Senja berakhir dan malam pun menyusul. Rembulan yang terang benderang menerangi gelapnya malam. Bintang-bintang yang kerlap-kerlip menerangi setiap lapisan bumi. Begitu juga dengan hati Adrian. Duduk di balkon kamarnya, meratapi bulan dan bintang. Ia merasakan kebahagiaan yang luar biasa karena kehadiran Fifi. Ia meraih hpnya yang terletak diatas meja belajarnya.
"Malam Fi." text message dari Adrian untuk Fifi. Kerinduannya yang dalam tak bisa membendung hasratnya untuk tidak mengirimkan pesan kepada Princess Charming itu. Ia menunggu dengan sangat percaya diri bahwa Princess nya akan membalasnya secepatnya. Ternyata benar.
"Malam juga Dri. Tumben kamu chat aku. Ada apa nih?"
"Gak apa-apa. Cuman lagi kepikiran kamu aja, makanya aku chat kamu."
"Cieee, yang kepikiran sama aku."
"Ohiyaa, kamu udah makan belum?"
"Belum. Nih aku baru mau pergi beli makan di luar."
"Sendirian?"
"Iya nih. Lagi menjomblo."
"Mau ditemenin gak? Aku juga belum makan."
"Aku takut ngerepotin kmu."
"Astaga. Gak lah. Santai aja."
"Yaudah deh. Kita ketemuan di Taman deket rumahku ya. Kamu tau kan?"
"Iya aku tau kok."
Beberapa menit kemudian, sampailah mereka di tempat tujuan. Mereka memesan makanan. Mereka memesan 2 nasi goreng spesial dibalut dengan keju mozarella. Setelah makanannya sampai, mereka makan dengan sangat lahap sampai tidak ada satu kata pun yang keluar dari mulut mereka. Setelah mereka selesai makan,...
"Fi, kamu pernah pacaran gak?"
"Gak. Emang kenapa?"
"Gak apa-apa, Tanya doang sih."
"Ohh. Kirain kenapa?"
Mereka masih duduk di depan restaurant yang tadi sambil melihat bintang yng cerah di langit gelap sana. Mereka menikmati keindahan yan telah Tuhan berikan.
"Indah banget ya Dri, bintangnya."
"Iya, kayak kamu yang indah dimata aku."suara yang sedikit diperkecil agar tidak terdengar oleh Fifi.
"Kamu ngomong apa barusan Dri?"
"Gak gak."
Mereka segera pulang karena hari sudah semakin larut. Angin malam yang sangat tidak baik bagi kesehatan berhembus makin kencang dan membuat Fifi sedikit menggigil. Adrian yang memakai jaket waktu itu, langsung melepaskan jaketnya dan mengenakannya di pundak Fifi. Fifi tersontak kaget oleh ketampanan Adrian dalam jarak hanya sekitar 3 cm. Mereka sempat beradu tatap namun suara klakson motor mengejutkan mereka dan menyadarkan mereka bahwa mereka sedang berada di pinggir jalan raya.
"Ganggu aja si truk." amarah Adrian yang sedikit menguap.
Tak beberapa lama kemudian, sampailah mereka di depan rumah Fifi. Fifi mempersilahkan Adrian untuk masuk ke dalam rumahnya terlebih dahulu namun Adrian menolaknya dengan alasan bahwa ini sudah terlalu malam untuk masuk ke dalam rumah cewek. Akhirnya, Adrian pulang ke rumahnya yang jaraknya hanya sekitar 200 m. Sesampainya Adrian di kamarnya, ia menidurkan dirinya diatas kasur empuk kesayangannya.