Titik Terberat

59 17 5
                                    

Udara pagi terasa menembus kulit, dinginnya suhu pagi ini membuat kebanyakan orang betah berlama-lama berada di balik selimut tebalnya.

Cahaya matahari tak dapat menembus jendela, awan tebal berwarna abu-abu berhasil menghalanginya. Lampu rumah-rumah juga masih menunjukkan cahayanya, padahal sudah menginjak pukul setengah tujuh. Sepertinya hujan akan segera tiba di ibu kota.

Ternyata hujan benar-benar turun mengguyur jalanan ibu kota yang dipenuhi hilir mudik kendaraan. Mengguyur aktivitas pagi di ibu kota. Di mana saat itu, Dara yang masih berumur lima tahun sedang berada di pasar bersama ibunya. Dara dituntun oleh ibunya di tengah kesesakkan pasar. Dara sama sekali tak mengeluh, karena dia selalu ingin berpergian, melihat hal-hal baru yang tak bisa dia temui di dalam rumah.

Setelah daftar belanjaan ibunya sudah terpenuhi, mereka memutuskan untuk segera pulang dengan menaiki bus ibu kota. Letak pasar itu, memang jauh dari kediaman mereka.

Dara duduk di pinggir ibunya dan satu orang bapak-bapak di sebelah kirinya, badannya yang mungil terhimpit di antara orang-orang dewasa itu.

Di tengah perjalanan, mendadak bus berhenti. Penumpang yang ada di dalam berjerit panik. Saking paniknya, ada sebagian yang langsung berhamburan ke luar bus.

Terjadi kecelakaan tepat di depan bus itu berada. Berfikir akan baik-baik saja, Dara dan ibunya tetap diam di tempat. Namun dugaan mereka salah.
Dalam hitungan beberapa menit, truk besar hilang kendali karena jalanan licin. Rem nya juga tak bisa berfungsi.

Jdarrrrrrrr...

Truk menghantam bagian belakang bus, membuat bus terguling beberapa kali.  Suara jeritan, tangisan, rintihan mengalahkan suara derasnya hujan  pagi itu.

Truk yang sebelumnya menabrak bus kini sudah berhenti dengan posisi menabrak trotoar di pinggir jalan.

Dara menangis, merasakan sakit di seluruh tubuhnya. Kaki kanannya terjepit oleh badan kursi yang sudah tidak pada posisinya lagi.

Dalam hitungan beberapa detik, percikan api muncul di mesin bagian bawah bus. “Ibu!!! Dara takut, bu.” Teriak Dara berharap menemukan ibunya.

Badan kecilnya sudah tak mampu menahan suhu yang panas sekaligus beratnya kursi yang menjepit kaki kanannya.

Mendengar suara teriakan anaknya, sang ibu yang terlempar ke luar bus segera bangkit dari posisinya. Tangan kirinya yang terluka dan mengeluarkan banyak darah tak membuatnya menyerah dengan keadaan yang sekarang sedang menimpanya. Tubuhnya yang mulai melemah, berusaha menghampiri bus dengan lari kecilnya.

“Dara sayang, liat ibu nak. Ayo ulurkan tanganmu, berikan tanganmu pada ibu.”

“Dara takut bu” Tubuh Dara bergetar hebat.

“Buka matamu nak ayo,, kamu akan baik-baik saja.” Ibunya berusaha menenangkan Dara.

Sedikit demi sedikit Dara membuka matanya, menatap ke bagian jendela bus yang sekarang posisinya menghadap ke aspal. Bus yang teruling itu, menyisakan banyak tangisan di dalamnya.

Bertepatan dengan Dara yang membuka kedua matanya, salah satu jendela pecah karena terkena panasnya api yang menyala dari bagian mesin bus.

“Aaaaaa!!” Beberapa pecahan kaca itu masuk mengenai kedua mata Dara.

Ibunya Dara yang berada di luar bus semakin tak karuan melihat kondisi anaknya. Dia berlarian kesana kemari meminta bantuan. Sampai akhirnya datanglah tim sar dan membantu pengevakuasian korban kecelakaan.

Akhirnya dengan cepat dibawalah para korban kecelakaan ke salah satu rumah sakit swasta di Jakarta untuk mendapatkan tindakan medis.

Sesaat ruangan UGD penuh dengan para korban, diperkirakan korbannya mencapai 60 orang dengan tiga orang yang sudah meninggal dunia.

DaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang