Calon Istri Limited Edition (END)

372 24 4
                                    

Sore ini Rizky berniat menemui Anisa di rumah sakit. Pria itu bermaksud untuk mengutarakan perasaannya pada Anisa, wanita pujaannya.

Dan di sinilah Rizky sekarang, di taman rumah sakit sedang menunggu kedatangan Anisa.

"Assalamu'alaikum," sapa Anisa.

"Wa'alaikumsalam. Anisa?" balas Rizky sambil tersenyum.

Anisa segera mendudukkan dirinya di bangku panjang, kursi yang sama yang diduduki oleh Rizky. Tapi, Anisa tetap memberi jarak diantara mereka. "Jadi, ada apa kamu memintaku untuk datang kemari?" tanya Anisa tanpa basa-basi.

"Aku ingin mengatakan sesuatu yang penting padamu." jawab Rizky merasa gugup.

"Kalau begitu, katakanlah!"

"Ehem, mm. Nis--" Rizky menahan kalimatnya.

"I-iya." Anisa jadi ikutan gugup.

"Jujur, saya senang bisa bertemu dan berkenalan denganmu. Saya merasa nyaman saat bersama dirimu," Rizky memberi jedah pada kalimatnya untuk mengambil napas.

"Anisa.. Saya mencintaimu, kamu mau nggak jadi pacar saya?" kata Rizky akhirnya. Ia menatap Anisa penuh harap.

Anisa segera bangkit dari duduknya dan berjalan mendekati Rizky.

"Maaf Rizky, aku tidak bisa pacaran denganmu." jawab Anisa mantap.

"Ke-kenapa? Apa saya bukan tipemu?" tanya Rizky tidak percaya.

"Tidak, bukan begitu. Aku yakin kamu akan mengerti kenapa aku menolak menjadi pacarmu. Sekarang, pulanglah! Aku masih harus bekerja." kata Anisa.

"Baiklah. Terima kasih sudah mau menemuiku dan berteman denganku. Aku permisi, Assalamu'alaikum." kata Rizky sebelum beranjak dari taman rumah sakit.

"Wa'alaikumsalam." balas Anisa, kemudian melenggang pergi dari hadapan Rizky.

.

"Sudah dua minggu Rizky tidak menghubungiku sama sekali. Apa dia benar-benar tidak mengerti dengan penolakan aku waktu itu?" gumam Anisa disela isak tangisnya seraya menatap langit-langit kamarnya.

"Anisa, kamu kenapa sayang?" tanya seorang wanita paruh baya yang baru saja masuk ke dalam kamar Anisa. Beliau adalah Hastuti, Ibu dari Anisa.

"Rizky, Bu, dia tidak pernah lagi menghubungiku. Aku merindukannya." kata Anisa dengan lirih, ia meletakkan kepalanya di pangkuan sang Ibu yang sudah duduk di sisi tempat tidur Anisa.

"Kamu benar-benar menyukainya, ya?" tanya Hastuti.

"Hum-uh," Anisa mengangguk lemas.

"Kamu mencintainya?"

"Sepertinya begitu, Bu,"

"Kalau seandainya dia melamarmu, apa kamu akan menerimanya?"

"Tentu saja, Bu. Tapi, kenapa Rizky tidak mengerti kalau aku menolak pacaran dengannya itu artinya aku hanya ingin dilamar olehnya. Apa dia menyerah begitu saja, tanpa mau mencari tahu keinginanku yang sebenarnya? Bagaimana ini, Bu?" sesal Anisa.

"Mungkin saja dia hanya ingin memberimu kesempatan untuk memastikan perasaanmu padanya. Bukan karena dia tidak mengerti dirimu." kata Hastuti menghibur putrinya.

"Apa benar begitu? Ibu berpikir seperti itu, ya?"

"Iya. Bisa jadi, kan?"

"Entahlah, Bu! Anisa mau istirahat."

"Ya, sudah. Ibu tinggal, ya? Jangan menangis lagi! Kalau kalian berjodoh, pasti akan bertemu." kata Hastuti mengakhiri kalimatnya. Beliau segera meninggalkan kamar putrinya sambil tersenyum diam-diam.

CerPen NazaRa CoupleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang