CAPITULO 1

31 3 11
                                    

Confrontation

.
.
.
.
.

Kesal, marah dan muak. Itulah yang dirasakan Miki. Gadis usia 25 tahun yang bekerja diperusahaan percetakan itu sedang mengumpat didepan cermin toilet wanita. Kadang sesekali mengacak rambutnya yang memang sudah berantakan.

"Park Jimin sialan!!!" umpatan itu keluar yang ke sepuluh kalinya untuk nama yang sama.

"Bisa-bisanya Boss menyalahkan ku. Seharusnya si brengsek itu yang bertanggung jawab. "

SHIT!!!!

Pintu kamar mandi dibuka seseorang membuat Miki mengatur emosinya yang sudah hampir semuanya tersalurkan.

"Maaf... Apa kau baik-baik saja? "

Miki menyernyit bingung dengan perkataan rekan kerjanya yang ia ketahui bernama Jisoo. Sampai Jisoo menggerakan tangan memegang kepalanya sendiri, memberi kode. Dengan kikuk Miki buru-buru menyisir rambut sarang burungnya dengan tangan.

Double Shit!!!!!

Jika bukan karena Miki butuh uang untuk hidup mungkin Miki sudah mengundurkan diri sekarang juga.

Situasi kerja yang tidak adil menurutnya adalah alasan terbesar ia ingin segera resign. Ditambah sekarang ada seorang rekan kerjanya yang mungkin menganggap Miki sudah tidak waras. Tuhan memang sayang sekali pada Miki hingga diberi cobaan seperti ini.

"Nona Miki."

Konsentrasinya buyar saat suara yang paling ia benci sekarang ini memanggil namanya. Tangannya berhenti bergerak diatas keyboard.

"Yes Mr. Park. Can i help you? "

Nadanya datar. Bahkan untuk menelengkan kepalanya menatap lawan bicara pun Miki enggan. Sudah cukup Miki menahan tangannya agar tak mencekik leher Jimin setiap kali melihat wajah rupawannya itu.

"Bisakah kau fotokopi kan berkas ini?"

Miki ingin sekali berteriak. Tidak bisakah Jimin menyuruh OB saja. Demi apapun ia juga punya pekerjaan yang lebih penting daripada harus memfotokopi ke lantai dasar.

"Baiklah."

Tapi Miki tentu tak akan melakukanya. Disini Jimin  adalah seniornya dan secara tidak langsung adalah atasannya. Menolak itu artinya kau mati.

Pernah Miki mencoba mencari pekerjaan lain, namun sangat susah sekali menemukan pekerjaan dengan gaji besar seperti perusahaanya sekarang ini. Bisa saja ia bekerja dengan gaji kecil asal suasana kerja nyaman tapi ia tidak bisa melupakan biaya sewa bulanan apartemennya yang bisa dikatakan tidak murah. Jadi pada akhirnya Miki akan tetap bertahan walau terjadi hal terburuk sekalipun. Dia sudah terlanjur berjanji pada Ibunya.

.
.
.
.
.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 23, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

GAME ONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang