mentah-mentah yang membuat kami berhenti tertawa.
"Jan, coba liat handphone siapa, siapa tau penting tuh," usul Jihan yang Rizka angguki.
Tim kami terdiri dari empat orang laki-laki dan empat orang perempuan yang dikepalai oleh Pak Khairi Haidar. Pak Khairi sendiri terkadang suka bergabung makan siang bersama kami guna memupuk kebersamaan tim kami yang terkenal dengan solidaritasnya yang tinggi. Namun kali ini beliau sedang rapat dan tidak berada di tengah-tengah kami, sehingga kami bisa sedikit lebih leluasa.
Januar Wicaksono, anggota tim kami yang paling tinggi itu pun beranjak ke arah kotak tempat penyimpanan handphone itu dan mengangkat handphone gue yang menyala dengan nama 'Dek Jun' yang menghiasi layar.
"Noh kan! Ternyata hape lo kan Git! Nuduh-nuduh orang ternyata sendirinya yang pake ringtone konyol itu!" sungut Ilham tidak terima yang membuat gue berdecak pelan. Gue yakin satu-satunya orang yang melakukan hal itu pada hanphone gue adalah Gatra, calon adik ipar gue yang super jahil dan iseng itu.
"Dek Jun? Calon adek ipar lo bukan?" tanya Ara yang gue jawab anggukan dan helaan napas kasar. Jika Juniarta Alby Radhika menghubungi gue, sudah bisa dipastikan ada masalah.
Gue pun memilih untuk beranjak dan mengambil handphone gue yang berada di tangan Januar dan menjauh dari ketujuh teman gue yang masih berjibaku dengan makan siang mereka.
"Halo, Jun?" sapa gue yang membuat Jun menghela napas lega di seberang sana.
"Kak! Akhirnya lo angkat juga! Seneng banget gue!"
"Kenapa? Ada masalah sama Abang?"
"Nggak, Bang Aga nggak ada masalah, justru Jun yang ada masalah!"
"Masalah apaan? cewek lagi?"
"Ih! Kakak pinter banget emang! Pantes Bang Aga mau ngawinin!"
"Nggak usah banyak basa-basi, kamu mau apa? Setengah jam lagi istirahat kakak selesai."
"Jun ada di resto depan kantor kakak, nanti kakak ke sini ya, pura-pura jadi pacar Jun kayak biasa. Soalnya cewek yang ini tuh ngebet banget kak!"
"Kamu mau kakak dicap penggoda berondong apa? Kakak masih pake baju kerja!"
"Jun udah bawain baju kakak yang suka kakak pakai kalau nginep di rumah kok! Tadi udah nitip ke resepsionis, kakak bisa ganti baju dulu!"
"Apa bayarannya? setengah jam itu berharga buat kakak."
"Info tentang mantan Bang Aga. Kakak mau tau itu kan?"
Gue yakin Jun sedang tersenyum penuh kemenangan di seberang sana, pasalnya selama ini gue tidak pernah mengetahui tentang sosok mantan pacar dari calon suami gue, Yiraga Galen Radeya, yang adik-adiknya biasa sebut dengan 'Bang Aga'. Ia selalu saja menghindar dari percakapan itu dan menyebutnya hanya bagian masa lalu yang tidak usah dipedulikan.
"Kamu yakin mau ngasih tau kakak? Nggak takut perang sama Abang kamu?"
"Kakak mau nego nih? Kesempatan Jun mau ngasih tau kakak nggak dateng dua kali loh," rayu Jun yang membuat gue menghela napas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nikah?
Ficção GeralMemiliki calon suami dengan dua adik laki-laki yang berkelakuan absurd membuat Brigita harus banyak bersabar. Saat hari pernikahan mereka semakin dekat dan mantan terindah itu datang, apakah mereka bisa bertahan?