# 3. TEMAN

18 6 0
                                    

Ruang gelap ini terasa sunyi, bila tidak ada yang bicara. Mau bagaimana lagi? Hanya aku sendiri tinggal di ruangan ini.

Ketenangan, kesunyian, dan keheningan menemaniku menjadi temanku.

Teman? Aku punya cerita menarik untuk kalian. Apakah kalian mempunyai teman ? Itu pasti ! Di dunia ini, pasti kalian mempunyai teman.

Pernahkah kalian berpikir? Jika temanmu suatu saat akan melakukan hal buruk kepadamu.

Kelanjutan ceritaku sekarang, adalah seorang remaja putri tengah diam di kamarnya.

Mmm...mungkin cerita ini akan menarik bagi kalian.

Bagaimana kelanjutannya tetap ada di tkp.



Embun pagi membasahi pekarangan rumah. Jendela kamar yang kupandang, terlihat kepulan asap tipis masih tertempel dikaca. Semalam, aku tidak bisa tidur.

Kabur dari segerombolan pria tua membuatku tersiksa.

Ah... !!!

Aku ingin sekali mencungkil mata mereka. Bila bertemu mereka di jalan nanti.

Akan sangat menyenangkan.

Bila aku bisa melakukan hal keji seperti barusan kubayangkan.

Terlebih lagi, topeng yang kubeli sudah sebulan yang lalu. Tidak menampak jelas wajahku pada mereka semalam.

Membayangkan mereka berlumuran darah. Hatiku senang.

Seandainya, aku bawa pedang katana bukannya pistol.

Pasti aku sudah mencabit perut gendut mereka. Mengeluarkan isi perut mereka, memotong tubuh mereka menjadi potongan kecil. Dan memakukan kepala buntung mereka, di depan pintu rumah mereka masing-masing.

Aku ingin melihat langsung ekspresi wajah keluarga mereka.

Penuh histeris, berlinang air mata dimana-mana. Menangisi suami mereka atau ayah mereka.

Semua laki-laki itu jahat.

Bila ada wanita cantik lebih cantik dari wanitanya, akan dibuang. Lalu mengerjar wanita cantik dan muda seperti anjing rabies.

Pedang yang ada ditanganku, digunakan untuk menyanyat orang.

Akan semakin mengkilap bila dilumuri darah korbanku. Seakan pedang ini menemukan pemilik yang tepat digunakan. Saat aku beli dari salah satu toko di pasar loak.

Senyumku semakin melebar.

Ketika menatap seseorang di foto yang tertempel di cermin.

Dia sangat sempurna untuk aku lindungi. Aku ingin melindunginya, merawatnya, dan menjaganya sisa waktu hidupku.

Seandainya saja dia itu, lasbi.

Akan kunikahi dia segera, setelah lulus dari sekolah terkutuk itu.

Seandainya saja dia tidak dekat dengan mahluk yang bernama Rizal. Mungkin aku bisa mengajaknya kawin lari bersamaku.

Aku ingin menyayat dan memutilasi sialan itu secepat mungkin.

Maka aku bisa merasakan bau cairan merah yang ada di tubuhnya. Mengenai wajahku, tanganku, pakaianku saat itu terjadi.

Wajahku mulai memerah, membayangkan bisa berduaan dengannya.

(Before) High School OverloadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang